Seorang Pakar Liturgi:
Pembatasan
Baru Paus Terhadap Misa Ritus Lama 'Seperti
Menyuruh Jutaan Umat Katolik Untuk Melompat Dari Atas Jembatan Atau Untuk
Gantung Diri'
'Sungguh sulit untuk menggambarkan besarnya masalah ini, tapi itu
seperti menyuruh jutaan umat Katolik untuk melompat dari atas jembatan atau untuk
gantung diri...[Tapi] Paus ini bermimpi jika dia berpikir bahwa dengan goresan
pena (tanda tangan persetujuan) dia bisa menghilangkan kasih dari banyak umat
yang setia terhadap liturgi Katolik tradisional.'
Fri Jul 16, 2021 - 1:19 pm EST
16 Juli 2021 (LifeSiteNews) — Ketika berita bahwa motu proprio Traditionis custodes paus Francis membatalkan Summorum Pontificum dari Benediktus XVI mengguncang Gereja Katolik,
LifeSiteNews hari ini mewawancari salah
satu otoritas Amerika yang paling terkenal dalam hal Bentuk Misa Luar Biasa (yang
juga disebut “Misa Latin”, atau “Bentuk Luar Biasa Ritus Romawi”, “Misa Lama”),
penulis produktif, Prof. Dr.
Peter Kwasniewski.
LifeSiteNews: Bagi pembaca yang hanya mengikuti Misa Bentuk
Biasa (Novus Ordo) dan bukan Bentuk Luar Biasa (Misa Latin atau Misa Roma),
mengapa motu proprio ini begitu penting?
Peter Kwasniewski: Motu proprio ini penting karena Francis membatalkan
intervensi Vatikan selama 50 tahun ini atas nama umat Katolik yang mencintai
tradisi liturgi Gereja dan yang ingin tetap terhubung dengan tradisi itu. Paus
Paulus VI sudah mulai memberikan apa yang menurutnya perlu izin, dan kemudian paus
Yohanes Paulus II terlebih lagi pada 1980-an. Dan kemudian, tentu saja, Paus
Benediktus yang mengatakan bahwa ritus
tradisional tidak pernah dibatalkan, tidak pernah dihapuskan. Tetapi Francis,
bahkan di tengah situasi di mana begitu banyak orang meninggalkan Gereja Katolik
saat ini, begitu banyak panggilan dan keluarga ikut menghadiri Misa
Tradisional, tetapi Francis menusuk tajam kepada fondasinya, dengan mengatakan bahwa
dia ingin menghapus semuanya – hanya dalam hitungan tahun, kedengarannya
seperti ini. Dia ingin menghapus Misa Tradisional sepenuhnya. Sulit untuk menggambarkan besarnya masalah
ini, tetapi ini seperti menyuruh jutaan umat Katolik yang setia untuk melompat
dari atas jembatan atau untuk melakukan gantung diri. Nada dari dokumen
tersebut sangat memperlakukan umat Katolik yang mencintai tradisi seolah-olah
mereka adalah penderita kusta yang perlu dikarantina atau diisolasi.
LifeSiteNews: Tapi ini tidak
terdengar seperti Francis yang mencintai keragaman. Dia memeluk orang-orang
transgender melalui ucapannya yang terkenal: "pria
itu yang adalah wanita, tetapi dia adalah pria," misalnya. Mengapa paus
Francis begitu keras dengan bagian Gereja yang banyak kaum mudanya dan sedang berkembang?
Kwasniewski: Ada satu kata jawaban untuk pertanyaan itu, dan itu adalah
"ideologi" yang dianut Francis. Untuk menjadi progresif atau liberal
sejati, yang tidak diragukan lagi adalah Francis – dapat dilihat dalam banyak
cara, “keragaman” berarti “keragaman menurut istilah liberal dan progresif kita sendiri.” Ada sebagian kecil dari
spektrum di mana keragaman diperbolehkan, dan itu semacam keragaman yang tidak
signifikan. Jika ada keragaman yang mendalam, itu jauh lebih meresahkan
orang-orang seperti Francis ini.
Dan itu karena dia memiliki visi tertentu tentang Gereja
Vatikan II dan renovasi total atas teologi dan liturginya. Itulah yang dia (Francis)
pikirkan. Dia berpikir – dia mengatakannya secara eksplisit – itulah yang
diinginkan Roh Kudus. Dari sudut pandangnya, jika dia benar-benar tulus, dia
bisa saja melihat dirinya sebagai penjaga dari apa yang dikehendaki oleh Roh
Kudus pada dan setelah Vatikan II.
LifeSiteNews: Dalam motu proprio ini, Francis pada dasarnya
mengatakan bahwa Roh Kudus berbicara melalui Konsili Vatikan II dan jika melawan
Vatikan II berarti melawan Roh Kudus, tetapi apa yang diminta oleh Vatikan II
dalam liturgi belum dilakukan.
Kwasniewski: Memang benar. Ada dua masalah di sana. Salah satunya adalah
bahwa tidak ada teolog yang kompeten yang pernah menyamakan apa yang
dikatakan atau dilakukan oleh seorang Paus atau Konsili dengan apa yang dikehendaki
oleh Roh Kudus. Ya, hal-hal ini dilakukan oleh Francis atas nama Roh Kudus,
tetapi tidak semuanya berhasil. Banyak hal telah direvisi atau diubah selama
berabad-abad, tetapi Roh Kudus sendiri tidak berubah.
Tetapi lebih penting lagi, reformasi liturgi adalah sesuatu
yang independen dari Konsili, dan hal itu ternyata bertentangan dengan
kata-kata yang diungkapkan oleh Konsili (KV II). Itu selalu menjadi topik yang
kontroversial. Francis tampaknya tidak mengakui fakta bahwa ada banyak kritikus
tingkat tinggi terhadap reformasi liturginya, termasuk pendahulunya, Benediktus
XVI. Jika paus Francis benar, maka pendahulunya sendiri akan bersalah atas
beberapa kesalahan yang dia kaitkan dengan orang-orang yang disebutkan dalam
dokumen-dokumen ini.
LifeSiteNews: Apakah Francis mempertahankan gerakan
anti-Benedict?
Kwasniewski: Itu pasti. Motu proprio Francis ini sendiri adalah antitesis
yang tepat dari Summorum pontificum dari Benedict, dan surat yang menyertainya
adalah antitesis yang tepat dari surat yang menyertai Summorum pontificum.
Dalam seluruh sejarah Gereja, tidak pernah ada penolakan yang begitu dramatis
terhadap pendahulu Paus. Tidak pernah. Ini belum pernah terjadi sebelumnya, dan
saya dapat mengatakan itu dengan cukup percaya diri.
LifeSiteNews: Mungkin terlalu dini
untuk mengatakannya, tetapi apa akibatnya?
Kwasniewski: Kebingungan. Duka. Sakit kepala. Mimpi buruk birokrasi. Sesungguhnya
para uskup tidak membutuhkan semua pekerjaan ekstra dan semua masalah ekstra
yang baru saja diberikan paus Francis kepada mereka. Ini akan meningkatkan
perpecahan di mana-mana, dan maksud saya bukan hanya perpecahan sementara,
katakanlah, antara umat Katolik yang pergi ke Paroki milik Persaudaraan St.
Petrus [FSSP] dan umat Katolik yang pergi ke paroki milik Serikat St. Pius X
[SSPX]. Maksud saya, pembagian antara uskup, keuskupan, seminari, dan komunitas
religius. Maksud saya adalah sebaliknya. Paus Francis ini berkhayal jika dia
berpikir bahwa dengan goresan penanya (tanda tangannya) dia bisa menghapus kasih
yang dimiliki orang-orang yang setia terhadap liturgi Katolik tradisional.
LifeSiteNews: Pernah dilaporkan bahwa paus Francis berkata,
“Saya mungkin menjadi tokoh sejarah sebagai orang yang memecah belah Gereja
Katolik.” Agaknya itu berarti skisma. Apakah itu akan terjadi?
Kwasniewski: Tergantung bagaimana Anda mendefinisikan kata skisma. Saya
setuju dengan mereka yang mengatakan bahwa sudah ada perpecahan de facto di dalam Gereja antara mereka
yang memegang teguh iman Katolik dan mereka yang tidak. Para pengkritik Misa
Tradisional Latin sangat sering menyamakan kaum tradisional dengan ajaran sesat
dan perbedaan pendapat dengan ajaran moral. Jadi sudah ada perpecahan virtual
di dalam Gereja, dan paus Francis, sayangnya, memimpin perpecahan itu.
LifeSiteNews: Lalu siapa yang memimpin sisi tradisional Gereja?
Kwasniewski: Di sini saya akan mengatakan: Roh Kudus! Karena Roh Kudus, pada kenyataannya, adalah Dia yang
membimbing Gereja selama berabad-abad dalam ibadahnya, teologinya, doktrinnya,
dan moralnya. Kita dapat mengatakan dengan yakin, melihat lebih dari dua ribu
tahun sejarah Gereja, bahwa Roh Kuduslah yang membimbing Gereja seperti yang
dijanjikan Kristus.
Umat Katolik tradisional mendasarkan diri mereka pada
preseden. Kita bukanlah pemuja paus yang membutuhkan Paus untuk memberi tahu kita,
bahwa kita diizinkan untuk mengikat sepatu kita dan kita diizinkan untuk
menyelipkan baju kita. Paus ada di sana
untuk menyelesaikan masalah nyata ketika masalah itu muncul, dan jika tidak,
kita tidak perlu terlalu menghiraukannya. Itulah sikap normal umat Katolik
sepanjang sejarah.
LifeSiteNews: Pertanyaan terakhir: haruskah SSPX membeli atau
membangun gereja yang lebih besar?
Kwasniewski: Saya tidak akan mengatakan bahwa mereka harus melakukan hal itu,
tetapi saya yakin mereka akan melakukannya. Tidak ada keraguan bahwa itulah
yang akan terjadi.
Artikel
terkait:
BREAKING: Pope Francis abrogates Pope Benedict’s
universal permission for Old Mass
-------------------------------------
Silakan membaca artikel lainnya di sini:
100
Tahun Yang Lalu Chesterton Meramalkan Tentang Saat Kegelapan Kita
Sekarang
Motu
Proprio Francis: Menghapuskan Summorum
Pontificum...