Waspadalah Ketika Para Pemimpin Gereja Memanipulasi Kata
By
Phil Lawler - May 27, 2021
Penulis
buku Gembala
Yang Sesat
Sebagai seorang editor, penulis, dan pembaca,
saya menghargai kejernihan ekspresi. Sebagai seorang Katolik, saya dikejutkan
oleh penyalahgunaan bahasa atau kata — hingga menampakkan adanya kepura-puraan,
kebingungan, keraguan, dan bahkan tipu daya — yang saya lihat dalam banyak
pernyataan baru-baru ini dari kepemimpinan Gereja kita.
Pekan lalu Vatikan mengumumkan bahwa pertemuan
Sinode Para Uskup, yang dijadwalkan pada Oktober 2022, akan ditunda
selama satu tahun, untuk memungkinkan diskusi yang lebih luas tentang topik
yang dipilih: sinodalitas. Vatikan
telah mengusulkan program konsultasi yang lengkap: di paroki, kemudian di
tingkat keuskupan, kemudian konferensi uskup, dan akhirnya di tingkat ‘benua,’
yang mengarah kepada sesi pertemuan para uskup di Roma. Topik dari semua
konsultasi ini, sekali lagi, adalah sinodalitas.
Pencarian sinodalitas adalah tema kunci dalam ajaran paus Francis. Tetapi kenyataannya adalah bahwa tidak ada seorang
pun yang memiliki pemahaman yang jelas tentang apa yang dimaksud dengan ‘sinodalitas.’
Dan mungkin itulah yang jadi intinya. Akankah satu tahun konsultasi bisa memperjelas
berbagai hal, atau akankah itu hanya memungkinkan kebingungan yang lebih menyeluruh?
Atau — kemungkinan yang lebih mungkin, menurut
saya — akankah kebingungan menyeluruh itu akan memungkinkan para kader aktivis
untuk menguasai proses, dan mengubah ‘sinodalitas’ menjadi kata penutup yang
bermanfaat bagi rencana pilihan mereka sendiri?
Pekan ini, dalam perkembangan serupa, Vatikan
meluncurkan sebuah “platform
aksi” tujuh tahun untuk mengimplementasikan ajaran ensiklik tentang
lingkungan. Paus Francis menjelaskan tujuan ambisius dari program ini, dengan
mengatakan bahwa "kita membutuhkan pendekatan ekologi baru, yang dapat
mengubah cara kita tinggal di dunia."
Bagaimana bisa Vatikan
mengusulkan untuk mengubah kehidupan manusia? Rencana tersebut menyarankan bahwa tahun pertama upaya ini harus fokus
pada "tiga tugas dasar pembangunan komunitas, berbagi sumber daya, dan
menyusun rencana tindakan konkret." Jadi setelah menyerukan tujuh tahun
aksi konkret, Vatikan mengusulkan untuk memulai dengan membuat rencana-rencana aksi
konkret. Jadi ini sebenarnya bukan
"platform aksi," melainkan seruan
untuk beberapa tindakan yang belum
diidentifikasi dengan jelas. Rencana Vatikan, seperti yang disampaikan,
bukan untuk tindakan spesifik tetapi untuk proses yang panjang dan loyo.
Dalam kedua kasus—konsultasi sinode dan “platform
aksi” lingkungan—Vatikan menyerukan perekrutan para aktivis yang akan bekerja sama
dengan paroki, keuskupan, dan konferensi uskup di setiap negara, untuk mengejar
tujuan yang diinginkan. Maka sebuah lapisan baru akan ditambahkan kepada
birokrasi gerejawi yang telah ada sebelumnya, dengan operator baru yang mengadakan
berbagai pertemuan, menghadiri
konferensi, mengeluarkan pernyataan, dan mempromosikan apa yang mereka lihat
sebagai prioritas utama bagi komunitas Katolik mereka.
Ahli teori konservatif yang hebat, Russell Kirk,
menghadiri konferensi "Panggilan
untuk Bertindak" di Detroit pada tahun 1976, dan melihat bagaimana
para kader aktivis seperti itu — yang dia gambarkan sebagai "tikus
gereja" — dapat dan benar-benar menggerakkan agenda, ternyata justru menghasilkan
bencana pastoral dimana Gereja di Amerika belum sepenuhnya pulih dari bencana itu.
Para uskup yang seharusnya mengendalikan pertemuan itu tidak siap; para aktivis
sangat siap, dan siap pula untuk memanfaatkan kesempatan itu. Demi kepentingan mereka.
Apakah ini yang dimaksud dengan ‘sinodalitas’ ? —
suatu proses yang memungkinkan pihak minoritas yang terorganisir dan bertekad
untuk mendikte praktik pastoral dari seluruh gereja? Apakah ini cara Vatikan di
bawah paus Francis mengusulkan untuk mengubah aktivitas manusia, mengantarkan
utopia lingkungan? Dan jika itu adalah masa depan Gereja kita, berapa biayanya,
dalam hal keutuhan doktrin Katolik, kekuatan hidup sakramental, dan misi untuk
menjadikan semua bangsa sebagai murid?
-----------------------------------
Phil Lawler has been a
Catholic journalist for more than 30 years. He has edited several Catholic
magazines and written eight books. Founder of Catholic World News, he is the
news director and lead analyst at CatholicCulture.org.
--------------------------------------
Silakan membaca artikel lainnya di sini:
Kardinal
Pell: Kita Tidak Harus Setuju Dengan Semua Yang Dilakukan Francis.
Francis
Mempromosikan Lagi Seorang Wali Gereja Yang Anti-Katolik
Prospek
Dari Sebuah Agama Baru