Monday, July 19, 2021

‘Skandal,’ ‘Laksana Bom,’ ‘Kekejaman’...

 ‘SKANDAL,’ ‘LAKSANA BOM,’ ‘KEKEJAMAN’... 

Demikian Beberapa Reaksi Umat Katolik Yang Mencintai Tradisi, Terhadap Pembatalan TLM

Oleh Francis

https://www.lifesitenews.com/news/scandal-bomb-cruelty-tradition-loving-catholics-react-to-popes-latin-mass-restrictions

 

“Liturgi Katolik lama mengancam Tata Dunia Baru yang kejam, yang telah ditandatangani oleh Francis,” demikian kata Michael Matt dari surat kabar The Remnant. 

Misa Latin menyatukan umat Katolik dari setiap negara di dunia selama beberapa ribu tahun, yang tidak pernah bisa dilakukan oleh pemerintah.

Fri Jul 16, 2021 - 3:34 pm EST

 

·      

 

By Dorothy Cummings McLean 

 

 

16 Juli 2021 (LifeSiteNews) — Umat Katolik ritus Roma yang mencintai praktik liturgi tradisional Gereja Katolik sungguh berduka hari ini.

 

Pagi ini paus Francis mengeluarkan motu proprio yang disebut Traditionis custodes, yang menetapkan batasan ketat pada pelaksanaan Misa Tradisional Latin, sebuah ritus yang disebut oleh Paus Benediktus sebagai “Bentuk Misa Luar Biasa” dalam motu proprio-nya Summorum pontificum Juli 2007. Seorang kritikus terhadap reformasi liturgi, mengatakan bahwa Benediktus XVI memberi lampu hijau kepada imam-imam Katolik untuk merayakan “Misa Yohanes XXIII” atau Misa Latin Tradisionil 1962 tanpa meminta izin dari uskup mereka. Dalam sebuah surat yang menyertai motu proprio resminya, paus Francis mengindikasikan bahwa dia menuduh bahwa umat Katolik telah menyalahgunakan ketentuan paus Benedictus, dan menuduh mereka yang mencintai Misa Tradisional, menolak KV II.

 

“Paus Francis tampaknya menghukum semua imam yang merayakan Misa Tradisional dan semua umat awam yang mengikutinya, dengan tuduhan berbuat dosa, yaitu kepada beberapa orang: yang 'menolak KV II', apa pun artinya itu,” kata Dr. Joseph Shaw, presiden Latin Mass Society of England and Wales, kepada LifeSiteNews hari ini melalui media sosial. “Efek praktis dari dokumen Francis ini, bagaimanapun, jika hal itu diimplementasikan, adalah untuk meminggirkan, dan oleh karena itu, meradikalisasi umat Katolik yang terikat pada Misa yang lebih tua itu (TLM),” lanjutnya.

 

“Sungguh luar biasa bahwa ribuan umat Katolik yang setia, yang menanggapi sikap baik Paus Yohanes Paulus II dan Paus Benediktus XVI terhadap Misa kuno TLM, untuk merayakan atau menghadirinya dalam kesatuan penuh dengan para uskup mereka dan dengan Bapa Suci, secara tiba-tiba kini menjadi orang buangan. Jika para uskup memang diharapkan untuk mengatur dan membimbing penggunaan Misa 1962 (TLM) di keuskupan mereka, maka pelarangan perayaannya di gereja-gereja paroki sekarang akan sangat menghambat upaya mereka untuk melakukannya, dan tampaknya sama sekali tidak dapat dijalankan.”

 

Dalam wawancara panjang dengan LifeSiteNews, sarjana liturgi Prof.Dr. Peter Kwasniewski mengatakan bahwa pembatalan Summorum pontificum dari paus Benediktus, seperti yang dilakukan oleh paus Francis ini, “belum pernah terjadi sebelumnya.” “Motu proprio Francis itu sendiri adalah antitesis yang tepat dari Summorum pontificum Benediktus, dan surat yang menyertainya adalah antitesis yang tepat dari surat yang menyertai Summorum pontificum,” kata Kwasniewski. “Dalam seluruh sejarah Gereja, tidak pernah ada penolakan yang begitu dramatis terhadap pendahulu Paus. Tidak pernah. Ini belum pernah terjadi sebelumnya, dan saya dapat mengatakannya dengan cukup percaya diri.”

 

Gregory Di Pippo, editor New Liturgical Movement online, mengatakan kepada LifeSiteNews bahwa tuduhan paus Francis bahwa umat Katolik yang menyukai Misa Latin telah menolak KV II, adalah tidak benar. “Itu adalah bohong, dan Anda bisa mengutip perkataan saya ini,” demikian kata Di Pippo.

 

Michael Matt dari The Remnant menuduh paus Francis sebagai 'alat dari kaum globalis' yang 'terobsesi untuk menghancurkan sisa-sisa kecil umat beriman yang masih tersisa di tengah dunia yang murtad secara universal.' Matt menulis bahwa paus 'telah mengunci Summorum Pontificum Benediktus, karena seperti salib bertindak terhadap vampir, maka liturgi Katolik lama ini sangat mengancam Tata Dunia Baru yang kejam, yang telah ditandatangani sendiri oleh Francis.' “Pertama-tama, perayaan liturgi tradisional, dalam istilah-istilah yang didefinisikan oleh Summorum pontificum, membawa serta penerimaan implisit terhadap KV II dan penerimaan implisit atas keabsahan reformasi liturgi yang disahkan setelah Konsili.” “Namun, tak seorang pun di Gereja saat ini, apalagi kepausan, menerima keabsahan KV II dalam arti bahwa sebagian besar reformasi yang diberlakukan setelah KV II dilakukan bertentangan dengan surat hasil dari KV II. [Jadi,] pihak kepausan tidak memiliki kuasa untuk menuduh kepada siapa pun dengan berkata: 'Anda menolak Vatikan II'.” Menurut Michael Matt, paus Francis “...terobsesi dengan menghancurkan sisa-sisa kecil umat beriman yang tersisa di tengah dunia yang penuh kemurtadan secara universal saat ini.” Michael Matt, yang adalah editor surat kabar The Remnant, hari ini menulis bahwa umat Katolik tidak boleh berkecil hati.

 

'Eklesiologi yang menyimpang' ini 'sangat memprihatinkan,' kata Pastor Raymond Blake, pastor Inggris, dalam blog-nya mengatakan: “Saya percaya keputusan Francis ini sangat tidak adil bagi banyak klerus dan umat awam yang taat, yang telah mencoba untuk menggabungkan tradisi liturgi otentik dan teologi Katolik dengan cara menyatu dengan Tahta Roma dan menjadi bagian dari Tubuh Universal Kristus.” Pastor Raymond Blake mengatakan bahwa teologi motu proprio Francis ini “sangat memprihatinkan.” “Dokumen baru Paus ini memperkuat eklesiologi yang menyimpang, yang telah meninggikan Kantor Kepausan di atas Gereja, Tradisi, Kitab Suci,” tweet Blake. “Ini mengurangi hati nurani individu menjadi kepatuhan seorang budak. Ini adalah teologi yang sangat memprihatinkan.” 'Vulgaritas dokumen ini hanya cocok dengan kekejamannya.'

 

Dr. Ilya Kotlyar, seorang Rusia berusia 35 tahun yang memeluk agama Katolik ketika dia berusia 26 tahun, mengatakan kepada LifeSiteNews bahwa dia menemukan bahwa dokumen baru dari Francis itu “sangat mengecewakan.” “Saya percaya dokumen itu merampas jutaan umat Katolik tidak hanya dari keindahan liturgi tradisional, tetapi juga dari pemahaman yang tepat tentang liturgi dan teologi,” kata Kotlyar melalui media sosial. Sejarawan hukum ini mengkritik motu proprio baru Francis dalam istilah Thomistik. “Dokumen Francis itu juga tampaknya tidak ditulis dengan baik dari sudut pandang hukum, ini adalah sebuah skandal bagi Tahta Suci dan terhadap hukum Kanonik yang berusia dua milenium,” katanya. “Saya cukup yakin dokumen ini hanya akan...melanjutkan perpecahan di dalam Gereja,” prediksinya. “Saya juga yakin bahwa tujuan akhir dari dokumen tersebut – pergeseran umat Katolik dari ritus tradisional ke ritus baru – tidak mungkin tercapai, terutama dengan cara seperti itu. Saya percaya dokumen baru itulah yang disebut St. Thomas Aquinas sebagai 'hukum yang tidak adil dan tidak masuk akal', yang lebih merupakan 'kekerasan daripada hukum' (Summa Theologiae., Ia IIae, q 96, pasal 4). Saya tidak berpikir bahwa dokumen Francis itu bisa menarik hati nurani umat Katolik di mana pun.”

 

Seorang remaja pencinta tradisi, Sophia Tait yang berusia 19 tahun, mengatakan kepada LifeSitenews melalui media sosial, bahwa rasanya seperti ‘kapak yang telah ditancapkan ke akar hidupnya.’ “Saya takut dan sedih atas kondisi Gereja secara keseluruhan, tetapi pada tingkat pribadi, rasanya seperti menerima kapak yang ditancapkan ke akar kehidupan saya - begitu banyak yang telah saya kerjakan, harapkan, atau waktu yang saya berikan selama setahun terakhir ini terkait dengan Misa tradisional,” kata Tait. “Keluarga saya mengikuti liturgi tradisional baru-baru ini, dan kami semua telah sangat dikuatkan dan didukung olehnya, melewati tahun-tahun yang gila dalam banyak hal,” tambahnya. “Di sanalah saya menemukan fondasi yang pasti, stabil, dan tantangan terus-menerus untuk menjalankan praktik iman yang lebih dalam. Sekarang setelah saya mendengar otoritas Gereja yang  mengutuk Misa yang kita semua cintai, saya jadi merasa tersesat dan bingung. Saya ingin melakukan kehendak Tuhan, dalam ketaatan kepada Gereja-Nya, dan sangat sulit untuk melihat bagaimana kita seharusnya melakukan itu (TLM) sekarang.”

 

Seorang uskup Amerika, Uskup Agung Salvatore Cordileone dari San Francisco, berjanji kepada umat beriman bahwa mereka masih dapat mengakses Misa Lama TLM di yurisdiksinya. “Misa itu adalah mukjizat dalam bentuk apa pun: Kristus datang kepada kita sebagai manusia dalam rupa Roti dan Anggur,” katanya kepada CNA hari ini. “Kesatuan di bawah Kristus adalah yang terpenting. Oleh karena itu Misa Tradisional Latin akan terus tersedia di sini di Keuskupan Agung San Francisco dan disediakan sebagai tanggapan atas kebutuhan dan keinginan yang sah dari umat beriman.” “Tuhan bertanggung jawab atas segalanya, dan ini tidak akan terjadi jika Dia tidak mengizinkannya,” katanya. Dan “Ini semua belum pernah terjadi sebelumnya. Saya tahu, saya ingat, saya menjalaninya,” lanjutnya. “Ini adalah hukuman, ya, tetapi itu tidak mengubah apa yang harus kita lakukan: Kita harus mengenal, mengasihi, dan melayani Tuhan, dan melawan mereka yang tidak melakukannya. Francis tidak memiliki kemampuan untuk mengubah TLM itu.”

 

Di Twitter, jurnalis Katolik Inggris, dan mantan editor Catholic Herald, Damian Thompson memperingatkan umat Katolik yang mencintai tradisi untuk tidak percaya pada uskup yang berhati mendua. “Misa Latin menyatukan umat Katolik dari setiap negara di dunia selama beberapa ribu tahun seperti tidak ada pemerintah yang bisa.” “Para tradisionalis: jangan menghibur diri dengan gagasan bahwa uskup yang simpatik dapat menutup mata terhadap dekrit Francis – tidak juga terhadap Arthur Roche yang secara menjijikkan menjalankan CDW Vatikan [Congregation for Divine Worship],” tulis Thompson. “Dia akan mengejar Anda." 'Eklesiologi yang terdistorsi,' 'Sangat memprihatinkan.'

 

Serikat St. Pius X mengindikasikan bahwa mereka akan menyampaikan tanggapan mereka terhadap motu proprio baru dari Francis ini dengan sangat hati-hati. "Kami akan mengeluarkan pernyataan tentang berita hari ini dari Roma," tweet mereka. “Mereka yang mengikuti kami tahu bahwa pernyataan kami tidak terlalu cepat atau reaksioner. Sementara itu, berdoalah untuk imam-imam. Berdoalah secara khusus untuk para uskup.”

 

Steve Skojec, editor blog OnePeterFive, juga mengutuk paus Francis dengan keras. "Saya sadar bahwa Motu Proprio Francis hari ini dan surat yang menyertainya, adalah hal pertama yang pernah ditulis Francis yang saya baca secara keseluruhan," kata Skojec. “Dokumen itu bukan sekedar 60.000+ kata cerewet, jadi saya akan membacanya secara lengkap. Francis telah menusuk langsung dan to the point.”

 

Humoris Katolik Inggris, Eccles, mentweet, “Apa yang bisa dilakukan seseorang ketika seorang pemimpin agama yang sangat dihormati kemudian menjadi psikopat gila di usia tuanya? Meminta untuk ditemani.”

 

Pakar Katolik Dr. Taylor Marshall tidak berbasa-basi di podcastnya hari ini: “Paus Francis telah menjatuhkan bom kepada umat Katolik tradisional, kepada Misa Latin Tradisional, dan ini adalah hal paling radikal yang telah dilakukan paus Francis dalam delapan tahun di Roma, kata Marshall.

 

Pastor-blogger Amerika, John Zuhlsdorf, mencatat bahwa hari ini adalah Hari Ular Sedunia, tetapi dia tidak menjelaskan lebih lanjut tentang itu. Dalam posting terpisah di blognya yang terkenal, "Pastor Z" menulis bahwa motu proprio adalah sebuah bentuk penghinaan. “Traditionis custodes dari Francis … secara efektif menghina seluruh kepausan Benediktus XVI dan ketentuan pastoral Yohanes Paulus II dan semua orang yang percaya,” tulisnya. Memperhatikan bahwa perintah-perintah itu segera berlaku, Pastor Z mengatakan bahwa buah pertama dari dokumen "kejam" itu adalah "kekacauan." “Sekarang orang-orang menulis kepada saya untuk menanyakan apa yang harus mereka lakukan pada hari Minggu. Para imam menanyakan apakah mereka memenuhi kewajiban untuk mendaraskan Breviarium Romanum. Pertanyaannya berlipat ganda bahkan saat saya menulis ini. "Oleh karena itu, saya terpaksa berkomentar bahwa sikap arogan dalam dokumen ini sangat cocok dengan kekejamannya," pungkasnya. “Bahkan mereka yang telah menjadi pengkritik keras ketentuan Benediktus, yang bahkan mungkin membenci tidak hanya bentuk ibadah tradisional, tetapi juga orang-orang yang menginginkannya, kini mereka harus merasa ngeri dengan kebrutalan dokumen baru dari Francis ini.”

 

RELATED:

Liturgy expert: Pope’s new restriction of Old Rite Mass ‘kind of like telling millions of Catholics just to jump off a bridge or hang themselves’

ANALYSIS: Pope restricts ‘divisive’ Traditional Latin Mass, says 52-yr-old Novus Ordo is ‘unique expression’ of Church’s liturgy

BREAKING: Pope Francis abrogates Pope Benedict’s universal permission for Old Mass

 

------------------------------------

 

Silakan membaca artikel lainnya di sini: 

Pedro Regis, 5146 – 5150

LDM, 13 Juli 2021

Enoch, 15 Juli 2021

LDM, 17 Juli 2021

Motu Proprio Francis: Menghapuskan Summorum Pontificum...

Penganiayaan Telah Dimulai

Pakar Liturgi: Pembatasan Baru Paus Terhadap Misa Ritus Lama...