Volume 1 : Misteri Keadilan Allah
Bab 32
Penebusan dosa
Kehidupan kenikmatan –
Pengejaran akan kenikmatan
Frances dari Pampeluna
Venerabilis dan manusia duniawi
St.Elizabeth dan ratu, ibunya.
Di xaman dulu ada seorang umat Kristiani yang sama sekali asing dengan
salib serta penderitaan dan matiraga dari Yesus Kristus. Kehidupan nafsu dan
bermain perempuan adalah satu-satunya rantai kenikmatan mereka. Mereka takut
dengan segala sesuatu yang bernama kurban. Jarang sekali mereka memperhatikan
hukum yang ketat dari puasa dan pantang seperti yang dianjurkan oleh Gereja.
Karena mereka tak mau berbuat silih dan penebusan dosa di dunia ini, maka
biarlah mereka merenungkan apa yang menimpa dirinya pada kehidupan nanti. Tentu
saja didalam kehidupan duniawi ini mereka tidak melakukan kegiatan rohani
apapun kecuali mengumpulkan hutang dosa. Karena mereka enggan melakukan silih,
maka tak ada hutangnya itu yang terbayar di dunia, dan jumlah total hutang itu
akan sungguh mengerikan untuk dibayangkan. Hamba Allah yang terpuji, Frances
dari Pampeluna, yang dianugerahi dengan berbagai penglihatan atas Api Penyucian,
suatu hari melihat pria duniawi ini. Meskipun dia adalah seorang Kristiani yang
baik, tetapi dia melewati 59 tahun penderitaan didalam Api Penyucian karena dia
dulu hanya mencari kesenangan dan kemudahan saja. Orang yang kedua, 35 tahun
lagi harus dilewatinya didalam Api Penyucian karena alasan yang sama. Orang
yang ketiga, karena dia terlalu senang berjudi, dia ditahan didalam Api Penyucian
selama 64 tahun. Celaka sekali ! Orang-orang Kristiani yang tidak bijaksana ini
telah membiarkan hutang mereka menumpuk dihadapan Allah, dimana seharusnya
hutang-hutang itu bisa mereka bayar dengan mudah dengan cara melakukan
karya-karya silih disini. Tetapi terpaksa hutang itu mereka bayar dengan
melalui siksaan di dunia sana.
Jika Tuhan bertindak keras terhadap orang-orang kaya dan para pencari
kenikmatan dunia ini, Diapun bertindak tidak kurang kerasnya terhadap para
pangeran, para pejabat pemerintahan, para orang tua, dan secara umum terhadap
orang-orang yang bertanggung jawab terhadap jiwa-jiwa lainnya dan yang berkuasa
atas orang lain.
“Memang yang bawahan saja dapat dimaafkan karena belas
kasihan, tetapi yang berkuasa akan disiksa dengan berat”, demikian SabdaNya (Keb. 6:6).
Laurence Surius bercerita betapa ada seorang ratu yang kaya raya. Setelah
kematiannya, dia mengisahkan kenyataan ini. Didalam buku ‘the Life of St.Elizabeth, Duchess of Thuringia, dikatakan bahwa
hamba Allah ini telah kehilangan ibunya, Gertrude, Ratu Hungaria, sekitar tahun
1220. Didalam semangat seorang puteri Kristiani yang baik, dia memberikan
banyak sedekah, meningkatkan doa-doanya, dan bermati-raga, menghabiskan seluruh
kemurahan hatinya demi keselamatan jiwa yang meninggal itu. Tuhan menyatakan
kepadanya bahwa dia belum berbuat banyak. Suatu malam, orang yang meninggal itu
menampakkan diri kepadanya dengan wajah bersedih dan kurus kering. Gertrude
yang meninggal itu menempatkan dirinya pada kakinya, disamping tempat tidurnya
dan berkata kepadanya sambil menangis :”Puteriku, kamu melihat pada kakimu, ada
ibumu ini yang mengalami penderitaan. Aku datang untuk meminta tolong kepadamu,
agar kamu meningkatkan doa-doa permohonanmu, agar Kerahiman Ilahi berkenan
membebaskan aku dari siksaan yang amat menyakitkan yang kutanggung ini. Oh !
betapa banyaknya belas kasihan harus diberikan kepada orang-orang yang berkuasa
atas diri orang lain. Kini aku harus menebus segala kesalahan yang telah
kulakukan di dunia dari atas tahtaku dulu. Oh puteriku ! aku mendoakan kamu
melalui rasa sakitku ketika aku melahirkan kamu dulu, dengan melalui
pemeliharaanku dan kecemasanku didalam mendidik dan menyekolahkan kamu. Kini
aku meminta tolong kepadamu untuk mengentaskan aku dari siksaan ini”. Elizabeth
sangat tersentuh oleh permintaan itu, dan segera dia bangkit dan memohon kepada
Tuhan dengan linangan air mata agar Dia mengasihani ibunya, Gertrude, dan dia
bertekad untuk tidak berhenti berdoa hingga ibunya dibebaskan. Begitulah
doa-doanya didengarkan.
Kita bisa melihat bahwa didalam contoh tadi hanya membicarakan tentang sang
ratu itu saja. Maka bisa dibayangkan betapa lebih besar lagi bagi para raja,
penguasa dan semua pejabat akan dituntut karena tanggung jawab dan pengaruhnya
yang besar itu.
No comments:
Post a Comment