PASTOR MARTIN MEMINTA AGAR KATEKISMUS DIPERBAHARUI
Pastor Martin, seorang Jesuit, yang sangat mendukung kaum gay dan perbuatan homosex dan saat ini
menjadi konsultan di Vatikan, mengatakan bahwa ajaran katekismus mengenai homosex
perlu diperbaharui,
karena ajaran itu ‘menyakitkan’ (bagi kaum gay)
Silakan
lihat disini:
Fr. James Martin
by Lisa
Bourne
June 8, 2017 (LifeSiteNews) – Seorang imam Jesuit yang
baru-baru ini memperoleh jabatan
cukup berpengaruh di Vatikan, mengatakan bahwa bahasa dari Gereja, mengenai
homosexual, perlu dirubah.
Fr. James Martin,
editor dari majalah America, yang dikelola oleh para Jesuit,
berkata bahwa Katekismus Gereja Katolik yang menggunakan istilah ‘penyelewengan
besar’ bagi
perbuatan homosex sebenarnya hal itu cukup menyakitkan. Dia mengusulkan memakai
istilah ‘tingkah laku yang berbeda’ karena istilah ini lebih
mencerminkan konsep perlakuan yang lebih pastoral.
Ditanya
apakah dia setuju dengan ‘bahasa atau ajaran’ Katekismus yang mengatakan bahwa
homosexual adalah sebuah ‘penyelewengan
besar’ pastor Martin menjawab bahwa dirinya bukanlah seorang
teolog, tetapi dia mengatakan bahwa bahasa atau istilah yang digunakan oleh
Katekismus untuk menyatakan tindakan homosex itu adalah perlu dirubah, karena
kita sekarang tahu apa sebenarnya homosexualitas itu.
Namun
jawabannya ini tidaklah menjelaskan apa pengertian homosexualitas yang
dimaksudkannya itu, atau kapan atau bagaimana homosex itu bisa terjadi.
Pastor Martin
adalah seorang pendukung LGBT yang cukup terkenal dan banyak menulis di media
sosial serta media lainnya. Dia mengatakan bahwa beberapa orang kudus adalah mungkin
seorang gay juga.
Dia
berkata tentang perlunya merubah beberapa istilah atau bahasa dalam Katekimus
yang berbicara tentang homosex dalam wawancara
dengan media Religion News Service (RNS)
bertepatan
dengan dirilisnya buku barunya yang berjudul : Building a Bridge: How the
Catholic Church and the LGBT Community Can Enter Into a Relationship of
Respect, Compassion, and Sensitivity.
Dia
menerima tanda penghargaan dari sebuah kelompok LGBT yang sebelumnya telah
dilarang oleh Vatikan karena usaha kelompok itu untuk mengembangkan dialog
mengenai LGBT di dalam Gereja. Berkali-kali pastor Martin mendukung pemakaian toilet bagi kaum
transgender di sekolah-sekolah di Amerika Serikat pada bulan Februari 2017,
setelah presiden Trump membatalkan keputusan Obama mengenai toilet bagi kaum transgender
yang memerintahkan sekolah-sekolah agar mengijinkan anak-anak yang masih merasa
tidak pasti mengenai jenis kelaminnya untuk memakai toilet dari lawan jenisnya.
Tapi kemudian pastor Martin
ditunjuk oleh PF untuk menjadi konsultan bidang komunikasi di sekretariat
Vatikan pada bulan April lalu.
Kemudian
media Religion News Service (RNS) menulis dengan judul
besar: ‘Penasihat Vatikan ini sedang
mendorong umat Katolik untuk mendukung LGBT.’ Dalam wawancara itu imam
Jesuit yang terkenal itu mengatakan bahwa dia bukanlah saat-satunya ‘orang
dekat Vatikan’ yang menghendaki agar Gereja mendukung LGBT.
Dengan
mengutip kenyataan bahwa Katekismus yang paling baru telah diterbitkan oleh
Paus St.Yohanes Paulus II, dimana sebagian disusun oleh Cardinal Joseph Ratzinger dan dilanjutkan oleh Pope Benedict XVI, yang telah memasang garis keras untuk
melarang homosexualitas, namun 20 tahun kemudian pastor Martin mengatakan bahwa “PF telah mengisyaratkan
melunaknya sikap gereja atas masalah itu.”
Pastor
Martin mengatakan bahwa ajaran
Katekismus mengenai adanya ‘sikap penyelewengan’ di dalam tindakan homosex
sebagai sesuatu yang ‘kuno’ dalam kaitannya dengan cara berpikirnya mengenai
ajaran itu, dimana hal ini dijelaskan dalam bukunya yang baru terbit itu. Dia
mengatakan bahwa tuduhan terhadap ‘bagian yang paling rahasia dari seseorang’
dengan mengatakan hal itu sebagai suatu penyelewengan, adalah tindakan yang
menyakitkan dan sebenarnya hal itu tidak perlu dilakukan oleh Gereja.
Dulu,
misalnya, Katekismus mengatakan bahwa kecenderungan homosexual itu adalah
sebagai ‘penyelewengan yang obyektiv’. Tetapi, seperti yang saya katakan dalam
buku saya, menyebut ‘bagian yang paling dalam dari seseorang’ – bagian yang
memberi dan menerima kasih, adalah sebagai bentuk penyelewengan, adalah
‘menyakitkan dan tidak perlu dilakukan.’
Ajaran
kita mengatakan bahwa setiap orang memiliki sebuah identitas sexual sebagai
laki-laki atau perempuan. Namun dua identitas ini tidak bisa mencakup adanya
kecenderungan, pilihan, perilaku, dimana hal ini adalah terpisah dari identitas
seseorang. Karena itu kecenderungan ataupun aktivitas homosex bukanlah
merupakan bawaan dari identitas seseorang.
Dalam
wawancara itu pastor Martin menyampaikan sebuah usulan pernyataan alternativ
untuk menjelaskan ajaran Gereja mengenai perbuatan homosex; bahwa perbuatan itu
bukanlah merupakan penyelewengan, tetapi hanya sebuah perbuatan atau sikap yang
berbeda.
Dia
mengatakan: Seminggu yang lalu, saya bertemu dengan seorang teolog dari Italia
yang mengusulkan istilah ‘penyelewengan
besar’ dalam Katekismus untuk dirubah
sedemikian rupa agar lebih lunak dan ‘lebih pastoral’.
Pastor
Martin juga mengatakan bahwa ada cara-cara yang lebih lunak untuk menerima kaum
LGBT itu. Termasuk diantaranya mendorong mereka untuk menjadi lektor, atau
mengikuti berbagai perutusan dan pelayanan lainnya. Tetapi disini pastor Martin
tidak menjelaskan apakah menerima kaum LGBT untuk berperan serta dalam
pelayanan Gereja juga disertai dengan nasihat untuk bertobat dan menolak dosa
seperti yang diajarkan oleh Gereja selama ini.
Dia
berkata kepada media Religion News Service (RNS) bahwa umat Katolik yang mengidentikkan dirinya
dengan LGBT bisa merasa diterima di dalam paroki-paroki yang memiliki
‘pemikiran yang lebih maju’ seperti misalnya di “Out at St. Paul” yang memiliki banyak pendukung LGBT.
Dia
tidak menjelaskan ‘pemikiran yang lebih maju’ itu apakah termasuk juga menerima
hubungan sex diluar pernikahan, atau mendorong umat Katolik yang memiliki
kecenderungan homosex agar hidup secara murni seperti yang diajarkan oleh
Gereja.
‘Out at St. Paul’ adalah sebuah organisasi
LGBT di Gereja St.Paulus di New York City. Nama dari kelompok itu serta
kegiatannya di dalam ‘Kelompok’ membuktikan betapa ia mendukung orang-orang
yang mengalami masalah ‘kecenderungan homosex’ dengan menganjurkan mereka untuk
mengikuti kecenderungannya meskipun hal itu bertentangan dengan Ajaran Gereja. Di
dalam bukunya ‘Building A Bridge: How the Catholic Church and the LGBT
Community Can Enter into a Relationship of Respect, Compassion, and Sensitivity’ pastor Martin menganjurkan agar para
pemimpin Gereja hendaknya menyebut kaum LGBT dengan istilah seperti yang dikehendaki
oleh para LGBT itu sendiri atas diri mereka.
Dengan
anjuran ini maka ada kemungkinan (besar) bahwa nantinya akan ada sebutan ‘tuan’
bagi seorang wanita dan sebutan ‘nyonya’ bagi seorang pria, dimana hal ini
sangat bertentangan dengan ajaran Gereja mengenai kepastian jenis kelamin.
Pastor
Martin juga meminta agar para pekerja di dalam Gereja tidak disalahkan jika
melanggar ajaran Gereja dengan cara mendukung tindakan homosex atau secara
terbuka mengakui homosex, karena tuduhan semacam itu akan menyinggung kaum LGBT.
Bulan
lalu di dalam Facebook-nya pastor Martin memposting beberapa berita mengenai
kejadian di Lexington, bulan April, tentang keterlibatan Uskup
John Stowe dalam kelompok LGBT yang bernama New Ways Ministry. Kelompok
New
Ways Ministry ini
telah dilarang oleh Vatikan tetapi justru kelompok itu menyampaikan perhargaan
kepada pastor Martin, pada musim gugur barusan.
Dia
mengajak diskusi melalui media sosialnya mengenai kehadiran Uskup Stowe dalam
sebuah kelompok LGBT.
Menjawab
sebuah komentar yang mengatakan bahwa seorang kudus yang telah memperoleh
kanonisasi tidaklah perlu dipertanyakan masa lalunya, pastor Martin mengatakan:
Beberapa dari mereka mungkin
saja adalah seorang gay. Sekian persen dari umat manusia adalah gay, begitu
juga orang-orang kudus itu. Anda mungkin terkejut jika anda telah sampai di
Surga dan disambut oleh kaum pria dan wanita dari kelompok LGBT.
BERIKUT
INI ADALAH BEBERAPA KUTIPAN DARI AJARAN YESUS KRISTUS YANG HARUS KITA IKUTI:
Kis 20:30 Bahkan dari antara kamu sendiri akan muncul
beberapa orang, yang dengan ajaran palsu mereka berusaha menarik murid-murid
dari jalan yang benar dan supaya mengikut mereka.
Katekismus
2357. Homoseksualitas adalah hubungan antara para pria atau wanita,
yang merasa diri tertarik dalam hubungan seksual, semata-mata atau terutama,
kepada orang sejenis kelamin. Homoseksualitas muncul dalam berbagai waktu dan
kebudayaan dalam bentuk yang sangat bervariasi. Asal-usul psikisnya masih belum
jelas sama sekali. Berdasarkan Kitab Suci yang melukiskannya sebagai
penyelewengan besar, tradisi Gereja selalu menjelaskan, bahwa "perbuatan
homoseksual itu tidak baik" (CDF, Perny. "Persona humana" 8).
Perbuatan itu melawan hukum kodrat, karena kelanjutan kehidupan tidak mungkin
terjadi waktu persetubuhan. Perbuatan itu tidak berasal dari satu kebutuhan
benar untuk saling melengkapi secara afektif dan seksual. Bagaimanapun
perbuatan itu tidak dapat dibenarkan.
Katekismus
2359. Manusia homoseksual
dipanggil untuk hidup murni. Melalui kebajikan pengendalian diri, yang
mendidik menuju kemerdekaan batin, mereka dapat dan harus - mungkin juga dengan
bantuan persahabatan tanpa pamrih - mendekatkan diri melalui doa dan rahmat
sakramental setapak demi setapak, tetapi pasti, menuju kesempurnaan Kristen.
MDM: Perkawinan sejenis adalah dosa berat
Jumat, 16 Maret 2012, jam 22.20
PuteriKu yang
terkasih, penderitaan dan sedihnya para pengikutKu yang malang yang harus
menyaksikan, dengan tanpa daya, ketika hukum-hukum yang baru yang bertentangan
dengan ajaran-ajaranKu diberlakukan, sedang mencapai tingkat yang tak
terkirakan besarnya di dunia.
Anak-anak, bukan
saja kamu harus menyaksikan dosa, tetapi kamu juga mengalami bahwa dosa-dosa
itu dihadirkan kepadamu dimana kamu dipaksa untuk menerima hal itu sebagai hal
yang manusiawi.
Aku mengacu kepada
sebuah dosa secara khusus, yaitu perkawinan sejenis, yang dipaksakan untuk
diterima sebagai hak asasi yang alami.
Kemudian kamu
diminta untuk menerima kejahatan ini sementara dosa ini dibawa kehadapan tahta
BapaKu dalam sebuah gereja. Tidaklah cukup bagi orang-orang ini untuk
membenarkan perkawinan sejenis didepan hukum, tetapi mereka juga mau memaksa
Allah Bapa untuk memberikan berkatNya kepada mereka. Tetapi Dia tak akan
memberikan hal ini karena ini adalah dosa berat di mataNya.
Betapa beraninya
orang-orang ini berpikir bahwa adalah benar untuk menampilkan perbuatan yang
sangat buruk ini didalam Gereja-gereja BapaKu.
……….
Mereka harus sadar
bahwa betapapun besarnya mereka berusaha untuk melakukan perkawinan sejenis,
mereka tidak berhak untuk menerima Sakramen Perkawinan kudus itu.
Sebuah Sakramen
harus berasal dari Allah. Aturan-aturan untuk menerima Sakramen-sakramen harus
berasal dari ajaran-ajaran BapaKu.
Kamu tak bisa
memaksa BapaKu, Allah Yang Maha Tinggi, untuk memberikan berkatNya atau
memberikan Sakramen-sakramen kudusNya jika hal itu tidak dihormati sebagai mana
mestinya.
Dosa kini
dihadirkan di dunia ini sebagai hal yang baik.
….
Kejahatan,
bagaimanapun baiknya kamu membungkusnya,
tak bisa berubah menjadi perbuatan baik di mata BapaKu.
BapaKu akan
menghukum mereka yang terus memamerkan dosa-dosa mereka dihadapanNya.
Ikutilah peringatan
terhadap dosa-dosamu ini, yang terjadi ketika kamu tidak mau mematuhi Allah,
dan ia tak bisa dan tak akan diampuni.
……………………………………………………………………………
Gereja
kita kini semakin banyak menerima serangan -- dari luar dan dari
dalam. Apa yang akan kita lihat
adalah sebuah upaya untuk secara
mendasar merubah Gereja Katolik,
bahkan dari dalam hirarkinya. Apakah ini
bukan "ajaran setan-setan dan
pretensi para pendusta"
seperti yang diperingatkan oleh St Paulus
di saat-saat zaman akhir nanti (1 Timotius 4: 1-2, 2 Timotius 3: 1-5)?
Dan jika demikian, tidak perlu lagi membuat kesimpulan yang lain,
karena murka Allah pasti akan
mengarah kepada mereka yang menindas
kebenaran (Roma 1:18). Mungkin
itu juga bisa dikatakan terhadap siapapun yang menindas
pesan-pesan surgawi yang ada dalam
nubuatan ini juga.
……………………………………………………………………………
Why 21:8 Tetapi
orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji,
orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir,
penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian
mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang….
Silakan melihat artikel
lainnya disini : http://devosi-maria.blogspot.co.id/
No comments:
Post a Comment