NEWS: WORLD NEWS
NASIHAT KARDINAL BURKE KEPADA PARA KLERUS: TETAPLAH BERANI, MESKI ADA SKISMA
by Martin Barillas • ChurchMilitant.com • May 7, 2021
Harapan Kard.Burke agar USCCB (United States Conference of Catholic Bishops) melarang Biden dan Pelosi untuk menerima Komuni
BUENOS
AIRES, Argentina (ChurchMilitant.com) -
Kardinal Raymond Burke mengatakan bahwa Gereja di Amerika dan Jerman secara
efektif skismatis, tetapi dia meminta kepada sesama klerus untuk dengan berani
menyatakan "Kristus menyertai kita dan selalu menyertai kita sampai
akhir."
Pastor
Javier Olivera Rabasi dari Argentina, seorang pengacara dan penulis terkenal di
dunia berbahasa Spanyol yang sering muncul di YouTube, baru-baru ini melakukan
obrolan video dengan Kard.Burke saat pastor Amerika yang terkenal itu
mengunjungi negara Amerika Serikat. Kardinal itu secara khusus meminta untuk
berbicara dalam bahasa Spanyol selama percakapan itu, kata pastor Rabasi,
daripada bahasa Inggris atau Italia, sebagai cara untuk meyakinkan jutaan umat
Katolik yang berbahasa Spanyol yang semakin hidup di bawah para klerus yang berkompromi
dengan pemerintah-pemerintah sosialis.
Masalahnya
Berakar Pada 'Krisis Iman'
Kard.
Burke mengatakan kepada pastor Rabasi, yang memegang gelar doktor dalam ilmu sejarah
dan filsafat, bahwa Gereja telah mengizinkan
kerusakan moral terjadi serta masuknya sekularisme. Ini mungkin, katanya,
karena banyak uskup tidak mengerti doktrin dasar Gereja dan tidak
mendisiplinkan para imam bawahannya yang bandel dan sesat.
Pastor Javier Olivera Rabasi dari Argentina
Selama
obrolan mereka, pastor Ravasi ingat bahwa dia
belajar di Universitas Lateran ketika St. Yohanes Paulus II meninggal dunia.
Pada tanggal 24 April 2005, Paus Benediktus XVI yang baru terpilih, berkata
dalam Misa
penobatannya di Roma, "Doakan saya agar saya dapat belajar untuk
lebih mengasihi Tuhan. ... Doakan saya agar saya dapat belajar untuk lebih
mencintai umatnya... dan banyak lagi lainnya... Doakan saya agar saya tidak lari karena takut kepada
serigala-serigala." Imam Argentina itu mengulangi peringatan
Benediktus pada tahun 2011 bahwa "krisis
nyata yang dihadapi Gereja di dunia Barat adalah krisis iman."
Mengamati
bahwa ada banyak bukti untuk mendukung keprihatinan perhatian Benedict ini,
yang telah diulangi oleh orang-orang yang lain, pastor Rabasi bertanya kepada Kard.Burke
mengapa dia percaya bahwa kita hidup di dalam sebuah krisis iman dan segala
sesuatu yang terkait dengannya.
"Selama
berabad-abad, telah terjadi sekularisasi budaya. Pada abad pertengahan, budaya
didefinisikan sebagai Kristen, terutama saat ada perselisihan antara Gereja dan
penguasa. Tetapi budaya itu sendiri adalah Kristen," kata Burke.
Tetapi
pendapat seperti itu tidak bertahan lama. Kemudian Burke mengatakan:
Selama
abad Pencerahan dan berabad-abad setelah itu, ada kesombongan manusia dan mereka
melupakan Tuhan sebagai Pencipta, Yang menata sifat manusia dan segala sesuatu.
Ini telah berkembang sedemikian rupa sehingga manusia menganggap hidup dan
pernikahan sebagai penolakan terhadap cinta suami dan istri. Dan pendapat itu kemudian
akan melarang penyembahan kepada Tuhan sambil memaksa orang untuk menerima
tindakan yang sangat bertentangan dengan hukum moral. Ini adalah krisis dalam
budaya sekuler, tetapi Gereja ada di dunia dan dalam bahaya membiarkan masuknya
sekularisme ke dalam dirinya sendiri. Oleh karena itu, kita telah merasakan
kekuatan sekularisasi di dalam Gereja, hilangnya iman dan kerusakan moral.
Saya
percaya bahwa Paus Benediktus XVI dan [Paus] St. Yohanes Paulus II telah melihat
adanya krisis ini dengan sangat jelas dan mendorong evangelisasi baru dengan
iman yang sama seperti yang disampaikan oleh para Rasul di seluruh abad Kristen
dalam garis yang tidak terputus. Ada sebuah kebutuhan untuk katekese hari ini,
karena orang-orang muda dan keluarga hari ini dihadapkan pada ide-ide yang
memusuhi Tuhan dan keselamatan kita. Kita harus mendukung keluarga dan orang
muda dalam iman mereka kepada Tuhan dan terus berusaha mencari kebahagiaan yang
dicari semua orang. Kami melihat bahwa budaya sekuler tidak memberikan
kebahagiaan apa pun. Kita harus melayani orang lain dengan memberitakan Injil
dan bertemu dengan Kristus di Gereja dan kehadiran-Nya di antara kita.
Sementara
itu ada beberapa umat Katolik yang merasa sulit menjalankan iman mereka di
dalam Gereja saat ini, sejarah menunjukkan ada tantangan dan perselisihan di
masa lalu, kata pastor Rabasi menghibur para pendengarnya.
"Meskipun krisis saat ini besar, kita berharap kita dapat berhasil mengatasi keadaan," katanya, menambahkan, "Tuhan telah menciptakan kita pada saat ini, dan kita telah lahir saat ini, agar kita dapat disucikan."
Situasi di Amerika Serikat sangat mengkhawatirkan. GabTweet
Pastor
Rabasi mengakui, bagaimana pun, krisis ini mencakup perbedaan dan penyimpangan
terhadap ajaran Gereja yang paling mendasar:
Misalnya,
di A.S., ada pastor
James Martin, yang secara terbuka mendukung homoseksualitas tanpa ada
teguran terhadapnya. Di Jerman, beberapa imam dan uskup mendukung pemberian berkat
atau sakramentalisasi atau sakramentalisasi palsu bagi pasangan homoseksual,
pentahbisan "pastor” wanita. Apakah ada perpecahan nyata dalam Gereja,
atau adakah dua agama dalam struktur gerejawi yang sama?
Situasi
di Amerika Serikat juga sangat mengkhawatirkan, kata kardinal itu.
"Pastor Jesuit yang Anda sebutkan itu (pastor James Martin), secara terbuka menentang ajaran menetap Gereja tentang perilaku homoseksual. Atas skandal yang dilakukannya, tidak ada pendisiplinan yang dikenakan kepadanya. Beberapa uskup telah menyatakan bahwa pastor James Martin salah, tetapi atasannya tidak melakukan apa-apa," demikian kata Kard.Burke.
Para uskup telah gagal dalam tanggung jawab mereka sebagai "bapa" spiritual yang memimpin kawanan mereka.
Ketika
ditanya tentang para politisi Katolik yang mengaku bahwa diri mereka Katolik
tetapi mereka jelas-jelas mendukung undang-undang aborsi dan pernikahan
homoseksual, Kard.Burke mengatakan bahwa dia menganggap situasi di Jerman lebih
buruk, karena ada para uskup yang membawa Gereja kepada bidaah terkait dengan homoseksualitas,
pernikahan, dan doktrin-doktrin fundamental Katolik lainnya.
Kard.Burke
berkata lagi:
Dalam
pandangan saya, sekarang telah ada perpecahan yang nyata meski ia tidak diumumkan.
Ini adalah perpecahan dalam praktik, jika bisa disebut demikian. Ini adalah sangat
serius, terutama bagi umat Katolik yang setia, yang ingin tetap setia kepada
Kristus dan Gereja-Nya. Para uskup Jerman ini tidak didisiplinkan. Situasi ini terus
berlanjut, dan sulit untuk melihat bagaimana situasi ini dapat diperbaiki. Kita
harus berdoa kepada Tuhan untuk Gereja kita sambil bersaksi tentang kebenaran
yang ada di dalam Gereja.
Pastor
Rabasi membantah bahwa banyak orang berbahasa Spanyol yang tinggal di Amerika
Serikat tidak dapat mengerti bahwa Joe Biden menyebut dirinya Katolik meski dia
mendukung
aborsi dan agenda
LGBTQ. Mengingat bahwa Biden tidak menerima kecaman resmi dari Gereja, maka
pastor tersebut mengatakan kepada Burke, "Kadang-kadang domba merasa bahwa
gembala takut kepada serigala."
"Ya,
dia seperti orang upahan yang ingin mengakomodasi dunia ketika dia harus
membela kawanan. Ini sangat menyedihkan," kata Kard.Burke dan menambahkan:
“Saya
berharap para uskup Amerika pada konferensi bulan Juni nanti, mereka akan menegaskan
bahwa para politisi seperti Biden dan Pelosi dan yang lain-lainnya, tidak boleh
menerima Komuni Kudus dan mereka berada di bawah sanksi Gereja ... agar mereka
mau mengakhiri skandal yang mereka lakukan. Paling tidak, mereka telah murtad…
karena mereka telah meninggalkan Tuhan untuk memeluk kehidupan yang penuh dosa
dan hal-hal yang sangat berbahaya
seperti pembunuhan bayi dalam kandungan.”
Wali gereja itu ingat bahwa pada tahun 2000, kardinal Joseph Ratzinger saat itu memberi pengarahan kepada kardinal Theodore McCarrick dan menulis surat rahasia yang mengatakan bahwa umat Katolik pro-aborsi seperti calon presiden John Kerry, harus dilarang untuk menerima Komuni. Namun demikian, para uskup kemudian memberikan suara mereka bahwa setiap uskup dapat memutuskan apakah akan memberikan sakramen kepada umat Katolik pro-aborsi di keuskupan mereka atau tidak.
Terkadang domba merasa bahwa gembala takut kepada serigala. GabTweet
"Saat
itu saya adalah uskup wilayah St. Louis," kenang kardinal itu, "dan
saya tidak menerima surat itu. Surat itu tidak dikomunikasikan kepada
kami."
Mengenai
lima dubia (pertanyaan) yang ia dan tiga kardinal lainnya ajukan kepada
paus Francis tahun 2016 tentang Amoris Laetitia, Kard.
Burke berkata, "Sayangnya, kami belum menerima jawaban atau pengakuan apa
pun bahwa dubia itu telah diterima."
Pope Francis & Amoris Laetitia
Kardinal
Burke menambahkan bahwa dia masih belum mengetahui pemikiran paus tentang
isu-isu yang diangkat oleh dubia, meskipun dia yakin bahwa Amoris Laetitia tidak bisa mengubah ajaran abadi Gereja tentang pernikahan atau penerimaan
Ekaristi (canon 915).
Pastor
Rabasi mencatat bahwa "dua kredo" atau "dua pandangan
dunia" tampaknya telah muncul, bersamaan dengan pemberlakuan Misa Novus
Ordo Paus Paulus VI, di samping Bentuk Misa "luar biasa" atau
Tridentin.
"Selama
14 abad, Misa tetap sama, kecuali beberapa perubahan kecil. Pada dasarnya, Misa
selalu sama. Namun setelah Vatikan II, ada gerakan yang disebut reformasi, yang
secara radikal mengubah bentuk ritus," kata Kard. Burke.
Paus
Benediktus XVI, katanya, telah menunjukkan dukungan dan kesukaannya terhadap
Misa yang dirayakan selama berabad-abad, sebagaimana terungkap dalam motu
propio-nya, Summorum Pontificum.
Dokumen itu memungkinkan para imam untuk merayakan Misa Tridentin secara
pribadi dan sebagai tanggapan atas permintaan dari umat beriman.
"Di
AS dan negara-negara lain, saya telah melihat bahwa banyak orang, terutama kaum
muda, mencari Misa Latin, karena mereka dengan jelas melihat Misteri Kristus
turun ke atas altar dan mempersembahkan pengorbanan-Nya di Kalvari," kata Kard.Burke.
Kard.Burke
menambahkan bahwa dia berharap Misa Novus Ordo akan direformasi.
Ketika
ditanya bagaimana para imam dapat tetap setia pada panggilan mereka untuk
memberitakan kebenaran tanpa rasa takut, meskipun ditentang atau diancam, Kard.
Burke meminta para klerus untuk mempelajari
Katekismus dengan cermat dan mewartakan doktrin Gereja secara
keseluruhan.
"Tetaplah tenang," kata Kard.Burke menasihati, “dan hindarilah merasa sendirian. Ini adalah pertempuran. Kita telah diajari tentang kebenaran dan kita harus tetap tenang, menghindari tindakan berlebihan atau ekspresi apa pun yang tidak mencerminkan kasih yang berasal dari Kristus: Wartakanlah kebenaran dengan kasih. Katakan kebenaran Kristus tanpa mengakui kebenaran politik atau para kritikus yang cerewet,” desaknya.
Wartakanlah kebenaran dengan kasih. Wartakanlah kebenaran tanpa mengakui kebenaran politik. GabTweet
Kard.Burke dan pastor
Rabasi menggemakan sentimen serupa bahwa para pastor hendaknya tidak hanya berfokus pada krisis atau masalah
Gereja dalam beberapa menit yang tersedia selama homili hari Minggu.
"Kristus
menyertai kita dan berjanji akan menyertai kita sampai akhir," kata Kard.Burke
sebagai penyemangat.
Ketika
ditanya bagaimana penerus paus Francis harus memimpin Gereja, Kard.Burke
menjawab, "Yang terpenting, paus harus menjadi guru iman, untuk mengajar
iman dan mereformasi liturgi." Namun dia menambahkan calon paus juga harus
fokus pada moralitas - tujuan yang lebih penting daripada penampilan pribadi.
"Lebih penting bagi paus untuk fokus pada pengajaran
iman dan reformasi liturgi daripada berkomentar ngawur dalam perjalanan. Dia adalah penjaga iman dan harus
mempromosikannya," Kard.Burke
merefleksikan.
Paus, Kard.Burke mengingatkan, memiliki semua otoritas yang dia butuhkan untuk memelihara iman dan menanggapi ajaran yang sesat. "Gereja membutuhkan seorang paus yang memahami pelayanan Petrus ini, melayani sebagai wakil Kristus di bumi," pungkasnya.
Kardinal Burke adalah anggota dari Apostolic Signatura, setara dengan mahkamah agung, tetapi menjabat sebagai prefek dari badan itu sampai dia disingkirkan oleh paus Francis pada tahun 2014. Pada bulan Juni, dia akan merayakan tiga Misa Kepausan dalam Bentuk Tridentine dan menahbiskan seorang imam dari Persaudaraan Imamat St. Petrus pada konferensi di Summorum Pontificum, yang akan diadakan di Meksiko. Pastor Rabasi akan berpartisipasi dalam konferensi tersebut.
------------------------------
Silakan melihat artikel lainnya disini:
Pertempuran
Terakhir Setan – Bab 3
Pengunduran Diri Paus Benedict XVI Membuka
Pintu...
Enoch,
7 MEI 2021 - Pesan Khusus Bagi Colombia
Kardinal
Burke: Kini Telah Ada Skisma Di Jerman
Hentikan
Segera Skisma Di Gereja Jerman
Banding
Terhadap Upaya Menghancurkan Pernikahan...