Volume 1 : Misteri Keadilan Allah
Bab 33
Masalah penebusan dosa
Sikap kehangatan
St.Bernard dan religius di Citeaux
Bunda Agnes
Venerabilis dan Sr. de Haut Villars
Pastor Surin dan
religius di Loudun
Umat Kristiani yang baik, imam-imam, para religius, yang ingin melayani
Allah dengan segenap hatinya, haruslah menghindarkan diri dari batu karang
sikap ragu (setengah-setengah) dan melalaikan. Tuhan hendaknya dilayani dengan
penuh semangat. Mereka yang bersikap ragu-ragu dan mengabaikan, akan menyulut kebencianNya.
Bahkan Dia akan memperlakukan dengan kutukanNya terhadap mereka yang melakukan
perbuatan baik namun kurang perhatian, yaitu Dia akan menghukum didalam Api Penyucian
semua orang yang lalai melayani Dia.
Diantara para murid dari St.Bernard yang telah mengharumkan lembah
Clairvoux dengan aroma kesucian mereka, terdapatlah seorang murid yang amat
menyedihkan, yang telah melalaikan kewajibannya, yang berlawanan dengan
semangat para sahabatnya disitu. Disamping peran ganda yang dia lakukan,
sebagai imam dan religius, dia membiarkan dirinya tenggelam kedalam keadaan
keraguan yang sangat disesalkan. Saat kematiannya tiba, dan dia dituntut
dihadapan Allah tanpa membawa tanda pertobatan apapun juga.
Sementara Misa arwah sedang dilaksanakan, seorang religius yang terpuji
dengan kebijaksanaannya yang luar biasa disitu, mengetahui melalui suara
hatinya, bahwa meskipun jiwa yang mati itu tidak musnah secara kekal, tetapi
jiwanya berada dalam keadaan yang amat menyedihkan sekali. Malam berikutnya
jiwa itu nampak kepada religius itu dengan keadaan yang sedih dan malang.
“Kemarin”, demikian kata jiwa itu, “engkau tahu nasibku yang patut disesalkan
itu. Perhatikanlah sekarang siksaan-siksaan yang menghukum aku ini karena sikap
ragu yang jelek ini”. Lalu dia mengajak religius tua itu menuju sebuah tepi
dari jurang yang lebar, yang penuh dengan asap dan nyala api. “Lihatlah tempat
itu”, kata jiwa itu, “dimana para utusan dari Pengadilan Ilahi diperintahkan
untuk menyiksa aku. Mereka terus menerus menceburkan diriku kedalam lembah ini,
dan hanya menarikku keatas untuk kemudian melemparkan aku lagi kedalamnya,
tanpa memberiku saat istirahat sedikitpun juga”.
Pagi berikutnya, religius itu menemui St.Bernard untuk menceritakan
penglihatannya itu. Kepala biara yang suci itu, yang juga menerima penampakan
yang sama, menganggap hal itu sebagai peringatan dari Surga bagi komunitasnya.
Dia lalu mengumpulkan semua anggota biara itu, dan dengan linangan air mata dia
menceritakan hal itu kepada mereka dan menganjurkan mereka untuk menolong jiwa
itu dengan doa-doa permohonan, dan agar melalui contoh yang tidak baik ini
mereka bisa tetap mempertahankan semangat, dan menghindari kelalaian sekecil
apapun didalam melayani Allah.
Kejadian berikut ini diceritakan oleh M.de Lantages didalam buku ‘the Life of Venerable Mother Agnes of
Langeac’, seorang religius Dominikan. Ketika suatu hari religius ini sedang
berdoa, seorang religius lain yang tidak dikenalnya tiba-tiba muncul
dihadapannya, dalam keadaan bersedih dan wajahnya sangat berduka. Dia memandang
jiwa itu dengan penasaran dan bertanya siapa dia. Ketika Bunda Agnes mendengar
suara itu dengan jelas, :”Dia adalah Sr.
de Haut Villars”.
Sr.de Haut Villars menjadi religius didalam biara Puy dan telah meninggal
dunia 10 tahun sebelum penampakan itu terjadi. Didalam penampakan itu dia tidak
berkata apa-apa, namun dia memperlihatkan kesedihannya dan betapa dia sangat
memerlukan pertolongan. Bunda Agnes sungguh menyadari hal ini dan mulai saat
itu dia mempersembahkan doa-doa yang tekun bagi keselamatan jiwa itu. Jiwa itu
ternyata masih belum merasa puas dengan kedatangannya yang pertama. Dia terus
menampakkan diri dalam selang waktu tiga minggu, hampir disembarang tempat dan
setiap saat, terutama setelah Komuni Kudus dan doa, dengan meneyatakan penderitaannya
melalui ekspresi wajah yang sedih. Agnes, atas nasihat dari bapa pengakuannya,
tanpa membicarakan penampakan itu, meminta kepada Suster Kepala biara untuk
mengijinkan komunitas itu melakukan doa-doa yang lebih banyak lagi bagi jiwa
itu. Meskipun doa-doa telah banyak didaraskan, tetapi penampakan itu masih
terus terjadi dan Bunda Agnes merasa khawatir kalau-kalau itu hanya tipuan
saja. Namun Tuhan berkenan untuk membuang rasa takut ini. Tuhan memberitahu
kepada hambaNya yang bermurah hati itu, melalui suara dari malaikat
pelindungnya, bahwa itu adalah benar-benar jiwa dari Api Penyucian, dan bahwa
jiwa itu menderita karena kelalaiannya didalam melayani Allah. Dari saat
kalimat itu diucapkan, penampakan itu berhenti dan tidak diketahui berapa lama
jiwa yang malang itu harus tinggal didalam Api Penyucian.
Marilah kita melihat contoh lain yang bisa mendorong semangat umat beriman.
Seorang religius yang suci yang bernama Maria dari Inkarnasi, dari biara
Ursulin dari Loudun, setelah kematiannya dia menampakkan diri kepada Kepala
biara, seorang Suster yang cerdik dan amat bijaksana, yang menuliskan detil
dari penampakan itu kepada Pastor Surin dari the Company of Jesus. Dia menulis :”Pada tanggal 6 Nopember, antara
jam 3-4 pagi hari, Bunda Inkarnasi itu berdiri dihadapanku dengan ekspresi
wajah yang manis namun lebih mirip dengan sifat kerendahan hati dari pada sifat
penderitaan. Namun aku tahu bahwa dia sangat menderita. Ketika pertama kali aku
merasa dia berada didekatku, aku dikuasai oleh rasa takut, namun karena dari
penampilannya tak ada yang menakutkan aku, maka aku merasa yakin. Aku bertanya,
bagaimana keadaannya, dan apakah aku bisa menolongnya, dia menjawab :”Aku
memuaskan rasa Pengadilan Ilahi didalam Api Penyucian”. Aku memintanya untuk
bercerita mengapa dia ditahan disana. Lalu dengan napas panjang dia menjawab
:”Hal itu adalah karena kelalaianku didalam melaksanakan beberapa tugas
bersama. Sebuah kelemahan tertentu dimana aku membiarkan diriku dituntun oleh
contoh yang tidak baik dari seorang religius. Akhirnya dan terutama, karena
kebiasaanku yang menyimpan harta milikku sendiri itu, dimana aku tak memiliki
ijin untuk menyimpannya, menggunakannya demi kepentinganku sendiri serta demi
keinginanku sendiri. Ah ! jika saja semua religius menyadari hal ini !
Kesalahan yang mereka lakukan terhadap jiwa mereka dengan tidak mengarahkan
dirinya kepada kesempurnaan, dan betapa kerasnya mereka akan harus melakukan
penebusan dosa, karena mereka telah bertindak bertentangan dengan terang suara
hati mereka, maka usaha mereka untuk melakukan kekerasan terhadap dirinya
sendiri selama hidupnya akan berhenti. Ah, pandangan mata Allah itu berbeda
dari kita. PengadilanNya itu berbeda.
Aku juga bertanya, apakah aku bisa berbuat sesuatu untuk meringankan dia.
Dia menjawab :”Aku ingin memandang dan memiliki Allah, namun aku harus
memuaskan rasa KeadilanNya selama Dia berkenan”. Aku bertanya apakah dia sangat
menderita, dia menjawab :”Rasa sakitku ini tak bisa dipahami oleh mereka yang
tidak menjalankannya”. Dengan berkata seperti ini, dia mendekati wajahku dan
kemudian pergi. Dan seolah diriku terbakar oleh batubara yang menyala, meskipun
wajahnya tidak menyentuh wajahku. Lenganku, yang sedikit tersentuh oleh
mantelnya, terasa terbakar dan menimbulkan rasa sakit kepadaku.
Satu bulan kemudian dia menampakkan diri lagi kepada Suster Kepala untuk
mengatakan pembebasannya.
No comments:
Post a Comment