KISAH LUAR BIASA DARI API PENYUCIAN
“Saya tahu ketika engkau berdoa
untuk saya, dan itu juga sama dengan semua jiwa lain di sini di Api Penyucian.
Sangat sedikit dari kita di sini yang mendapatkan doa; mayoritas dari kita
benar-benar ditinggalkan, tanpa ingatan atau doa yang dipanjatkan untuk kita
dari orang-orang di dunia." - Pesan dari suatu jiwa di Api Penyucian
Selama bertahun-tahun mempelajari
kehidupan para mistikus Gereja, saya telah mengumpulkan banyak saksi mata dari
berbagai buku dan manuskrip penampakan jiwa-jiwa di Api Penyucian kepada
sejumlah orang. Banyak dari kisah-kisah ini tidak diketahui secara luas, jadi
saya pikir akan menjadi studi yang sangat menarik untuk mengumpulkan sejumlah
kisah yang lebih pendek dari berbagai sumber bagi mereka yang tertarik dengan
masalah ini.
Penglihatan St.Pater Pio atas
jiwa-jiwa di Api Penyucian
Pada bulan Mei 1922, Pater Pio
memberikan kesaksian berikut kepada Uskup Melfi, Yang Mulia Alberto Costa, dan
juga pemimpin biara, Padre Lorenzo dari San Marco, bersama dengan lima biarawan
lainnya. Salah satu dari lima biarawan itu, Fra Alberto D ’Apolito dari San
Giovanni Rotondo menuliskan laporan tersebut sebagai berikut:
“Saat berada di biara pada suatu
sore musim dingin setelah hujan salju lebat, Pio sedang duduk di dekat perapian
pada suatu malam di ruang tamu, asyik berdoa, tiba-tiba ada seorang lelaki tua,
mengenakan jubah kuno yang sering dikenakan oleh para petani Italia selatan saat
dulu, duduk di sampingnya. Mengenai pria ini, Pio menyatakan: ‘Saya tidak dapat
membayangkan bagaimana dia bisa memasuki biara pada malam seperti ini karena
semua pintu terkunci. Saya menanyainya: 'Siapa kamu? Apa yang kau inginkan?'
Orang tua itu memberitahunya,
"Padre Pio, saya Pietro Di Mauro, putra Nicola, yang dijuluki
Precoco." Dia melanjutkan dengan berkata, “Saya meninggal di biara ini
pada tanggal 18 September 1908, di sel nomor 4, ketika itu masih sebuah rumah
miskin. Suatu malam, ketika di tempat tidur, saya tertidur dengan cerutu yang
menyala, yang kemudian membakar kasur saya hingga saya terbakar dan meninggal.
Sekarang saya masih berada di Api Penyucian. Saya membutuhkan Misa Kudus untuk bisa
dibebaskan. Tuhan mengizinkan saya datang kesini dan meminta bantuan Anda."
Pater Pio berkata: “Setelah
mendengarkan dia, saya menjawab, 'Yakinlah bahwa besok saya akan merayakan Misa
untuk pembebasanmu.' Saya, (Pater Pio) bangkit dan menemani pria itu berjalan ke
pintu biara, agar dia bisa segera pergi. Saya tidak menyadari pada saat itu
bahwa pintu-pintu telah tertutup dan dalam keadaan terkunci. Saya membukanya
dan mengucapkan selamat tinggal kepada orang itu. Bulan menerangi alun-alun
yang tertutup salju. Ketika saya tidak lagi melihatnya di depan saya, saya dikuasai
oleh rasa takut, dan saya segera menutup pintu, masuk kembali ke ruang tamu,
dan merasa lemah."
Beberapa hari kemudian, Padre Pio
juga menceritakan kisah itu kepada Pater Paolino, dan keduanya memutuskan untuk
pergi ke balai kota, di mana mereka melihat statistik penduduk untuk melihat
data tahun 1908 dan menemukan bahwa pada 18 September tahun itu, ada seorang yang
bernama Pietro Di Mauro telah meninggal karena luka bakar dan sesak napas, di
Kamar Nomor 4 di biara, kemudian biara itu digunakan sebagai rumah penampungan bagi
para tunawisma.
Sekitar waktu yang sama, Padre Pio
memberi tahu Fra Alberto tentang penampakan jiwa lain dari Api Penyucian yang
juga terjadi sekitar waktu yang sama. Dia berkata:
Suatu malam, ketika saya asyik
berdoa di tempat paduan suara di gereja kecil, saya diguncang dan diganggu oleh
suara langkah kaki, dan secara tiba-tiba lilin serta vas bunga berpindah ke altar
utama. Saya berpikir bahwa seseorang pasti ada di sana, saya berteriak,
"Siapa itu?"
Tidak ada yang menjawab. Kembali berdoa,
saya lagi-lagi diganggu oleh suara-suara yang sama. Namun, kali ini saya
mendapat kesan bahwa salah satu lilin yang berada di depan patung Our Lady of Grace telah jatuh. Ingin
melihat apa yang terjadi di altar, saya berdiri, mendekati jeruji dan melihat,
di bawah bayang-bayang cahaya lampu Tabernakel, nampak seorang frater muda
sedang melakukan pembersihan. Saya berteriak, "Apa yang kau lakukan dalam
kegelapan?" Biarawan kecil itu menjawab, "Saya sedang
membersihkan."
“Kamu membersihkan di dalam
gelap?” Saya bertanya. "Kamu siapa?"
Biarawan kecil itu berkata, 'Saya
adalah seorang novis Capuchin, yang menghabiskan waktu di Api Penyucian di sini. Saya
membutuhkan doa.' Dan kemudian dia menghilang."
Pater Pio mengatakan bahwa dia
segera mulai berdoa untuknya seperti yang diminta, dan tidak diketahui apakah
dia berurusan lebih jauh dengan jiwa khusus ini. Namun, berkenaan dengan jiwa-jiwa
di Api Penyucian, sangat menarik untuk dicatat bahwa di kemudian hari Pater Pio
pernah berkata 'Karena banyak jiwa orang mati yang datang ke sini [ke biara]
seperti jiwa orang yang hidup. ” Tanpa ragu, banyak jiwa dari Api Penyucian
mengunjungi Pater Pio untuk meminta doa, kurban dan penderitaan untuk
membebaskan mereka.
Dari tulisan Suster M. de L.C.,
yang ditulis dari tahun 1874-1890
Untuk mendapatkan gambaran tentang
bagaimana Api Penyucian itu, kita bisa melihat sekilas dari tulisan seorang biarawati
dari Prancis yang meninggal pada 22 Februari 1871 pada usia 36 tahun. Dua
setengah tahun kemudian (pada November 1873) dia mulai muncul dari Api
Penyucian dan menampakkan diri kepada seorang biarawati di biara, bernama
Suster M. de LC (nama dirahasiakan dalam naskah untuk melindungi identitas
biarawati itu, karena tulisan itu diterbitkan saat biarawati itu masih hidup)
seperti yang terkait dalam buklet “An
Unpublished Manuscript on Purgatory”diterbitkan oleh The Reparation Society of the Immaculate Heart of Mary, Inc., 2002:
“Saya dapat memberi tahu kamu tentang
berbagai tingkatan dari Api Penyucian karena saya telah melewatinya. Di Api
Penyucian yang besar ada beberapa tingkatan. Di bagian yang paling rendah dan
paling menyakitkan, ini seperti neraka yang bersifat sementara, dan di sini ada
orang-orang berdosa yang telah melakukan kejahatan yang mengerikan selama hidup
mereka dan yang kematiannya mendadak dan mengejutkan mereka, dalam keadaan dosa
seperti itu. Hampir merupakan mukjizat bahwa mereka masih bisa diselamatkan,
dan seringkali dengan doa orang tuanya yang saleh atau orang-orang saleh
lainnya. Kadang-kadang mereka bahkan tidak punya waktu untuk mengakukan
dosa-dosa mereka dan dunia mengira mereka tersesat, tetapi Tuhan, yang belas
kasihan-Nya tidak terbatas, memberi mereka, pada saat kematiannya, penyesalan
yang diperlukan untuk keselamatan mereka, karena satu atau lebih perbuatan baik
yang mereka lakukan dalam hidupnya.
Bagi jiwa-jiwa seperti itu, Api
Penyucian sangatlah mengerikan. Ini adalah neraka yang nyata dengan perbedaan:
bahwa di neraka mereka membenci dan mengutuki Tuhan, sedangkan di Api Penyucian
kita memberkati-Nya dan berterima kasih kepada-Nya karena telah menyelamatkan
kita.
Di samping mereka ini, ada juga jiwa-jiwa,
yang meskipun mereka tidak melakukan kejahatan besar seperti yang lainnya, tetapi
mereka bersikap tidak peduli kepada Tuhan. Mereka tidak memenuhi tugas sebagai
orang Katolik, terutama kewajiban Paskah mereka, dan juga belum bertobat pada
saat kematian. Banyak yang tidak menerima Komuni Kudus. Mereka berada di Api
Penyucian karena sikap ketidakpedulian selama bertahun-tahun. Mereka menderita
rasa sakit yang tak bisa diceritakan dan mereka ditinggalkan, entah melalui
tiadanya doa bagi mereka, atau jika doa itu didaraskan bagi mereka, tetapi mereka
tidak diizinkan untuk menerima manfaat dari doa-doa itu. Di Api Penyucian dalam
tahap ini, banyak religius pria maupun wanita, yang suam-suam kuku, lalai dalam
tugasnya, acuh tak acuh terhadap Yesus, juga para imam yang tidak menjalankan
pelayanan suci mereka dengan hormat kepada Yang Mahakuasa dan Berdaulat dan
yang tidak mewartakan kasih Tuhan secara cukup kepada jiwa-jiwa yang berada
dalam pemeliharaan mereka. Saya berada di tahap Api Penyucian ini.
Di Api Penyucian tingkat kedua ada
jiwa orang-orang yang mati dengan dosa ringan yang tidak sepenuhnya ditebus
sebelum kematiannya, atau dengan memiliki dosa berat yang telah diampuni tetapi
mereka belum sepenuhnya memuaskan Keadilan Ilahi. Di bagian Api Penyucian ini,
juga terdapat derajat yang berbeda-beda sesuai dengan kemampuan masing-masing
jiwa.
Jadi Api Penyucian bagi jiwa-jiwa
yang dikuduskan (kaum religius) atau mereka yang telah menerima lebih banyak
rahmat, adalah lebih lama dan jauh lebih menyakitkan daripada Api Penyucian
bagi orang-orang biasa (umat awam).
Terakhir, ada ‘Api Penyucian rindu’
yang disebut juga dengan ‘Api Penyucian Ambang Batas.’ Sangat sedikit jiwa yang
lolos dari sini. Untuk menghindarinya sama sekali, seseorang harus sangat
menginginkan Surga dan sangat merindukan penglihatan akan Tuhan. Itu jarang,
lebih jarang daripada yang dipikirkan orang, karena bahkan orang-orang saleh
pun takut kepada Tuhan dan, oleh karena itu, mereka takut dan tidak memiliki
keinginan yang cukup kuat untuk pergi ke Surga. Api penyucian ini memiliki siksaan
yang sangat menyakitkan seperti yang lainnya. Kehilangan pandangan tentang
Yesus yang penuh kasih, akan menambah penderitaan yang hebat."
Penjelasan
lain tentang tingkat-tingkat di Api Penyucian dari buku yang sama ini:
Retreat, Agustus 1878:
“Orang-orang berdosa besar yang acuh tak acuh terhadap Tuhan, dan kaum religius
yang bekerja tidak seperti yang seharusnya, berada di tahap Api Penyucian yang
paling rendah. Sementara mereka berada di sana [di Api Penyucian terendah], doa
yang dipanjatkan bagi mereka tidak diterapkan pada mereka, atas Kehendak Tuhan.
Karena mereka telah mengabaikan Tuhan selama hidup mereka, sekarang Tuhan pada
gilirannya membiarkan mereka untuk ditinggalkan [tanpa bantuan doa orang lain]
agar mereka dapat memperbaiki kehidupan mereka yang lalai dan tidak bermanfaat.
Sementara di bumi seseorang
benar-benar tidak dapat membayangkan atau menggambarkan apa sebenarnya Tuhan
itu, tetapi kita (di Api Penyucian) mengetahui dan memahami Dia sepenuhnya, apa
adanya, karena jiwa kita dibebaskan dari semua ikatan yang membelenggu dan
mencegah jiwa kita untuk menyadari kekudusan dan keagungan Tuhan serta belas
kasihan-Nya yang sangat besar. Kami adalah para martir, ditelan oleh kasih.
Suatu kekuatan yang tak tertahankan menarik kita ke arah Tuhan yang merupakan
pusat kita, tetapi pada saat yang sama kekuatan lain mendorong kita untuk kembali
ke tempat penebusan kita.
Kami berada dalam kondisi yang tidak
dapat memuaskan kerinduan kami. Oh, betapa beratnya penderitaan ini, tetapi
kami menginginkannya dan tidak ada ucapan menggerutu yang menentang Tuhan di
sini. Kami hanya menginginkan apa yang Tuhan inginkan. Anda di bumi,
bagaimanapun, tidak mungkin memahami apa yang kami tanggung di sini.
Saya sangat lega karena saya tidak
lagi berada di dalam api. Saya sekarang hanya memiliki keinginan yang tak pernah
terpuaskan untuk melihat Tuhan, ini adalah sebuah penderitaan yang cukup kejam,
tetapi saya merasa bahwa akhir dari pengasingan saya sudah dekat, dan bahwa
saya akan segera meninggalkan tempat ini, di tempat mana saya merindukan Tuhan
dengan segenap hati saya. Saya mengetahuinya dengan baik, saya merasa lebih
nyaman, tetapi saya tidak dapat memberi tahu engkau hari atau jam pembebasan
saya. Hanya Tuhan yang tahu itu. Bisa jadi saya masih merindukan Surga selama
bertahun-tahun lagi. Teruslah berdoa bagi saya, dan saya akan membalasnya
nanti, meskipun saya telah banyak berdoa untukmu sekarang ini, di Api Penyucian
ini.
Mengapa saya berdoa untukmu dengan
semangat yang lebih rendah daripada saya berdoa untuk orang lain, dan
seringkali saya lupa untuk merekomendasikan engkau?
Jangan menyusahkan diri sendiri
tentang itu. Itu adalah hukuman bagiku.
Bahkan jika engkau lebih banyak
berdoa, saya tidak merasa lebih lega. Tuhan menghendaki demikian. Jika Dia
ingin engkau lebih banyak berdoa, Dia akan mengilhami engkau untuk
melakukannya. Saya ulangi lagi, jangan khawatir tentang saya. Engkau tidak akan
pernah melihat saya dalam penderitaan saya. Nanti, ketika jiwamu lebih kuat, engkau
akan melihat jiwa-jiwa di Api Penyucian dan jiwa-jiwa yang sangat mengerikan,
tetapi jangan biarkan hal ini membuatmu takut. Tuhan kemudian akan memberimu
keberanian yang diperlukan dan semua yang kau butuhkan untuk mencapai kehendak
kudus-Nya.
Bukankah ini sebuah hukuman?
Tidak, tentu tidak, saya di sini demi
mencapai kelegaan saya dan untuk pengudusanmu. Jika engkau mau, perhatikan
sedikit lebih banyak pada apa yang saya katakan.
Hal itu benar, tetapi
kejadian-kejadian ini begitu luar biasa sehingga saya tidak tahu harus berbuat
apa. Ini adalah hal yang tidak biasa jika engkau mendengar seperti ini.
Saya memahami dengan baik
kesulitanmu dan saya menyadari penderitaanmu dalam hal ini. Namun, jika Tuhan
menginginkannya maka hal itu meringankan saya. Engkau akan mengasihani saya,
bukan? Ketika saya dibebaskan engkau akan melihat bahwa saya akan melakukan
jauh lebih banyak untukmu daripada yang pernah kau lakukan untuk saya. Saya
sudah banyak berdoa untukmu.
Dimana Suster ?
Di Api Penyucian terendah, di mana
dia tidak menerima manfaat dari doa siapa pun. Tuhan sering tidak senang, jika
seseorang berkata demikian, ketika banyak religius mati, karena Dia telah
memanggil jiwa-jiwa ini kepada-Nya sendiri, agar mereka dapat melayani-Nya
dengan setia di bumi, dan bisa langsung naik ke Surga pada saat kematiannya. Tetapi
karena ketidaksetiaan mereka, mereka harus tinggal lama di Api Penyucian — jauh
lebih lama daripada orang-orang awam yang tidak memiliki begitu banyak rahmat.
Retret September 1879. Kita melihat St. Michael sebagaimana kita melihat para
malaikat. Dia tidak punya tubuh fisik.
Dia datang untuk menjemput jiwa-jiwa yang telah menyelesaikan pemurniannya.
Dialah yang membawa mereka ke Surga. Dia ada di antara Seraphim seperti yang
dikatakan oleh Monsinyur. Dia adalah malaikat tertinggi di Surga. Malaikat
Pelindung kita sendiri datang untuk melihat kita tetapi St. Michael jauh lebih indah
dari mereka. Adapun Perawan Terberkati,
kita bisa melihatnya di dalam tubuh. Dia datang ke Api Penyucian pada hari-hari
pestanya dan dia kembali ke Surga dengan membawa banyak jiwa.
Tingkat-tingkat yang berbeda di
Api Penyucian
Saat dia bersama kami, kami tidak
menderita. St Michael sering menemaninya. Saat dia tidak datang, kami menderita
seperti biasa. Jika saya berbicara kepadamu seperti ini, tentang Api Penyucian besar
dan Api Penyucian yang kedua, itu adalah untuk membuatmu paham bahwa ada
tahapan-tahapan berbeda di Api Penyucian. Jadi saya menyebut tahap Api
Penyucian itu "besar" atau "terburuk" di mana jiwa-jiwa
yang paling bersalah berada, dan di mana saya tinggal selama dua tahun disitu tanpa
bisa memberi rincian siksaan yang saya derita. Tahun ketika engkau mendengar
saya mengerang, ketika saya mulai berbicara denganmu, saya masih berada di
tempat yang sama.
Di Api Penyucian kedua, masih di Api
Penyucian tetapi sangat berbeda dari yang pertama, seseorang sangat menderita,
tetapi lebih sedikit daripada di tempat penebusan yang besar. Kemudian ada
tingkat ketiga, yaitu Api Penyucian kerinduan, di mana tidak ada api disitu.
Jiwa-jiwa yang tidak cukup menginginkan Surga, yang tidak cukup mencintai
Tuhan, berada di sana. Di sanalah saya saat ini. Lebih jauh lagi, di tiga
bagian Api Penyucian ini, ada banyak variasinya. Sedikit demi sedikit, saat
jiwa telah dimurnikan, penderitaannya berubah, semakin ringan
Engkau terkadang berkata kepada
saya bahwa menyempurnakan jiwa adalah proses yang panjang dan engkau juga heran
bahwa meski ada begitu banyak doa, saya begitu lama kehilangan pandangan akan
Tuhan. Sayangnya, penyempurnaan jiwa saya tidak membutuhkan waktu yang lebih
singkat di Api Penyucian daripada penyempurnaan di bumi. Disana ada sejumlah
jiwa, tetapi mereka sangat sedikit, yang hanya memiliki sedikit dosa ringan
untuk ditebus. Mereka tidak tinggal lama di Api Penyucian. Beberapa doa yang
diucapkan dengan baik, beberapa pengorbanan, akan segera membebaskan mereka
dari Api Penyucian. Tetapi ketika ada jiwa-jiwa seperti jiwa saya - dan hampir
semua jiwa yang hidupnya begitu hampa dan yang kurang atau tidak memperhatikan
keselamatan kekal mereka - maka seluruh
hidup mereka harus dimulai kembali di tempat penebusan ini. Jiwa itu akan menyempurnakan
dirinya sendiri dan mencintai serta menginginkan Tuhan, yang tidak cukup
dicintai olehnya di bumi. Inilah alasan mengapa pembebasan beberapa jiwa bisa tertunda.
Tuhan telah memberi saya anugrah yang sangat besar hingga memungkinkan saya
untuk meminta doa. Saya tidak pantas untuk mendapatkannya, tetapi tanpa doa-doa
ini saya akan tetap seperti kebanyakan orang di sini, selama bertahun-tahun
lagi."
Kuasa yang besar dari Misa Kudus
bagi jiwa-jiwa di Api Penyucian
Selanjutnya, dari buku Purgatory - Explained by the Lives and
Legends of the Saints oleh Pastor F.X. Schouppe, S.J., Tan Books, 1986,
kita bisa membaca kisah-kisah yang menyoroti kekuatan dan pentingnya
mempersembahkan Misa Kudus bagi orang-orang yang telah meninggal. Berikut ini
adalah kesaksian yang tulus dari orang yang mengalami beberapa kali kunjungan
dari jiwa di Api Penyucian, dan karenanya dia memberikan kesaksian yang rinci
dan jujur tentang fakta-fakta yang ada:
Pada 13 Oktober 1849, telah meninggal
pada usia lima puluh dua tahun, di paroki Ardoye, di Flanders, seorang wanita
bernama Eugenie Van de Kerckove, yang suaminya, John Wybo, adalah seorang
petani. Dia adalah seorang wanita yang saleh dan dermawan yang dengan murah
hati memberi sedekah sesuai dengan kemampuannya. Dia memiliki, sampai akhir
hidupnya, devosi yang besar kepada Perawan Maria yang Terberkati, dan tidak
makan daging untuk menghormatinya pada hari Jumat dan Sabtu setiap minggu.
Meskipun perilakunya tidak bebas dari kesalahan tertentu, dia menjalani
kehidupan yang patut diteladani dan mendidik.
Eugenie memiliki seorang pelayan
bernama Barbara Vennecke, berusia dua puluh delapan tahun, yang dikenal sebagai
gadis yang berbudi luhur dan berbakti, dan yang telah membantu majikannya di
saat penyakit terakhirnya, dan setelah kematian Eugenie, dia terus melayani
tuannya, John Wybo, duda dari Eugenie.
Sekitar tiga minggu setelah
kematiannya, almarhum menampakkan diri kepada pembantunya dalam keadaan yang
sekarang akan kita ceritakan. Saat itu tengah malam. Barbara tidur nyenyak,
ketika dia mendengar dirinya dipanggil dengan jelas tiga kali dengan menyebut namanya.
Dia terbangun dengan kaget, dan melihat Eugenie, tuan putrinya, berada di
depannya, duduk di sisi tempat tidurnya, mengenakan gaun kerja, yang terdiri
dari rok dan jaket pendek. Atas pemandangan yang luar biasa ini, Barbara
tercengang. Pada penampakan itu Eugenie berbicara kepadanya:
"Barbara," katanya, hanya mengucapkan namanya. "Apa yang kau
inginkan, Eugenie?" jawab pelayan itu.
Kata nyonya itu: "Silakan
ambil penggaruk kecil yang sering saya katakan kepadamu agar kau taruh di tempatnya;
aduk tumpukan pasir di ruangan kecil itu. Kamu tahu yang mana yang saya maksudkan.
Kamu akan menemukan di sana ada uang 500 franks. Gunakan itu untuk mengadakan
Misa Kudus, dua franc untuk setiap Misa, untuk intensi saya, karena saya masih
menderita." "Aku akan melakukannya segera, Eugenie," jawab
Barbara, dan kemudian penampakan itu lenyap. Setelah beberapa saat dia tertidur
lagi, dan beristirahat dengan tenang sampai pagi:
Saat terbangun, Barbara berpikir
bahwa mungkin itu semua hanya mimpi, tetapi dia sangat terkesan, dan terus terjaga,
dia telah melihat nyonya lamanya dalam bentuk yang begitu berbeda, begitu penuh
dengan semangat kehidupan dan dia telah menerima dari mulut nyonya itu petunjuk
yang begitu tepat, sehingga dia tidak dapat menahan diri untuk tidak berkata,
“Ini tidak mungkin hanya mimpi. Saya melihat majikan saya secara pribadi; dia
menampilkan dirinya di depan mataku dan dia pasti berbicara kepadaku. Ini bukan
mimpi, tapi kenyataan."
Karena itu dia segera pergi dan
mengambil penggaruk sesuai petunjuk, mengaduk-aduk pasir, dan mengeluarkan tas
berisi uang sejumlah lima ratus franc.
Dalam keadaan yang aneh dan luar
biasa seperti itu, gadis pelayan yang baik itu berpikir bahwa adalah tugasnya
untuk meminta nasihat dari pastor sebelum menghabiskan 500 franc untuk
mengadakan Misa, dan dia pergi untuk menceritakan kepada pastor semua yang
telah terjadi. Yang Mulia Abbe R., yang saat itu adalah pastor paroki Ardoye,
menjawab bahwa Misa yang diminta oleh jiwa yang telah meninggal itu secara
mutlak harus dilaksanakan, tetapi, untuk menghabiskan sejumlah uang,
persetujuan dari suaminya, John Wybo, diperlukan, sejak uang itu ditemukan di
rumahnya. Yang terakhir, dia musti dengan sukarela menyetujui bahwa uang itu akan
digunakan untuk tujuan yang begitu suci, dan Misa dirayakan, dengan dua franc
untuk setiap Misa.
Kami meminta perhatian pada masalah
sumbangan uang untuk Misa, karena hal itu sesuai dengan kebiasaan almarhum yang
saleh. Biaya untuk Misa yang ditetapkan oleh keuskupan pada saat itu adalah
satu setengah franc, tetapi selama hidupnya Eugenie - melalui pertimbangan yang
baik dan amal saleh untuk para klerus, banyak dari mereka yang sangat miskin -
selalu memberikan dua franc untuk setiap Misa yang dia pakai untuk persembahan.
Jadi, persembahan Misa ekstra 1/2 frank yang biasa dia lakukan adalah tindakan
amal dan dukungan keuangan tambahan untuk para imam yang merayakannya.
Dua bulan setelah penampakan pertama, saat Misa masih dilakukan untuk intensi Eugenie, Barbara dibangunkan kembali di malam hari. Kali ini kamarnya dipenuhi dengan cahaya yang terang, dan majikannya, Eugenie, muncul di hadapannya dengan senyuman cerah, cantik dan segar dalam penampilan seperti di masa mudanya, dan mengenakan jubah putih yang menyilaukan— “Barbara,” majikannya berkata dengan suara yang jelas, “Terima kasih! Karena aku sekarang dibebaskan dari tempat pemurnian.' Setelah mengatakan kata-kata ini, dia menghilang, dan ruangan itu menjadi gelap seperti sebelumnya.
Pelayan itu, Barbara, kagum dengan apa yang baru saja dilihatnya, dan dengan sangat gembira dia segera menyebarkan cerita yang luar biasa itu kepada semua orang di kota itu. Penampakan ini membuat kesan yang paling hidup di benaknya, dan dia menyimpan sampai hari ini kenangan yang paling menghibur itu. Dari dialah kami mendapatkan rincian kisah ini, melalui bantuan Yang Mulia Abbe L., yang menjadi kurator di Ardoye ketika fakta-fakta ini terjadi.
-------------------------------
Silakan membaca artikel lainnya disini:
Kardinal
Burke Kepada Para Klerus: Tetaplah Berani, Meski Ada Skisma
Pemberkatan
Pasangan Homoseksual Di Jerman ...
Anda
Sedang Berada Di Jalan Ke Neraka
Gereja
Katolik Jerman Menentang Vatikan
Gisella
Cardia, 27 April, & 1, 3, 8, 12, 13 Mei 2021