CARDINAL
CAFFARRA: Bab 8 secara obyektiv adalah tidak jelas, dan hal itu menimbulkan konflik
dalam penafsiran, terutama diantara para uskup.
CARDINAL
CAFFARRA: Paus tak bisa merubah doktrin dengan melalui sebuah catatan kaki
Memang, secara pasti inilah idenya: tidak jelas; agar kaum modernist bisa mempromosikan dosa mereka sementara
umat Katolik tertidur nyenyak dengan mengira bahwa Amoris Laetitia mempertahankan doktrin Gereja. Begitulah ‘ketidak-jelasan’ itu sangat jelas.
(Pensiunan) Uskup dari Bologna,
Italia, Kardinal Carlo Caffarra - salah satu penulis dari Buku
Lima Kardinal dan pembela yang kuat dari ajaran Katolik tradisional tentang
pernikahan - baru-baru ini memberikan wawancara kepada situs Italia La
nuova bussola quotidiana. Dalam wawancara 25 Mei 2016 ini, tentang perkawinan dan keluarga,
Kardinal Caffarra menjelaskan bahwa bahkan
jika negara saat ini membuat
undang-undang yang mengijinkan
pernikahan sesama jenis, namun hal itu "tidak bisa merubah realitas yang ada (didalam hukum Gereja)." Dia mengatakan
bahwa "walikota (terutama yang Katolik) harus membuat keberatannya" dalam masalah ini (perkawinan sejenis). Untuk
menyampaikan
keprihatinannya dalam masalah itu, Caffarra akan terus membuat
dirinya ikut serta didalam "tindakan pelarangan yang serius pada
tingkat moral." Kardinal
Italia itu melihat bahwa
saat ini sedang terjadi
sebuah pemisahan antara alam dan pikiran, dalam kaitannya dengan pernikahan.
Ketika ditanya apakah ada penyebab
supernatural bagi perkembangan
baru ini, Kardinal Caffarra mengacu kembali kepada korespondensi
yang penting dan terkenal saat
ini antara dirinya dengan
Suster Lucia pada 1980-an.
Caffarra
menunjukkan bahwa pada tanggal 13 Mei 1981 - hari yang sama ketika Paus
Yohanes Paulus II mengalami serangan terhadap
nyawanya
– saat itu Caffarra
akan membuka Institut Kepausan
Yohanes Paulus II, yang mempelajari tentang
Perkawinan dan Keluarga.
Dia
menjelaskan bagaimana, beberapa tahun kemudian, dia menulis surat kepada
Suster Lucia dan meminta doanya bagi
lembaga
yang baru didirikannya, tanpa dia mengharapkan
tanggapan. Caffarra melanjutkan: "Ternyata
dia
(Suster Lucia) menulis
kembali kepada saya - saya ingin mengingatkan anda bahwa saat itu kami berada pada
awal tahun 1980 - dan dia mengatakan kepada saya bahwa akan ada saat 'konflik terakhir' antara Tuhan dan setan. Dan
bahwa medan pertempuran itu adalah pada konstitusi perkawinan dan keluarga." Suster
Lucia kemudian mengatakan kepada Caffarra
bahwa "orang-orang yang berjuang membela perkawinan dan keluarga akan dianiaya" dan
bahwa "mereka
tidak usah merasa takut
karena Madonna (Bunda Maria) telah menghancurkan kepala
ular dari neraka."
Caffarra
menjelaskan perjuangan antara Allah dengan setan ini berkaitan dengan upaya mendefinisikan
ulang arti dari pernikahan, sebagai berikut: "Dan iblis berkata kepada
Allah: 'Lihatlah, ini adalah ciptaanMu. Tapi saya akan menunjukkan bahwa saya bisa
membangun sebuah ciptaan alternatif. Dan Engkau akan melihat bahwa manusia akan
mengatakan bahwa cara ini (pernikahan ciptaan setan) adalah lebih baik.'
Kini
terserah kepada Gereja, demikian menurut Caffarra, untuk mengajarkan kembali keindahan
sepenuhnya dari pernikahan sakramental yang membuat dua orang (pria dan wanita)
menjadi satu, dan memberikan kepada pasangan itu karunia kemurahan hati dari perkawinan
untuk memiliki anak-anak dan mendidik mereka. Gereja ‘ harus menyembuhkan
ketidak-mampuan laki-laki dan perempuan untuk mengasihi,’ demikian tambah
Caffarra.
Berkenaan
dengan anjuran paus, Amoris Laetitia,
Kardinal Caffarra menunjukkan bahwa ‘Bab
8 secara obyektiv adalah tidak jelas’ karena ia menimbulkan ‘konflik didalam penafsiran terutama di
antara para uskup.’ Dalam kasus seperti itu, demikian lanjut Uskup dari Italia
ini, kita harus mengacu kepada kelangsungan Magisterium dari masa lalu untuk mendapatkan kejelasan. "Dalam
hal Doktrin dan Moral, Magisterium tidak bisa bertentangan dengan keputusannya sendiri,"
Caffarra menyatakan. Berkenaan dengan
pertanyaan tentang pasangan yang bercerai dan ‘menikah lagi’ serta akses mereka
kepada Komuni Kudus, kardinal menjelaskan bahwa hal ini tidak dapat dirubah dan
bahwa pasangan ini masih tidak diperkenankan untuk menerima Komuni Kudus. Dia
mengacu hal ini kepada ajaran magisterial Gereja sebelumnya dan dia melanjutkan:
"Sekarang, jika Paus akan merubah ajaran itu (hal itu sangat jelas akan
dilakukannya) maka dia memiliki tugas, tugas yang berat, untuk mengatakannya dengan jelas dan secara
eksplisit. Seseorang tidak dapat merubah
disiplin kuno Gereja dengan bantuan catatan kaki, dan dengan nada yang tidak pasti."
Caffarra di sini membuat acuan kepada ‘prinsip penafsiran’ dimana jika terjadi
ajaran magisterial yang tidak pasti, maka hal itu harus ditafsirkan dalam kesinambungan
dengan ajaran Magisterium sebelumnya.
Pernyataan
Kardinal Caffarra ini membuat orang mengajukan pertanyaan yang lebih besar: ‘Sejauh
mana, dalam hal apapun, jika ada sesuatu yang sengaja dibuat ambigu, bisa
mengikat suara hati nurani Katolik untuk bersikap?’
Read the full article
at this link
No comments:
Post a Comment