Sunday, May 16, 2021

Kisah Luar Biasa Dari Api Penyucian

 KISAH LUAR BIASA DARI API PENYUCIAN

 BY SIGNS & WONDERS MAY 14, 2021

 https://sign.org/articles/amazing-stories-from-purgatory-and-the-afterlife-212490

  


 

“Saya tahu ketika engkau berdoa untuk saya, dan itu juga sama dengan semua jiwa lain di sini di Api Penyucian. Sangat sedikit dari kita di sini yang mendapatkan doa; mayoritas dari kita benar-benar ditinggalkan, tanpa ingatan atau doa yang dipanjatkan untuk kita dari orang-orang di dunia." - Pesan dari suatu jiwa di Api Penyucian

 

Selama bertahun-tahun mempelajari kehidupan para mistikus Gereja, saya telah mengumpulkan banyak saksi mata dari berbagai buku dan manuskrip penampakan jiwa-jiwa di Api Penyucian kepada sejumlah orang. Banyak dari kisah-kisah ini tidak diketahui secara luas, jadi saya pikir akan menjadi studi yang sangat menarik untuk mengumpulkan sejumlah kisah yang lebih pendek dari berbagai sumber bagi mereka yang tertarik dengan masalah ini.

 

 

Penglihatan St.Pater Pio atas jiwa-jiwa di Api Penyucian

 

Pada bulan Mei 1922, Pater Pio memberikan kesaksian berikut kepada Uskup Melfi, Yang Mulia Alberto Costa, dan juga pemimpin biara, Padre Lorenzo dari San Marco, bersama dengan lima biarawan lainnya. Salah satu dari lima biarawan itu, Fra Alberto D ’Apolito dari San Giovanni Rotondo menuliskan laporan tersebut sebagai berikut:

 

“Saat berada di biara pada suatu sore musim dingin setelah hujan salju lebat, Pio sedang duduk di dekat perapian pada suatu malam di ruang tamu, asyik berdoa, tiba-tiba ada seorang lelaki tua, mengenakan jubah kuno yang sering dikenakan oleh para petani Italia selatan saat dulu, duduk di sampingnya. Mengenai pria ini, Pio menyatakan: ‘Saya tidak dapat membayangkan bagaimana dia bisa memasuki biara pada malam seperti ini karena semua pintu terkunci. Saya menanyainya: 'Siapa kamu? Apa yang kau inginkan?'

 

Orang tua itu memberitahunya, "Padre Pio, saya Pietro Di Mauro, putra Nicola, yang dijuluki Precoco." Dia melanjutkan dengan berkata, “Saya meninggal di biara ini pada tanggal 18 September 1908, di sel nomor 4, ketika itu masih sebuah rumah miskin. Suatu malam, ketika di tempat tidur, saya tertidur dengan cerutu yang menyala, yang kemudian membakar kasur saya hingga saya terbakar dan meninggal. Sekarang saya masih berada di Api Penyucian. Saya membutuhkan Misa Kudus untuk bisa dibebaskan. Tuhan mengizinkan saya datang kesini dan meminta bantuan Anda."

 

Pater Pio berkata: “Setelah mendengarkan dia, saya menjawab, 'Yakinlah bahwa besok saya akan merayakan Misa untuk pembebasanmu.' Saya, (Pater Pio) bangkit dan menemani pria itu berjalan ke pintu biara, agar dia bisa segera pergi. Saya tidak menyadari pada saat itu bahwa pintu-pintu telah tertutup dan dalam keadaan terkunci. Saya membukanya dan mengucapkan selamat tinggal kepada orang itu. Bulan menerangi alun-alun yang tertutup salju. Ketika saya tidak lagi melihatnya di depan saya, saya dikuasai oleh rasa takut, dan saya segera menutup pintu, masuk kembali ke ruang tamu, dan merasa lemah."

 

Beberapa hari kemudian, Padre Pio juga menceritakan kisah itu kepada Pater Paolino, dan keduanya memutuskan untuk pergi ke balai kota, di mana mereka melihat statistik penduduk untuk melihat data tahun 1908 dan menemukan bahwa pada 18 September tahun itu, ada seorang yang bernama Pietro Di Mauro telah meninggal karena luka bakar dan sesak napas, di Kamar Nomor 4 di biara, kemudian biara itu digunakan sebagai rumah penampungan bagi para tunawisma.

 

Sekitar waktu yang sama, Padre Pio memberi tahu Fra Alberto tentang penampakan jiwa lain dari Api Penyucian yang juga terjadi sekitar waktu yang sama. Dia berkata:

 

Suatu malam, ketika saya asyik berdoa di tempat paduan suara di gereja kecil, saya diguncang dan diganggu oleh suara langkah kaki, dan secara tiba-tiba lilin serta vas bunga berpindah ke altar utama. Saya berpikir bahwa seseorang pasti ada di sana, saya berteriak, "Siapa itu?"

 

Tidak ada yang menjawab. Kembali berdoa, saya lagi-lagi diganggu oleh suara-suara yang sama. Namun, kali ini saya mendapat kesan bahwa salah satu lilin yang berada di depan patung Our Lady of Grace telah jatuh. Ingin melihat apa yang terjadi di altar, saya berdiri, mendekati jeruji dan melihat, di bawah bayang-bayang cahaya lampu Tabernakel, nampak seorang frater muda sedang melakukan pembersihan. Saya berteriak, "Apa yang kau lakukan dalam kegelapan?" Biarawan kecil itu menjawab, "Saya sedang membersihkan."

 

“Kamu membersihkan di dalam gelap?” Saya bertanya. "Kamu siapa?"

 

Biarawan kecil itu berkata, 'Saya adalah seorang novis Capuchin, yang menghabiskan waktu di Api Penyucian di sini. Saya membutuhkan doa.' Dan kemudian dia menghilang."

 

Pater Pio mengatakan bahwa dia segera mulai berdoa untuknya seperti yang diminta, dan tidak diketahui apakah dia berurusan lebih jauh dengan jiwa khusus ini. Namun, berkenaan dengan jiwa-jiwa di Api Penyucian, sangat menarik untuk dicatat bahwa di kemudian hari Pater Pio pernah berkata 'Karena banyak jiwa orang mati yang datang ke sini [ke biara] seperti jiwa orang yang hidup. ” Tanpa ragu, banyak jiwa dari Api Penyucian mengunjungi Pater Pio untuk meminta doa, kurban dan penderitaan untuk membebaskan mereka.

 

 

Dari tulisan Suster M. de L.C., yang ditulis dari tahun 1874-1890

 

Untuk mendapatkan gambaran tentang bagaimana Api Penyucian itu, kita bisa melihat sekilas dari tulisan seorang biarawati dari Prancis yang meninggal pada 22 Februari 1871 pada usia 36 tahun. Dua setengah tahun kemudian (pada November 1873) dia mulai muncul dari Api Penyucian dan menampakkan diri kepada seorang biarawati di biara, bernama Suster M. de LC (nama dirahasiakan dalam naskah untuk melindungi identitas biarawati itu, karena tulisan itu diterbitkan saat biarawati itu masih hidup) seperti yang terkait dalam buklet “An Unpublished Manuscript on Purgatory”diterbitkan oleh The Reparation Society of the Immaculate Heart of Mary, Inc., 2002:

 

“Saya dapat memberi tahu kamu tentang berbagai tingkatan dari Api Penyucian karena saya telah melewatinya. Di Api Penyucian yang besar ada beberapa tingkatan. Di bagian yang paling rendah dan paling menyakitkan, ini seperti neraka yang bersifat sementara, dan di sini ada orang-orang berdosa yang telah melakukan kejahatan yang mengerikan selama hidup mereka dan yang kematiannya mendadak dan mengejutkan mereka, dalam keadaan dosa seperti itu. Hampir merupakan mukjizat bahwa mereka masih bisa diselamatkan, dan seringkali dengan doa orang tuanya yang saleh atau orang-orang saleh lainnya. Kadang-kadang mereka bahkan tidak punya waktu untuk mengakukan dosa-dosa mereka dan dunia mengira mereka tersesat, tetapi Tuhan, yang belas kasihan-Nya tidak terbatas, memberi mereka, pada saat kematiannya, penyesalan yang diperlukan untuk keselamatan mereka, karena satu atau lebih perbuatan baik yang mereka lakukan dalam hidupnya.

 

Bagi jiwa-jiwa seperti itu, Api Penyucian sangatlah mengerikan. Ini adalah neraka yang nyata dengan perbedaan: bahwa di neraka mereka membenci dan mengutuki Tuhan, sedangkan di Api Penyucian kita memberkati-Nya dan berterima kasih kepada-Nya karena telah menyelamatkan kita.

 

Di samping mereka ini, ada juga jiwa-jiwa, yang meskipun mereka tidak melakukan kejahatan besar seperti yang lainnya, tetapi mereka bersikap tidak peduli kepada Tuhan. Mereka tidak memenuhi tugas sebagai orang Katolik, terutama kewajiban Paskah mereka, dan juga belum bertobat pada saat kematian. Banyak yang tidak menerima Komuni Kudus. Mereka berada di Api Penyucian karena sikap ketidakpedulian selama bertahun-tahun. Mereka menderita rasa sakit yang tak bisa diceritakan dan mereka ditinggalkan, entah melalui tiadanya doa bagi mereka, atau jika doa itu didaraskan bagi mereka, tetapi mereka tidak diizinkan untuk menerima manfaat dari doa-doa itu. Di Api Penyucian dalam tahap ini, banyak religius pria maupun wanita, yang suam-suam kuku, lalai dalam tugasnya, acuh tak acuh terhadap Yesus, juga para imam yang tidak menjalankan pelayanan suci mereka dengan hormat kepada Yang Mahakuasa dan Berdaulat dan yang tidak mewartakan kasih Tuhan secara cukup kepada jiwa-jiwa yang berada dalam pemeliharaan mereka. Saya berada di tahap Api Penyucian ini.

 

Di Api Penyucian tingkat kedua ada jiwa orang-orang yang mati dengan dosa ringan yang tidak sepenuhnya ditebus sebelum kematiannya, atau dengan memiliki dosa berat yang telah diampuni tetapi mereka belum sepenuhnya memuaskan Keadilan Ilahi. Di bagian Api Penyucian ini, juga terdapat derajat yang berbeda-beda sesuai dengan kemampuan masing-masing jiwa.

 

Jadi Api Penyucian bagi jiwa-jiwa yang dikuduskan (kaum religius) atau mereka yang telah menerima lebih banyak rahmat, adalah lebih lama dan jauh lebih menyakitkan daripada Api Penyucian bagi orang-orang biasa (umat awam).

 

Terakhir, ada ‘Api Penyucian rindu’ yang disebut juga dengan ‘Api Penyucian Ambang Batas.’ Sangat sedikit jiwa yang lolos dari sini. Untuk menghindarinya sama sekali, seseorang harus sangat menginginkan Surga dan sangat merindukan penglihatan akan Tuhan. Itu jarang, lebih jarang daripada yang dipikirkan orang, karena bahkan orang-orang saleh pun takut kepada Tuhan dan, oleh karena itu, mereka takut dan tidak memiliki keinginan yang cukup kuat untuk pergi ke Surga. Api penyucian ini memiliki siksaan yang sangat menyakitkan seperti yang lainnya. Kehilangan pandangan tentang Yesus yang penuh kasih, akan menambah penderitaan yang hebat."

 

Penjelasan lain tentang tingkat-tingkat di Api Penyucian dari buku yang sama ini:

 

Retreat, Agustus 1878: “Orang-orang berdosa besar yang acuh tak acuh terhadap Tuhan, dan kaum religius yang bekerja tidak seperti yang seharusnya, berada di tahap Api Penyucian yang paling rendah. Sementara mereka berada di sana [di Api Penyucian terendah], doa yang dipanjatkan bagi mereka tidak diterapkan pada mereka, atas Kehendak Tuhan. Karena mereka telah mengabaikan Tuhan selama hidup mereka, sekarang Tuhan pada gilirannya membiarkan mereka untuk ditinggalkan [tanpa bantuan doa orang lain] agar mereka dapat memperbaiki kehidupan mereka yang lalai dan tidak bermanfaat.

Sementara di bumi seseorang benar-benar tidak dapat membayangkan atau menggambarkan apa sebenarnya Tuhan itu, tetapi kita (di Api Penyucian) mengetahui dan memahami Dia sepenuhnya, apa adanya, karena jiwa kita dibebaskan dari semua ikatan yang membelenggu dan mencegah jiwa kita untuk menyadari kekudusan dan keagungan Tuhan serta belas kasihan-Nya yang sangat besar. Kami adalah para martir, ditelan oleh kasih. Suatu kekuatan yang tak tertahankan menarik kita ke arah Tuhan yang merupakan pusat kita, tetapi pada saat yang sama kekuatan lain mendorong kita untuk kembali ke tempat penebusan kita.

 

Kami berada dalam kondisi yang tidak dapat memuaskan kerinduan kami. Oh, betapa beratnya penderitaan ini, tetapi kami menginginkannya dan tidak ada ucapan menggerutu yang menentang Tuhan di sini. Kami hanya menginginkan apa yang Tuhan inginkan. Anda di bumi, bagaimanapun, tidak mungkin memahami apa yang kami tanggung di sini.

 

Saya sangat lega karena saya tidak lagi berada di dalam api. Saya sekarang hanya memiliki keinginan yang tak pernah terpuaskan untuk melihat Tuhan, ini adalah sebuah penderitaan yang cukup kejam, tetapi saya merasa bahwa akhir dari pengasingan saya sudah dekat, dan bahwa saya akan segera meninggalkan tempat ini, di tempat mana saya merindukan Tuhan dengan segenap hati saya. Saya mengetahuinya dengan baik, saya merasa lebih nyaman, tetapi saya tidak dapat memberi tahu engkau hari atau jam pembebasan saya. Hanya Tuhan yang tahu itu. Bisa jadi saya masih merindukan Surga selama bertahun-tahun lagi. Teruslah berdoa bagi saya, dan saya akan membalasnya nanti, meskipun saya telah banyak berdoa untukmu sekarang ini, di Api Penyucian ini.

 

Mengapa saya berdoa untukmu dengan semangat yang lebih rendah daripada saya berdoa untuk orang lain, dan seringkali saya lupa untuk merekomendasikan engkau?

 

Jangan menyusahkan diri sendiri tentang itu. Itu adalah hukuman bagiku.

 

Bahkan jika engkau lebih banyak berdoa, saya tidak merasa lebih lega. Tuhan menghendaki demikian. Jika Dia ingin engkau lebih banyak berdoa, Dia akan mengilhami engkau untuk melakukannya. Saya ulangi lagi, jangan khawatir tentang saya. Engkau tidak akan pernah melihat saya dalam penderitaan saya. Nanti, ketika jiwamu lebih kuat, engkau akan melihat jiwa-jiwa di Api Penyucian dan jiwa-jiwa yang sangat mengerikan, tetapi jangan biarkan hal ini membuatmu takut. Tuhan kemudian akan memberimu keberanian yang diperlukan dan semua yang kau butuhkan untuk mencapai kehendak kudus-Nya.

 

Bukankah ini sebuah hukuman?

 

Tidak, tentu tidak, saya di sini demi mencapai kelegaan saya dan untuk pengudusanmu. Jika engkau mau, perhatikan sedikit lebih banyak pada apa yang saya katakan.

 

Hal itu benar, tetapi kejadian-kejadian ini begitu luar biasa sehingga saya tidak tahu harus berbuat apa. Ini adalah hal yang tidak biasa jika engkau mendengar seperti ini.

 

Saya memahami dengan baik kesulitanmu dan saya menyadari penderitaanmu dalam hal ini. Namun, jika Tuhan menginginkannya maka hal itu meringankan saya. Engkau akan mengasihani saya, bukan? Ketika saya dibebaskan engkau akan melihat bahwa saya akan melakukan jauh lebih banyak untukmu daripada yang pernah kau lakukan untuk saya. Saya sudah banyak berdoa untukmu.

 

Dimana Suster ?

 

Di Api Penyucian terendah, di mana dia tidak menerima manfaat dari doa siapa pun. Tuhan sering tidak senang, jika seseorang berkata demikian, ketika banyak religius mati, karena Dia telah memanggil jiwa-jiwa ini kepada-Nya sendiri, agar mereka dapat melayani-Nya dengan setia di bumi, dan bisa langsung naik ke Surga pada saat kematiannya. Tetapi karena ketidaksetiaan mereka, mereka harus tinggal lama di Api Penyucian — jauh lebih lama daripada orang-orang awam yang tidak memiliki begitu banyak rahmat.

 

Retret September 1879. Kita melihat St. Michael sebagaimana kita melihat para malaikat. Dia tidak punya tubuh fisik. Dia datang untuk menjemput jiwa-jiwa yang telah menyelesaikan pemurniannya. Dialah yang membawa mereka ke Surga. Dia ada di antara Seraphim seperti yang dikatakan oleh Monsinyur. Dia adalah malaikat tertinggi di Surga. Malaikat Pelindung kita sendiri datang untuk melihat kita tetapi St. Michael jauh lebih indah dari mereka. Adapun Perawan Terberkati, kita bisa melihatnya di dalam tubuh. Dia datang ke Api Penyucian pada hari-hari pestanya dan dia kembali ke Surga dengan membawa banyak jiwa.

 

 

Tingkat-tingkat yang berbeda di Api Penyucian

 

Saat dia bersama kami, kami tidak menderita. St Michael sering menemaninya. Saat dia tidak datang, kami menderita seperti biasa. Jika saya berbicara kepadamu seperti ini, tentang Api Penyucian besar dan Api Penyucian yang kedua, itu adalah untuk membuatmu paham bahwa ada tahapan-tahapan berbeda di Api Penyucian. Jadi saya menyebut tahap Api Penyucian itu "besar" atau "terburuk" di mana jiwa-jiwa yang paling bersalah berada, dan di mana saya tinggal selama dua tahun disitu tanpa bisa memberi rincian siksaan yang saya derita. Tahun ketika engkau mendengar saya mengerang, ketika saya mulai berbicara denganmu, saya masih berada di tempat yang sama.

 

Di Api Penyucian kedua, masih di Api Penyucian tetapi sangat berbeda dari yang pertama, seseorang sangat menderita, tetapi lebih sedikit daripada di tempat penebusan yang besar. Kemudian ada tingkat ketiga, yaitu Api Penyucian kerinduan, di mana tidak ada api disitu. Jiwa-jiwa yang tidak cukup menginginkan Surga, yang tidak cukup mencintai Tuhan, berada di sana. Di sanalah saya saat ini. Lebih jauh lagi, di tiga bagian Api Penyucian ini, ada banyak variasinya. Sedikit demi sedikit, saat jiwa telah dimurnikan, penderitaannya berubah, semakin ringan

 

Engkau terkadang berkata kepada saya bahwa menyempurnakan jiwa adalah proses yang panjang dan engkau juga heran bahwa meski ada begitu banyak doa, saya begitu lama kehilangan pandangan akan Tuhan. Sayangnya, penyempurnaan jiwa saya tidak membutuhkan waktu yang lebih singkat di Api Penyucian daripada penyempurnaan di bumi. Disana ada sejumlah jiwa, tetapi mereka sangat sedikit, yang hanya memiliki sedikit dosa ringan untuk ditebus. Mereka tidak tinggal lama di Api Penyucian. Beberapa doa yang diucapkan dengan baik, beberapa pengorbanan, akan segera membebaskan mereka dari Api Penyucian. Tetapi ketika ada jiwa-jiwa seperti jiwa saya - dan hampir semua jiwa yang hidupnya begitu hampa dan yang kurang atau tidak memperhatikan keselamatan kekal mereka - maka seluruh hidup mereka harus dimulai kembali di tempat penebusan ini. Jiwa itu akan menyempurnakan dirinya sendiri dan mencintai serta menginginkan Tuhan, yang tidak cukup dicintai olehnya di bumi. Inilah alasan mengapa pembebasan beberapa jiwa bisa tertunda. Tuhan telah memberi saya anugrah yang sangat besar hingga memungkinkan saya untuk meminta doa. Saya tidak pantas untuk mendapatkannya, tetapi tanpa doa-doa ini saya akan tetap seperti kebanyakan orang di sini, selama bertahun-tahun lagi."

 

Kuasa yang besar dari Misa Kudus bagi jiwa-jiwa di Api Penyucian

 

Selanjutnya, dari buku Purgatory - Explained by the Lives and Legends of the Saints oleh Pastor F.X. Schouppe, S.J., Tan Books, 1986, kita bisa membaca kisah-kisah yang menyoroti kekuatan dan pentingnya mempersembahkan Misa Kudus bagi orang-orang yang telah meninggal. Berikut ini adalah kesaksian yang tulus dari orang yang mengalami beberapa kali kunjungan dari jiwa di Api Penyucian, dan karenanya dia memberikan kesaksian yang rinci dan jujur ​​tentang fakta-fakta yang ada:

 

Pada 13 Oktober 1849, telah meninggal pada usia lima puluh dua tahun, di paroki Ardoye, di Flanders, seorang wanita bernama Eugenie Van de Kerckove, yang suaminya, John Wybo, adalah seorang petani. Dia adalah seorang wanita yang saleh dan dermawan yang dengan murah hati memberi sedekah sesuai dengan kemampuannya. Dia memiliki, sampai akhir hidupnya, devosi yang besar kepada Perawan Maria yang Terberkati, dan tidak makan daging untuk menghormatinya pada hari Jumat dan Sabtu setiap minggu. Meskipun perilakunya tidak bebas dari kesalahan tertentu, dia menjalani kehidupan yang patut diteladani dan mendidik.

 

Eugenie memiliki seorang pelayan bernama Barbara Vennecke, berusia dua puluh delapan tahun, yang dikenal sebagai gadis yang berbudi luhur dan berbakti, dan yang telah membantu majikannya di saat penyakit terakhirnya, dan setelah kematian Eugenie, dia terus melayani tuannya, John Wybo, duda dari Eugenie.

 

Sekitar tiga minggu setelah kematiannya, almarhum menampakkan diri kepada pembantunya dalam keadaan yang sekarang akan kita ceritakan. Saat itu tengah malam. Barbara tidur nyenyak, ketika dia mendengar dirinya dipanggil dengan jelas tiga kali dengan menyebut namanya. Dia terbangun dengan kaget, dan melihat Eugenie, tuan putrinya, berada di depannya, duduk di sisi tempat tidurnya, mengenakan gaun kerja, yang terdiri dari rok dan jaket pendek. Atas pemandangan yang luar biasa ini, Barbara tercengang. Pada penampakan itu Eugenie berbicara kepadanya: "Barbara," katanya, hanya mengucapkan namanya. "Apa yang kau inginkan, Eugenie?" jawab pelayan itu.

 

Kata nyonya itu: "Silakan ambil penggaruk kecil yang sering saya katakan kepadamu agar kau taruh di tempatnya; aduk tumpukan pasir di ruangan kecil itu. Kamu tahu yang mana yang saya maksudkan. Kamu akan menemukan di sana ada uang 500 franks. Gunakan itu untuk mengadakan Misa Kudus, dua franc untuk setiap Misa, untuk intensi saya, karena saya masih menderita." "Aku akan melakukannya segera, Eugenie," jawab Barbara, dan kemudian penampakan itu lenyap. Setelah beberapa saat dia tertidur lagi, dan beristirahat dengan tenang sampai pagi:

 

Saat terbangun, Barbara berpikir bahwa mungkin itu semua hanya mimpi, tetapi dia sangat terkesan, dan terus terjaga, dia telah melihat nyonya lamanya dalam bentuk yang begitu berbeda, begitu penuh dengan semangat kehidupan dan dia telah menerima dari mulut nyonya itu petunjuk yang begitu tepat, sehingga dia tidak dapat menahan diri untuk tidak berkata, “Ini tidak mungkin hanya mimpi. Saya melihat majikan saya secara pribadi; dia menampilkan dirinya di depan mataku dan dia pasti berbicara kepadaku. Ini bukan mimpi, tapi kenyataan."

 

Karena itu dia segera pergi dan mengambil penggaruk sesuai petunjuk, mengaduk-aduk pasir, dan mengeluarkan tas berisi uang sejumlah lima ratus franc.

 

Dalam keadaan yang aneh dan luar biasa seperti itu, gadis pelayan yang baik itu berpikir bahwa adalah tugasnya untuk meminta nasihat dari pastor sebelum menghabiskan 500 franc untuk mengadakan Misa, dan dia pergi untuk menceritakan kepada pastor semua yang telah terjadi. Yang Mulia Abbe R., yang saat itu adalah pastor paroki Ardoye, menjawab bahwa Misa yang diminta oleh jiwa yang telah meninggal itu secara mutlak harus dilaksanakan, tetapi, untuk menghabiskan sejumlah uang, persetujuan dari suaminya, John Wybo, diperlukan, sejak uang itu ditemukan di rumahnya. Yang terakhir, dia musti  dengan sukarela menyetujui bahwa uang itu akan digunakan untuk tujuan yang begitu suci, dan Misa dirayakan, dengan dua franc untuk setiap Misa.

 

Kami meminta perhatian pada masalah sumbangan uang untuk Misa, karena hal itu sesuai dengan kebiasaan almarhum yang saleh. Biaya untuk Misa yang ditetapkan oleh keuskupan pada saat itu adalah satu setengah franc, tetapi selama hidupnya Eugenie - melalui pertimbangan yang baik dan amal saleh untuk para klerus, banyak dari mereka yang sangat miskin - selalu memberikan dua franc untuk setiap Misa yang dia pakai untuk persembahan. Jadi, persembahan Misa ekstra 1/2 frank yang biasa dia lakukan adalah tindakan amal dan dukungan keuangan tambahan untuk para imam yang merayakannya.

 

Dua bulan setelah penampakan pertama, saat Misa masih dilakukan untuk intensi Eugenie, Barbara dibangunkan kembali di malam hari. Kali ini kamarnya dipenuhi dengan cahaya yang terang, dan majikannya, Eugenie, muncul di hadapannya dengan senyuman cerah, cantik dan segar dalam penampilan seperti di masa mudanya, dan mengenakan jubah putih yang menyilaukan— “Barbara,” majikannya berkata dengan suara yang jelas, “Terima kasih! Karena aku sekarang dibebaskan dari tempat pemurnian.' Setelah mengatakan kata-kata ini, dia menghilang, dan ruangan itu menjadi gelap seperti sebelumnya. 

Pelayan itu, Barbara, kagum dengan apa yang baru saja dilihatnya, dan dengan sangat gembira dia segera menyebarkan cerita yang luar biasa itu kepada semua orang di kota itu. Penampakan ini membuat kesan yang paling hidup di benaknya, dan dia menyimpan sampai hari ini kenangan yang paling menghibur itu. Dari dialah kami mendapatkan rincian kisah ini, melalui bantuan Yang Mulia Abbe L., yang menjadi kurator di Ardoye ketika fakta-fakta ini terjadi. 

 

-------------------------------

 

Silakan membaca artikel lainnya disini: 

Kardinal Burke Kepada Para Klerus: Tetaplah Berani, Meski Ada Skisma

LDM, 12 Mei 2021

Pemberkatan Pasangan Homoseksual Di Jerman ...

Anda Sedang Berada Di Jalan Ke Neraka

Gereja Katolik Jerman Menentang Vatikan

Pedro Regis 5121 - 5125

Gisella Cardia, 27 April, & 1, 3, 8, 12, 13 Mei 2021