KURBAN KUDUS DALAM MISA
DAN TURUNNYA TUJUH KARUNIA ROH KUDUS
Homili Pastor Canon Heitor Matheus, ICKSP,
di St. Mary’s Oratory, Wausau, Wisconsin, pada hari Minggu Pentakosta.
Kitab Wahyu dan Liturgi Gereja adalah saling
mencerahkan. Kita dapat mengenal lebih jauh tentang kitab Wahyu dengan
memperhatikan Liturgi, dan pada saat yang sama, kita dapat menemukan banyak
harta karun dalam Liturgi dengan membaca kitab Wahyu. Dan saya ingin memberi perhatian
kepada Anda tentang sebuah ayat yang sangat berarti dari kitab Wahyu: ayat enam
dari pasal lima.
Santo Yohanes berkata: “Maka aku
melihat di tengah-tengah takhta dan keempat makhluk itu dan di tengah-tengah
tua-tua itu berdiri seekor Anak Domba seperti telah disembelih, bertanduk tujuh
dan bermata tujuh: itulah ketujuh Roh Allah yang diutus ke seluruh bumi.” (Why 5:6)
Ayat ini menjelaskan, dengan kata-kata mistik,
misteri Kurban Mahakudus dari Misa, yang merupakan harta karun terbesar yang
kita miliki di Bumi. Jadi mari kita sekarang mengungkap arti dari kata-kata
itu.
Santo Yohanes
Sungguh Melihat Tahta Tuhan
Dalam bab 8 dan 9 dari kitab Wahyu kita tahu bahwa
di hadapan Singgasana Tuhan ada sebuah Altar. “Maka datanglah seorang malaikat lain,
dan ia pergi berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya
diberikan banyak kemenyan untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua
orang kudus di atas mezbah emas di hadapan takhta itu.” (Why 8:3)
Jadi Tahta Tuhan dan Altar adalah seperti dua
sisi dari realitas yang sama. Satu sisi bisa terlihat, sementara sisi lainnya
tidak terlihat oleh kita. Tahta Tuhan adalah realitas tak terlihat di balik
liturgi yang terlihat. Jika setiap kali imam menaiki tangga Altar untuk
mempersembahkan Korban Kudus, maka pintu surga terbuka (Wahyu 4: 1) dan kita
ditempatkan di hadapan Singgasana Tuhan. Tahta Tuhan dan Altar Pengorbanan
disatukan. Altar adalah bagian dari Takhta Tuhan yang kelihatan; dan Tahta Tuhan
adalah bagian yang tak kelihatan dari Altar. Maka setiap kali kita melihat imam
menaiki anak tangga altar, untuk merayakan Misa Kudus, maka para malaikat melihat
imam itu menaiki anak tangga Tahta Tuhan.
Jadi Santo Yohanes sungguh melihat Tahta Tuhan
(yang tak terlihat oleh kita), dan dia juga melihat Altar (yang terlihat oleh
kita).
Empat Hewan
dan Tua-Tua
Ada tertulis bahwa Santo Yohanes melihat empat
binatang, dan binatang ini melambangkan empat penginjil: Matius, Markus, Lukas,
dan Yohanes. Santo Matius dilambangkan oleh pria itu, saat ia memulai Injilnya
dengan menyampaikan silsilah atau garis keturunan manusiawi dari Tuhan kita. Santo
Markus diwakili oleh Singa, saat Injilnya dimulai di padang gurun. Santo Lukas
ditandai oleh Sapi jantan saat Injilnya dimulai di Kuil, tempat Pengorbanan. Dan
Elang, melambangkan Santo Yohanes, yang Injilnya dimulai dengan penegasan yang
jelas tentang Keilahian Tuhan, terbang lebih tinggi dari Penginjil lainnya,
seperti elang terbang lebih tinggi dari burung lainnya. Jadi, empat binatang itu
menandakan Empat Injil (dan oleh mereka seluruh Perjanjian Baru dilambangkan).
Dan, pada saat yang sama, Santo Yohanes melihat
apa yang dia sebut sebagai nenek moyang atau tua-tua, yang secara jelas
melambangkan para Bapa Bangsa dan Nabi, dari Perjanjian Lama.
Jadi, Santo Yohanes adalah sungguh melihat
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, yang keduanya kita baca selama Misa Kudus.
Anak Domba
Sedang Berdiri Saat Dibunuh
Dan sekarang kita sampai di pusat penglihatan,
kita sampai pada apa yang ada di tengah Altar: Anak Domba, berdiri, seperti
disembelih. Domba dikatakan berdiri karena dia masih hidup, tetapi pada saat
yang sama dia seperti disembelih, karena dia dalam kondisi dikorbankan. Kita
semua tahu siapa Domba ini. Itu adalah Yesus Kristus, Tuhan kita, yang dalam
kemanusiaan-Nya menjadi Korban dari Kurban Pendamaian bagi dosa-dosa seluruh
dunia. Dan di sini kita dapat melihat bahwa pengorbanan dari Hukum Lama
hanyalah gambaran tersamar dari Pengorbanan Agung ini, yang merupakan kenyataan
yang telah diumumkan sejak awal. Anak Domba Allah secara fisik dikorbankan di
kayu Salib. Tetapi setelah kematian-Nya, Dia hidup kembali. Jadi Anak Domba
yang tadinya mati, hidup, sekarang dan selamanya.
Namun, Dia dikatakan berada dalam kondisi dikorbankan,
karena Tuhan, sampai akhir zaman, secara mistik dikorbankan di atas Altar. Pada
saat Kurban Kudus Misa, Tuhan hadir dalam keadaan dikorbankan karena konsekrasi
ganda: tubuh dipisahkan dari darah, yang menandakan korban-Nya, kematian-Nya.
Jadi, Santo Yohanes berbicara tentang Sakramen
Mahakudus dari Ekaristi. Dan kita tidak perlu heran mendengar bahwa Santo
Yohanes melihat Altar, Kitab Suci dan Sakramen Mahakudus. Dia sendiri adalah
seorang pastor, jadi kita sudah sangat akrab dengan kenyataan ini. Seperti yang
saya katakan sebelumnya, dia sedang menjelaskan, dengan kata-kata mistik,
Korban Mahakudus di dalam Misa.
Saudara-saudariku, apa yang telah kita lihat
sampai sekarang, cukup familiar bagi banyak dari kita: Tuhan kita sebagai Anak
Domba Allah, dikorbankan secara mistik di Altar. Tetapi apa yang masih harus
kita katakan mengenai penglihatan Santo Yohanes mungkin, bagi beberapa orang,
seperti sebuah pewahyuan atau sebuah pernyataan.
"Tujuh
Roh Tuhan" Dikirim Ke Seluruh Bumi
Jadi, Santo Yohanes melanjutkan dengan
deskripsi atas penglihatannya. Dia melihat bahwa anak domba itu memiliki tujuh
tanduk dan tujuh mata. Tujuh tanduk melambangkan kepenuhan kuasa-Nya, dan tujuh
mata melambangkan ketujuh roh Tuhan yang diutus ke seluruh bumi. Apa yang kita
sebut ketujuh roh Tuhan adalah ketujuh karunia Roh Kudus. Dan Anak Domba Allah
mengkomunikasikan karunia-karunia ini kepada kita juga selama Kurban Mahakudus dalam
Misa.
Sungguh menakjubkan melihat bahwa segala
sesuatu dalam Liturgi Tradisional Gereja begitu indah, begitu sempurna, sehingga
kita harus menyimpulkan bahwa Liturgi memang karya Roh Kudus.
Selama Kurban Kudus, dari Pembukaan hingga
Berkat Akhir, imam memberikan tujuh
salam mistik kepada umat beriman. Tujuh kali dia mengucapkan “Dominus
vobiscum,” dengan maksud untuk mengkomunikasikan karunia Roh Kudus, pada setiap
salam, dengan kehendak Tuhan.
Salam
mistik pertama terjadi tepat sebelum doa Misa dimulai, dan
itu mengkomunikasikan Roh Kebijaksanaan. Itu terjadi tepat sebelum Misa karena
Karunia Kebijaksanaan mengajari kita apa yang harus diminta dari Tuhan.
Salam
mistik kedua terjadi sebelum Injil. Dan itu
mengkomunikasikan Roh Pemahaman, agar kita dapat memahami firman Tuhan secara
penuh, dalam seluruh kedalamannya, sehingga kita dapat mempraktikkannya.
Salam
mistik ketiga terjadi sebelum Persembahan dan itu
mengkomunikasikan Roh Penasihat, agar kita dapat membedakan kehendak Tuhan, apa
yang mungkin Dia minta untuk kita persembahkan kepada-Nya.
Salam
mistik keempat terjadi sebelum Prefasi dan itu
mengkomunikasikan Roh Ketabahan, agar kita cukup kuat untuk mengikuti Anak
Domba Tuhan di jalan salib, cukup kuat untuk menyelesaikan semua pengorbanan
yang mungkin diminta Tuhan dari kita.
Salam
mistik kelima terjadi sebelum Agnus Dei dan ini
mengkomunikasikan Roh Pengetahuan, sehingga kita dapat menyadari kesia-siaan dari
semua hal di dunia ini, dan agar kita tidak terikat pada apa pun yang tidak
kekal. Dan inilah satu-satunya cara untuk mendapatkan kedamaian. Itulah mengapa
salam ini merupakan Pax Domini sit semper
vobiscum.
Salam
mistik keenam terjadi tepat setelah Komuni Kudus, dan itu
mengkomunikasikan Roh Kesalehan, semangat kasih dan pengabdian kepada Tuhan,
terutama dalam Sakramen Mahakudus di Altar.
Dan salam
mistik ketujuh yang terjadi sebelum Berkat Terakhir dan itu mengkomunikasikan
Roh rasa takut yang kudus, agar kita bisa menghormati Tuhan, kita bisa menjauh dari
dosa dan melakukan apa yang benar. Dan Berkat Terakhir memeteraikan kita semua dengan
karunia rohani yang telah kita terima.
Saudara-saudariku, kita dapat melihat realisasi
ayat dari kitab Wahyu dalam Kurban Misa Kudus. Dalam Kurban Misa Kudus, kita
menerima daging Anak Domba Allah, yang dikorbankan untuk keselamatan kita. Kita
juga tidak boleh melupakan bahwa dalam Kurban Misa Kudus kita juga menerima
komunikasi dari Roh Kudus, Tujuh Karunia-Nya.
Setiap Misa adalah peristiwa Kalvari, tetapi
juga adalah Pentakosta. Karena Roh Kudus turun atas kita masing-masing.
Jadi lain kali jika kita hadir dalam Kurban
Kudus, marilah kita memperhatikan ketika imam mengucapkan Dominus vobiscum. Ini adalah salam mistik yang bermaksud
mengkomunikasikan tujuh rahmat dari Tuhan. Dan biarlah umat beriman menanggapi
salam itu dengan amal kasih yang sejati, dan berharap rahmat yang sama kepada
imam: Et cum spiritu tuo. Amin.
---------------------------------
Silakan membaca artikel lainnya disini:
Berkat
Yang Tidak Berasal Dari Agama Manapun
Perang
Dilancarkan Setan Terhadap Profesi Imamat