SEORANG PAUS YANG LAYAK
MENJADI CONTOH
by Prof.
Roberto de Mattei
Kita
telah memasuki era "pasca-Francis." Sinode pasca-Amazon telah gagal
total, Seruan Querida Amazonia
tanggal 2 Februari 2020 tidak didengar, dan Seruan Amoris Laetitia tanggal 8 April 2016 telah masuk ke dalam catatan sejarah
lebih dikarenakan kritik yang diterimanya, bukannya jalan baru yang dirintisnya.
Inisiatif
terbaru paus Francis telah ditandai dengan meningkatnya kontradiksi dan semakin
meningkatnya kebingungan, dengan kawanan umat berayun-ayun di antara perasaan
marah dan depresi. Magisterium paus Francis, dalam semuanya itu, kekurangan
koherensi dan keseimbangan yang seharusnya menjadi kualitas utama dari orang
yang memegang tanggung jawab tertinggi untuk mengatur Gereja.
Yang
paling dibutuhkan oleh Gereja saat ini adalah keteraturan dalam bidang teologi,
praksis pastoral, liturgi, dan disiplin. Ketertiban hanya muncul dari kejelasan
intelektual, tetapi kejelasan intelektual ini hanya dapat mendasarkan dirinya
pada Kebenaran Tuhan, secara utuh dan tanpa kompromi. Untuk alasan ini, para
kardinal yang memilih paus berikutnya (lihat buku bagus oleh Edward Pentin, The Next
Pope: The Leading Cardinal Candidates) membutuhkan model untuk bisa
dilihat dan ditiru, dan untuk menemukan sosok seperti itu, perlu untuk melihat
kepada arah yang lain — tidak dari paus Francis saja, tetapi dari semua paus
baru belakangan ini, yang semuanya
terlibat dalam bencana sejarah Konsili Vatikan II.
Contoh
terbesar diberikan oleh hanya dua Paus yang telah dikanonisasi di era modern
sebelum Konsili Vatikan II: Santo Pius X, dan di atas semua itu, Santo Pius V,
seorang Paus yang membuat pembelaan Kebenaran dan Gereja sebagai poros
kepausannya. Dia menyebut dirinya "penjaga Gereja," karena dia sadar
bahwa tugas pertama Wakil Kristus adalah menjaga dan membela kawanan yang
dipercayakan kepadanya dari serangan serigala.
Ketika
konklaf untuk memilih penerus Pius IV dibuka di Istana Para Paus di Bukit
Quirinal pada tanggal 20 Desember 1565, Kolese Suci pada dasarnya dibagi
menjadi dua pihak yang telah saling bertentangan di tahun-tahun sebelumnya dan
yang terkait dengan dua kelompok yang berbeda cara dalam menghadapi Reformasi
Protestan. Pihak pertama menyatakan bahwa tidak mungkin ada kompromi dengan
bidaah, sedangkan pihak kedua adalah penganjur untuk menawarkan "uluran
tangan" kepada Protestantisme.
Dalam
konklaf saat itu tidak ada yang lebih keras dari Kardinal Michele Ghislieri,
yang pernah menjadi Penyelidik Tertinggi Kristianitas. Dialah yang, dengan
dukungan tegas dari kardinal suci lainnya, Charles Borromeo, naik tahta
kepausan pada tanggal 7 Januari 1566, dengan mengambil nama Pius V.
Michele
Ghislieri lahir pada 1504 di Bosco Marengo, di Piedmont. Pada usia 14 tahun dia
masuk Ordo Pengkhotbah. Dia dikirim ke Universitas Bologna untuk belajar
teologi, yang kemudian dia ajarkan selama enam belas tahun. Karena kemurnian
imannya, dia diangkat sebagai Penyelidik atau jaksa (1542), Komisioner Umum Tahta
Suci (1551), dan Summus ac perpetuus inkuisitor (1558), Penyelidik Jenderal
seumur hidup dari seluruh Kekristenan. Paus Paulus IV mengangkatnya menjadi
Uskup di Nepi dan Sutri dan kemudian mengangkatnya menjadi Kardinal.
Penghargaan
semacam itu, bagaimanapun, tidak mengubah dengan cara apa pun kesederhanaan
hidupnya, bahkan setelah terpilih sebagai Paus Roma. Dia pertama kali
menerapkan pada dirinya sendiri reformasi moral yang ingin dia sampaikan ke
seluruh Gereja. Santo Pius V mencoba dengan segala cara untuk membendung
penyebaran ajaran sesat di Eropa, dan untuk tujuan ini dia membuat aliansi
dengan para penguasa Katolik saat itu, terutama dengan Philip II dari Spanyol,
sementara dia bahkan melangkah lebih jauh dengan meng-exkom Ratu Inggris yang
sesat, Elizabeth I, dengan sikap keberanian supernatural yang luar biasa.
Kepausannya
ditandai oleh beberapa keputusan fundamental: penerbitan Katekismus pada tahun
1566, yang mengajarkan dengan sangat jelas seluruh karya doktrinal Konsili
Trente; berlakunya Brevir Roma pada tahun 1568, buku liturgi yang berisi Divine Office Gereja Katolik; dan pada tahun 1570 institusi Misa yang
ditakdirkan untuk memasuki sejarah sebagai "Misa Tridentin" atau
"Misa Santo Pius V," yang tidak lain adalah pemulihan Misa
tradisional, yang kemudian dihancurkan oleh Protestan.
Pilihan
dari tiga tindakan ini bukanlah kebetulan: maksud dari Konsili Trente adalah
untuk melaksanakan reformasi yang benar, dimulai dengan apa yang diajarkan,
didoakan, dan dirayakan oleh para pastor. Untuk tindakan ini ditambahkan pula pengesahan
Santo Thomas Aquinas sebagai Doktor Gereja dan publikasi definitif Summa Theologica sebagai karya referensi
untuk mengajar.
Sementara
ajaran sesat mengancam agama Kristen dari dalam, dan kelompok-kelompok lain mengancamnya
dari luar. Pius V mempromosikan pembentukan Persekutuan Suci untuk melawan
Turki melalui aliansi militer antara Kepausan, Spanyol, dan Republik Venesia.
Kemenangan Lepanto pada tahun 1571, salah satu pertempuran laut terbesar dalam
sejarah, adalah salah satu hasil paling terkenal dari pemerintahannya. Paus
sedang mempersiapkan ekspedisi baru ketika dia meninggal pada tanggal 1 Mei
1572. Hari ini tubuhnya dihormati di Basilika Santo Maria Mayor di Roma.
Pius
V bukanlah Paus "politik." Sebaliknya, dia menjalani misi luhurnya
dengan cara supernatural, dengan pandangannya hanya tertuju hanya pada
kemuliaan Tuhan dan kebaikan jiwa. Dom Guéranger, dalam karyanya The Liturgical Year, menyatakan bahwa "Seluruh kehidupan Pius V adalah
pertempuran." Michele Ghislieri adalah seorang Paus yang tegas dan
agresif, yang bahkan secara pribadi memperhatikan masalah militer, tetapi
rahasia pertempuran dan kemenangannya terletak pada senjata spiritual yang dia
gunakan, dimulai dengan Rosario Suci. Pengesahan Pesta Bunda Kemenangan, juga
dikenal sebagai Bunda Rosario, dan memasukkan gelar Maria Auxilium Christianorum ke dalam Litani Loreto adalah tindakan
relevan terakhir dari kepausannya.
Saat ini Saint Pius V terus
membantu, dari Surga, sisa Gereja Militan, yang nasibnya dipercayakan ke
tangannya selama enam tahun. Teladannya harus diketahui dan disebarluaskan.
Catatan Editor:
Mulai hari ini, 5 Mei, pesta tradisional St. Pius V, dan berlanjut hingga 7
Oktober, Pesta Bunda Rosario — dan peringatan 450 tahun kemenangan bersejarah
Paus Pius V di Lepanto — Sophia Institute Press akan berdoa rosario setiap hari
untuk intensi khusus agar Amerika kembali kepada Kristus, memohon Bunda Maria
untuk mengalahkan musuh yang dihadapi Gereja kita dan negara kita.
Source: https://www.crisismagazine.com/2021/a-model-pope?mc_cid=b09fb54beb&mc_eid=ec5ba4eed6
-----------------------------------
Pertempuran
Terakhir Setan – Bab 1
Chrislam,
Francis Dan Sebuah Agama Tunggal Dunia
Pertempuran
Terakhir Setan – Bab 2
Lihatlah
Mesias Baru Dari Vatikan...
Apa
Yang Bisa Dipelajari Dari Kritikan Terhadap Amoris Laetitia