Volume 1 : Misteri Keadilan Allah
Bab 29
Mengenai penebusan
dosa
Sifat keduniawian
St.Bridget
Orang muda – serdadu
Mary Villani
Terberkati dan wanita duniawi
Jiwa-jiwa yang membiarkan dirinya dikacaukan oleh kesia-siaan duniawi ini,
meskipun mereka bisa bernasib baik hingga lolos dari hukuman kekal, tetapi dia
harus tetap mengalami hukuman yang amat mengerikan. Marilah kita menyimak buku ‘Revelations of St.Bridget’, yang sangat
dihargai oleh Gereja itu. Disitu kita bisa membaca didalam buku 6, bahwa orang
kudus itu melihat sendiri dirinya dibawa didalam roh menuju Api Penyucian, dan
diantaranya dia melihat ada seorang wanita muda dimana dulunya wanita itu
terlibat didalam kemewahan dan kesia-siaan duniawi ini. Jiwa yang malang itu
menceritakan kepada St.Bridget sejarah masa lalunya dan keadaannya yang sangat
menyedihkan saat itu. “Beruntung sekali”, kata wanita itu, “sebelum kematian
aku telah mengakukan dosa-dosaku hingga aku bisa lolos dari neraka. Namun kini
aku harus menderita disini untuk menebus dosa dari kehidupanku dulu, dimana
ibuku tidak pernah mencegahku”. “Celaka !”, dia menambahkan dengan mengeluh,
“kepala ini, yang dulu selalu ingin dihiasi dengan berbagai perhiasan dan yang
berusaha menarik perhatian orang lain, kini hancur didalam nyala api, didalam
dan diluarnya. Dan nyala api ini begitu besarnya hingga setiap saat aku akan
mati karenanya. Bahuku ini, lenganku ini, yang dulu senang dikagumi orang lain,
kini diikat dengan kejamnya dengan rantai besi yang panas membara. Kaki ini,
yang dulu selalu berlatih dansa, kini dikelilingi oleh ular-ular berbisa yang
mengoyakkannya dengan gigitan taringnya dan mengotorinya dengan getah tubuhnya
yang busuk itu. Semua anggota tubuhku yang dulu selalu kupuji-puji dan kuhiasi
dengan berbagai permata, bunga-bunga, dan berbagai perhiasan lainnya, kini
menjadi mangsa dari siksaan yang amat mengerikan sekali. Oh ibu, ibu !”, dia
menangis keras, “betapa jahatnya engkau terhadap aku ! Engkaulah yang dengan
tindakan memanjakan diriku selalu, telah mendorong seleraku kepada hal-hal yang
kelihatan dan kemewahan. Engkaulah yang mengajak aku pergi ke teater, pesta,
dansa, dan kepada kesenangan duniawi yang kemudian menjadi kehancuran bagi
jiwa-jiwa..... Jika aku tidak sampai terkena bencana hukuman yang kekal, hal itu
adalah karena rahmat yang istimewa dari kerahiman Tuhan yang menyentuh hatiku
dengan pertobatan yang tulus. Aku telah melakukan pengakuan dosa dengan baik,
maka aku dibebaskan dari ancaman neraka, hanya untuk kemudian melihat diriku
hancur didalam siksaan-siksaan yang paling mengerikan didalam Api Penyucian”.
Kita telah mengatakan bahwa apa yang dikatakan tentang anggota tubuh yang
disiksa itu tidak bisa diartikan secara harafiah, karena jiwa itu sudah
terpisah dari tubuhnya. Namun Tuhan memberikan rasa dan keinginan atas organ
jasmani kepada suatu jiwa, dan membuat jiwa itu mengalami sensasi jasmani ini
seperti yang diceritakan diatas. Penulis biografi orang kudus itu mengatakan
kepada kita bahwa dia menceritakan penglihatan ini kepada kemenakan dari orang
yang meninggal itu, yang juga menjalankan bujukan-bujukan dunia ini. Kemenakan
itu merasa terpukul dengan kisah itu sehingga dia lalu menolak segala bentuk
kemewahan, kesia-siaan dan kenikmatan dunia ini dan dia lalu membaktikan sisa
hidupnya untuk melakukan silih disebuah ordo religius yang ketat menjaga
disiplin.
St.Bridget selama ekstasenya itu juga melihat penghakiman atas seorang
serdadu yang baru meninggal. Dia telah menjalani kehidupan didalam kebusukan
yang sudah biasa dilakukan di lingkungan profesinya, dan dia akan dihukum di
neraka jika saja Perawan Terberkati, yang selalu dia hormati, tidak
mempertahankan dia dari kemalangannya itu, dengan mendapatkan rahmat pertobatan
yang tulus bagi serdadu itu. St.Bridget melihat serdadu itu hadir dihadapan pengadilan
Allah dan dia dihukum dalam waktu yang lama didalam Api Penyucian karena segala
macam dosa yang dia lakukan. “Hukuman dari mata”, demikian kata Sang Hakim
Utama, “adalah berupa memikirkan benda-benda yang menimbulkan rasa takut.
Hukuman terhadap dosa lidah, ditusuk oleh jarum-jarum yang sangat tajam dan
disiksa oleh rasa haus. Hukuman terhadap rasa sentuhan, dimasukkan kedalam
lautan api”. Tetapi segera Sang Perawan Suci ikut campur disitu hingga serdadu
itu mendapatkan pengurangan atas kerasnya hukuman itu.
Marilah kita ceritakan contoh lainnya dari pemurnian-pemurnian yang
diperuntukkan bagi manusia duniawi ini didalam Api Penyucian, jika mereka tidak
sampai terkubur di neraka, seperti orang kaya yang suka makan itu yang ada
didalam Injil.
Mary Villani Terberkati seorang rohaniwati Dominikan, memiliki devosi yang
besar kepada jiwa-jiwa suci di Api Penyucian dan sering terjadi bahwa mereka
muncul dihadapannya untuk berterima-kasih atau meminta bantuan doa-doanya atau
perbuatan baiknya. Suatu hari ketika Mary Villani Terberkati sedang berdoa bagi
jiwa-jiwa di Api Penyucian dengan penuh semangat, dia dibawa didalam roh,
menuju penjara penebusan dosa itu. Diantara jiwa-jiwa yang menderita disana,
dia melihat ada beberapa jiwa yang disiksa lebih kejam dari pada yang lainnya,
ditengah-tengah nyala api yang menyelimuti dirinya. Terdorong oleh rasa belas
kasihannya, hamba Allah ini bertanya kepada jiwa itu. “Aku berada disini”, jiwa
itu menjawab, “sudah lama sekali. Aku dihukum karena perbuatan kesia-siaan dan
perbuatan memalukan yang luar biasa besarnya. Sejauh ini aku belum pernah
menerima pengurangan sedikitpun juga dari rasa sakitku. Ketika aku berada di
dunia dulu, diriku tertutup oleh segala macam perhiasan, kesenangan serta
kenikmatan duniawi. Saat itu aku sedikit sekali menjalankan kewajibanku sebagai
seorang Kristiani dan aku hanya memenuhi hidupku dengan kemalasan dan penolakan
untuk beribadat. Satu-satunya pikiranku adalah terus memperhatikan kepentingan
duniawi keluargaku. Lihatlah sekarang, bagaimana aku dihukum. Mereka tidak
memikirkan aku sama sekali : orang tua, anak-anakku, sahabatku, yang dulu dekat
denganku. Semuanya telah melupakan aku”.
Mary Villani meminta kepada jiwa ini agar dia boleh ikut merasakan
penderitaannya itu. Dan segera saja terjadilah seperti sebuah lidah api yang
menyentuh dahinya. Rasa sakit yang dialami oleh Mary Villani segera membuat
keadaan ekstasenya berhenti. Terdapatlah bekas luka pada dahinya yang cukup
dalam dan menyakitkan sekali, sehingga sampai dua bulan sesudahnya tanda itu
masih kelihatan, dan membuat biarawati yang suci itu menderita terus. Dia
menanggung rasa sakit ini didalam semangat silih, demi pertolongan kepada jiwa
yang nampak kepadanya itu. Beberapa saat kemudian jiwa itu datang lagi
kepadanya dan memberitahukan pembebasannya.
No comments:
Post a Comment