KARDINAL MELAWAN
KARDINAL, USKUP MELAWAN USKUP…
Pekerjaan setan akan masuk terutama ke dalam Gereja
sedemikian rupa hingga orang akan melihat kardinal melawan kardinal, uskup
melawan uskup. Imam-imam yang menghormati aku akan dicemooh dan ditentang oleh
sesama imam. Gereja-gereja dan altar-altar akan dijarah. Gereja akan penuh
dengan mereka yang mau menerima kompromi dan iblis akan mendesak imam-imam dan
jiwa-jiwa yang dikonsekrasikan agar meninggalkan pelayanan kepada Allah.
Pesan dari Bunda Maria, Akita, Japan, October 13, 1973
Pesan dan
penampakan Bunda Maria di Akita ini telah diakui oleh Gereja Katolik. Pesan itu
diberikan kepada seorang biarawati yang bernama Sr.Agnes Sasagawa, yang sakit-sakitan
dan juga mengalami stigmata. Cardinal Joseph Ratzinger yang saat itu menjadi kepala Kongregasi bagi
Doktrin Iman (the Congregation for the
Doctrine of the Faith/CDF) dibawah Paus Yohanes Paulus II, yang telah membaca Rahasia
Ketiga Fatima, berkata “Pesan-pesan
Fatima dan Akita secara esensiil adalah sama.”
Secara
menyeluruh pesan-pesan Akita adalah termasuk yang paling keras bagi umat
manusia beserta akibat-akibat dari dosa di dalam sejarah Gereja. Sebuah kutipan
pesan Akita diatas, belakangan ini sering kita baca di dalam artikel-artikel
yang berkaitan dengan keadaan Gereja Katolik saat ini, dimana banyak orang
merasakan adanya skisma (perpecahan) diam-diam yang telah berlangsung selama
dua generasi belakangan ini. Ada beberapa imam dengan sikap permisiv dan
mengijinkan umatnya untuk memilih apa yang mereka inginkan. Dan jika ada satu
imam tidak setuju dengan sebuah doktrin tertentu (biasanya masalah perkawinan
dan Komuni), maka umat dengan mudahnya akan memilih imam yang lain dari wilayah
lainnya sesuai dengan keinginan umat itu, untuk mendapatkan imam lain yang bisa
memberikan kenyamanan bagi masalahnya. Hal ini telah berlangsung beberapa saat
belakangan ini.
Namun dengan
pemerintahan PF ini, kita melihat bahwa pertempuran dan pergolakan itu semakin
terbuka. Orang bisa melihat dengan mudah di sisi mana orang lain dia berpihak
mengenai suatu masalah. Begitulah perselisihan yang selama ini tidak terlihat,
saat ini telah menjadi perbincangan rutin di gereja-gereja. Keadaan seperti ini
semakin cepat berkembang saat ini daripada saat-saat sebelumnya. Beberapa orang
(klerus maupun umat awam) yang memiliki agenda yang bertentangan dengan ajaran
Gereja kini dengan beraninya memamerkan pandangan sesat mereka. Kebingungan,
kekacauan serta tidak adanya disiplin semakin meluas dengan cepat, yang belum
pernah terjadi sebelumnya. Maka berhati-hatilah jika anda tidak setuju dengan
orang yang mendukung homosex ataupun perzinahan, karena anda akan disingkirkan
dari persahabatan mereka dan anda dianggap tidak toleran, tidak berbelas kasih.
Jangan berharap anda memperoleh undangan makan di Hari Natal nanti jika anda
tidak sependapat dengan seseorang yang mendukung perbuatan dosa semacam itu.
Peristiwa
Reformasi 500 tahun yang lalu terjadi karena masalah doktrin. Namun perpecahan
yang kita saksikan dan alami saat ini adalah masalah moral. Saat itu para
pendukung Reformasi tidak berusaha merubah Sabda Allah yang ada di dalam Kitab
Suci, tetapi saat ini justru Kitab Suci itulah yang mau dirubah. Sr.Lucia dari
Fatima pernah berkata sebelum dia meninggal, bahwa pertempuran terakhir di
dalam Gereja akan terjadi dalam masalah perkawinan dan keluarga. Dan kita telah
berada di dalam pertempuran itu, ia memisahkan orang-orang dewasa dengan
anak-anak. Mereka yang berusaha mempertahankan ajaran Magisterium Gereja,
dengan mereka yang ingin melemahkan iman, agar sesuai dengan budaya saat ini,
kini terlibat dalam pertempuran spirituil yang sengit.
Saat ini kita tahu betapa kardinal-kardinal dan uskup-uskup
di Amerika Serikat dan di kota-kota lainnya di dunia, bukan saja mereka
mengijinkan dan mendukung agenda LGBT, bahkan mereka mempromosikannya. Para
pembela dan juru bicara yang cerdik pandai menjadi ujung tombak dari pasukan
pendukung homosex di berbagai negara. Orang-orang yang keras kepala itu kini
sedang mempromosikan agenda tak beriman serta anti Kitab Suci. Cardinal Muller,
kepala dari Kongregasi bagi Doktrin Iman (the Congregation for the Doctrine of the Faith)
dibawah PF, bahkan mengatakan bahwa ‘para
kardinal pengusung dubia sebenarnya telah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
sah.’
Saya teringat
akan pembantaian atas orang-orang Yahudi di Jerman dan Eropa sebelum dan selama
Perang Dunia II. Orang-orang Yahudi di seluruh dunia setelah perang
bertanya-tanya bagaimana bencana itu bisa terjadi. Sejarawan menulis bahwa tidak
ada pemberontakan atau kekacauan yang menjadi tanda di seputar orang-orang
Yahudi Eropa yang merujuk kepada apa yang terjadi saat itu. Sejarah mengatakan
kepada kita bahwa orang-orang yang berkehendak baik tak bisa menduga bahwa ada bangsa
atau ras yang dapat melakukan sesuatu yang begitu kejam dan secara terbuka.
Orang-orang Yahudi yang dibawa ke kamar gas (untuk dibunuh) berkata, "Mungkinkah hal ini terjadi? Tetapi itu
tidak mungkin." Saat itu banyak orang yang tidak percaya akan
kenyataan itu, terlepas dari apa yang telah terjadi selama satu generasi di
Jerman, dengan hilangnya iman secara lengkap, yang dimulai dengan tindakan
cuci-otak terhadap kaum muda dengan menyuntikkan filosofi humanistik dari George
Hegel dan Friedrich Nietzsche. Dengan mengalahkan kaum muda, kamu akan
mengalahkan negara. Demikianlah Amerika Serikat dan Barat telah diindoktrinasi
oleh filsafat tak beriman dan telah direndahkan secara moral dengan melalui pengajaran
sesat yang terus menerus mengenai pernikahan dan keluarga. Hal ini telah
menjadi agenda besar atheisme praktis. Jika sebuah bangsa menyingkirkan Tuhan
dari ruang kelas, maka negara itu dapat dengan mudah memanipulasi profesi
mengajar dari para gurunya.
Setiap hari kita
bisa melihat di media massa, bahwa ada pikiran yang merasuki kepala setiap orang:
Bisakah kamu menghentikan keburukan ini? Apakah kamu tahu berita buruk hari ini?
Apakah hal ini terjadi berkaitan dengan kemerosotan moral dari budaya kita? Dimanakah
hal itu akan berhenti? Dimana hal itu akan berakhir?
Jawabnya adalah
bahwa keburukan ini tidak akan berhenti hingga muncul orang-orang pemberani yang
menyampaikan kebenaran, bukannya berani menerima kemerosotan moral. Masalahnya adalah,
sebagian besar orang tidak memiliki keyakinan untuk disampaikan, karena takut akan
pendapat orang lain.
Maka marilah kita
ingat akan kutipan dari Timotius ini: Usahakanlah
supaya engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah
malu, yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran itu. Tetapi
hindarilah omongan yang kosong dan yang tak suci yang hanya menambah kefasikan. 2Tim 2:15-16
Jesus, I Trust in You
Silakan melihat artikel
lainnya disini : http://devosi-maria.blogspot.co.id/
No comments:
Post a Comment