‘SKANDAL,’ ‘LAKSANA BOM,’ ‘KEKEJAMAN’...
Demikian Beberapa Reaksi Umat Katolik Yang Mencintai Tradisi, Terhadap
Pembatalan TLM
Oleh Francis
“Liturgi Katolik lama mengancam Tata Dunia
Baru yang kejam, yang
telah ditandatangani oleh Francis,” demikian kata Michael Matt dari surat kabar ‘The Remnant.’
“Misa Latin menyatukan umat Katolik dari
setiap negara di dunia selama beberapa ribu tahun, yang tidak pernah bisa dilakukan oleh pemerintah.”
Fri Jul 16, 2021 - 3:34 pm EST
·
16
Juli 2021 (LifeSiteNews) —
Umat Katolik ritus Roma yang mencintai praktik liturgi tradisional Gereja
Katolik sungguh berduka hari ini.
Pagi
ini paus Francis mengeluarkan motu proprio yang disebut Traditionis custodes,
yang menetapkan batasan ketat pada pelaksanaan Misa Tradisional Latin, sebuah
ritus yang disebut oleh Paus Benediktus sebagai “Bentuk Misa Luar Biasa” dalam
motu proprio-nya Summorum pontificum Juli 2007. Seorang kritikus terhadap
reformasi liturgi, mengatakan bahwa Benediktus XVI memberi lampu hijau kepada imam-imam
Katolik untuk merayakan “Misa Yohanes XXIII” atau Misa Latin Tradisionil 1962
tanpa meminta izin dari uskup mereka. Dalam
sebuah surat yang menyertai motu proprio resminya, paus Francis mengindikasikan
bahwa dia menuduh bahwa umat Katolik telah menyalahgunakan ketentuan paus
Benedictus, dan menuduh mereka yang mencintai Misa Tradisional, menolak KV II.
“Paus
Francis tampaknya menghukum semua imam yang merayakan Misa Tradisional dan
semua umat awam yang mengikutinya, dengan tuduhan berbuat dosa, yaitu kepada beberapa
orang: yang 'menolak KV II', apa pun artinya itu,” kata Dr. Joseph Shaw,
presiden Latin
Mass Society of England and Wales, kepada LifeSiteNews hari ini melalui media
sosial. “Efek praktis dari dokumen Francis ini, bagaimanapun, jika hal itu diimplementasikan,
adalah untuk meminggirkan, dan oleh karena itu, meradikalisasi umat Katolik
yang terikat pada Misa yang lebih tua itu (TLM),” lanjutnya.
“Sungguh
luar biasa bahwa ribuan umat Katolik yang setia, yang menanggapi sikap baik
Paus Yohanes Paulus II dan Paus Benediktus XVI terhadap Misa kuno TLM, untuk
merayakan atau menghadirinya dalam kesatuan penuh dengan para uskup mereka dan
dengan Bapa Suci, secara tiba-tiba kini menjadi orang buangan. Jika para uskup memang diharapkan untuk mengatur dan
membimbing penggunaan Misa 1962 (TLM) di keuskupan mereka, maka pelarangan
perayaannya di gereja-gereja paroki sekarang akan sangat menghambat upaya
mereka untuk melakukannya, dan tampaknya sama sekali tidak dapat dijalankan.”
Dalam
wawancara
panjang dengan LifeSiteNews, sarjana
liturgi Prof.Dr. Peter Kwasniewski mengatakan bahwa pembatalan Summorum
pontificum dari paus Benediktus, seperti yang dilakukan oleh paus Francis ini, “belum
pernah terjadi sebelumnya.” “Motu proprio Francis itu sendiri adalah antitesis
yang tepat dari Summorum pontificum Benediktus,
dan surat yang menyertainya adalah antitesis yang tepat dari surat yang
menyertai Summorum pontificum,” kata
Kwasniewski. “Dalam seluruh sejarah Gereja, tidak pernah ada penolakan yang
begitu dramatis terhadap pendahulu Paus. Tidak pernah. Ini belum pernah terjadi
sebelumnya, dan saya dapat mengatakannya dengan cukup percaya diri.”
Gregory
Di Pippo, editor New Liturgical Movement
online, mengatakan kepada LifeSiteNews
bahwa tuduhan paus Francis bahwa umat Katolik yang menyukai Misa Latin telah
menolak KV II, adalah tidak benar. “Itu
adalah bohong, dan Anda bisa mengutip perkataan saya ini,” demikian kata Di
Pippo.
Michael Matt dari The Remnant menuduh paus Francis sebagai
'alat dari kaum globalis' yang 'terobsesi untuk menghancurkan sisa-sisa kecil umat
beriman yang masih tersisa di tengah dunia yang murtad secara universal.' Matt
menulis bahwa paus 'telah mengunci Summorum Pontificum Benediktus, karena
seperti salib bertindak terhadap vampir, maka liturgi Katolik lama ini sangat mengancam
Tata Dunia Baru yang kejam, yang telah ditandatangani sendiri oleh Francis.' “Pertama-tama, perayaan liturgi tradisional, dalam
istilah-istilah yang didefinisikan oleh Summorum pontificum, membawa serta
penerimaan implisit terhadap KV II dan penerimaan implisit atas keabsahan
reformasi liturgi yang disahkan setelah Konsili.” “Namun, tak seorang pun di
Gereja saat ini, apalagi kepausan, menerima keabsahan KV II dalam arti bahwa
sebagian besar reformasi yang diberlakukan setelah KV II dilakukan bertentangan
dengan surat hasil dari KV II. [Jadi,] pihak kepausan tidak memiliki kuasa
untuk menuduh kepada siapa pun dengan berkata: 'Anda menolak Vatikan II'.” Menurut
Michael Matt, paus Francis “...terobsesi dengan menghancurkan sisa-sisa kecil umat
beriman yang tersisa di tengah dunia yang penuh kemurtadan secara universal
saat ini.” Michael Matt, yang adalah editor surat kabar The Remnant, hari
ini menulis bahwa umat Katolik tidak boleh berkecil hati.
'Eklesiologi
yang menyimpang' ini 'sangat memprihatinkan,' kata Pastor Raymond Blake, pastor
Inggris, dalam blog-nya mengatakan: “Saya percaya keputusan Francis ini sangat tidak
adil bagi banyak klerus dan umat awam yang taat, yang telah mencoba untuk
menggabungkan tradisi liturgi otentik dan teologi Katolik dengan cara menyatu dengan
Tahta Roma dan menjadi bagian dari Tubuh Universal Kristus.” Pastor Raymond
Blake mengatakan bahwa teologi motu proprio Francis ini “sangat
memprihatinkan.” “Dokumen baru Paus ini memperkuat eklesiologi yang menyimpang,
yang telah meninggikan Kantor Kepausan di atas Gereja, Tradisi, Kitab Suci,” tweet Blake. “Ini mengurangi hati
nurani individu menjadi kepatuhan seorang budak. Ini adalah teologi yang sangat
memprihatinkan.” 'Vulgaritas dokumen ini hanya cocok dengan kekejamannya.'
Dr.
Ilya Kotlyar, seorang Rusia berusia 35 tahun yang memeluk agama Katolik ketika
dia berusia 26 tahun, mengatakan kepada LifeSiteNews
bahwa dia menemukan bahwa dokumen baru dari Francis itu “sangat mengecewakan.” “Saya
percaya dokumen itu merampas jutaan umat Katolik tidak hanya dari keindahan
liturgi tradisional, tetapi juga dari pemahaman yang tepat tentang liturgi dan
teologi,” kata Kotlyar melalui media sosial. Sejarawan hukum ini mengkritik
motu proprio baru Francis dalam istilah Thomistik. “Dokumen Francis itu juga
tampaknya tidak ditulis dengan baik dari sudut pandang hukum, ini adalah sebuah
skandal bagi Tahta Suci dan terhadap hukum Kanonik yang berusia dua milenium,”
katanya. “Saya cukup yakin dokumen ini hanya akan...melanjutkan perpecahan di
dalam Gereja,” prediksinya. “Saya juga yakin bahwa tujuan akhir dari dokumen
tersebut – pergeseran umat Katolik dari ritus tradisional ke ritus baru – tidak
mungkin tercapai, terutama dengan cara seperti itu. Saya percaya dokumen baru
itulah yang disebut St. Thomas Aquinas sebagai 'hukum yang tidak adil dan tidak masuk akal', yang lebih merupakan
'kekerasan daripada hukum' (Summa Theologiae., Ia IIae, q 96, pasal 4). Saya
tidak berpikir bahwa dokumen Francis itu bisa menarik hati nurani umat Katolik di
mana pun.”
Seorang
remaja pencinta tradisi, Sophia Tait yang berusia 19 tahun, mengatakan kepada LifeSitenews melalui media sosial, bahwa
rasanya seperti ‘kapak yang telah ditancapkan ke akar hidupnya.’ “Saya takut
dan sedih atas kondisi Gereja secara keseluruhan, tetapi pada tingkat pribadi,
rasanya seperti menerima kapak yang ditancapkan ke akar kehidupan saya - begitu
banyak yang telah saya kerjakan, harapkan, atau waktu yang saya berikan selama
setahun terakhir ini terkait dengan Misa tradisional,” kata Tait. “Keluarga
saya mengikuti liturgi tradisional baru-baru ini, dan kami semua telah sangat dikuatkan
dan didukung olehnya, melewati tahun-tahun yang gila dalam banyak hal,”
tambahnya. “Di sanalah saya menemukan fondasi yang pasti, stabil, dan tantangan
terus-menerus untuk menjalankan praktik iman yang lebih dalam. Sekarang setelah
saya mendengar otoritas Gereja yang mengutuk Misa yang kita semua cintai, saya jadi
merasa tersesat dan bingung. Saya ingin melakukan kehendak Tuhan, dalam
ketaatan kepada Gereja-Nya, dan sangat sulit untuk melihat bagaimana kita
seharusnya melakukan itu (TLM) sekarang.”
Seorang
uskup Amerika, Uskup Agung Salvatore Cordileone dari San Francisco, berjanji
kepada umat beriman bahwa mereka masih dapat mengakses Misa Lama TLM di yurisdiksinya.
“Misa itu adalah mukjizat dalam bentuk apa pun: Kristus datang kepada kita
sebagai manusia dalam rupa Roti dan Anggur,” katanya kepada CNA hari ini.
“Kesatuan di bawah Kristus adalah yang terpenting. Oleh karena itu Misa
Tradisional Latin akan terus tersedia di sini di Keuskupan Agung San Francisco
dan disediakan sebagai tanggapan atas kebutuhan dan keinginan yang sah dari
umat beriman.” “Tuhan bertanggung jawab atas segalanya, dan ini tidak akan
terjadi jika Dia tidak mengizinkannya,” katanya. Dan “Ini semua belum pernah
terjadi sebelumnya. Saya tahu, saya ingat, saya menjalaninya,” lanjutnya. “Ini
adalah hukuman, ya, tetapi itu tidak mengubah apa yang harus kita lakukan: Kita
harus mengenal, mengasihi, dan melayani Tuhan, dan melawan mereka yang tidak
melakukannya. Francis tidak memiliki kemampuan untuk mengubah TLM itu.”
Di Twitter, jurnalis Katolik Inggris, dan mantan editor Catholic Herald, Damian Thompson memperingatkan umat Katolik yang mencintai tradisi untuk tidak percaya pada uskup yang berhati mendua. “Misa Latin menyatukan umat Katolik dari setiap negara di dunia selama beberapa ribu tahun seperti tidak ada pemerintah yang bisa.” “Para tradisionalis: jangan menghibur diri dengan gagasan bahwa uskup yang simpatik dapat menutup mata terhadap dekrit Francis – tidak juga terhadap Arthur Roche yang secara menjijikkan menjalankan CDW Vatikan [Congregation for Divine Worship],” tulis Thompson. “Dia akan mengejar Anda." 'Eklesiologi yang terdistorsi,' 'Sangat memprihatinkan.'
Serikat
St. Pius X mengindikasikan bahwa mereka akan menyampaikan tanggapan mereka
terhadap motu proprio baru dari Francis ini dengan sangat hati-hati. "Kami
akan mengeluarkan pernyataan tentang berita hari ini dari Roma," tweet mereka.
“Mereka yang mengikuti kami tahu bahwa pernyataan kami tidak terlalu cepat atau
reaksioner. Sementara itu, berdoalah untuk imam-imam. Berdoalah secara khusus
untuk para uskup.”
Steve
Skojec, editor blog OnePeterFive, juga
mengutuk paus Francis dengan keras. "Saya sadar bahwa Motu Proprio Francis
hari ini dan surat yang menyertainya, adalah hal pertama yang pernah ditulis
Francis yang saya baca secara keseluruhan," kata
Skojec. “Dokumen itu bukan sekedar 60.000+ kata cerewet, jadi saya akan
membacanya secara lengkap. Francis telah menusuk langsung dan to the point.”
Humoris
Katolik Inggris, Eccles, mentweet,
“Apa yang bisa dilakukan seseorang ketika seorang pemimpin agama yang sangat
dihormati kemudian menjadi psikopat gila di usia tuanya? Meminta untuk ditemani.”
Pakar Katolik Dr. Taylor Marshall tidak berbasa-basi di podcastnya
hari ini: “Paus Francis telah menjatuhkan bom kepada umat Katolik tradisional, kepada
Misa Latin Tradisional, dan ini adalah hal paling radikal yang telah dilakukan paus
Francis dalam delapan tahun di Roma,” kata Marshall.
Pastor-blogger
Amerika, John Zuhlsdorf, mencatat bahwa hari ini adalah Hari
Ular Sedunia, tetapi dia tidak menjelaskan lebih lanjut tentang itu.
Dalam posting terpisah di blognya yang terkenal, "Pastor Z" menulis
bahwa motu proprio adalah sebuah bentuk penghinaan. “Traditionis custodes dari Francis … secara efektif menghina seluruh
kepausan Benediktus XVI dan ketentuan pastoral Yohanes Paulus II dan semua
orang yang percaya,” tulisnya.
Memperhatikan bahwa perintah-perintah itu segera berlaku, Pastor Z
mengatakan bahwa buah pertama dari
dokumen "kejam" itu adalah "kekacauan." “Sekarang
orang-orang menulis kepada saya untuk menanyakan apa yang harus mereka lakukan
pada hari Minggu. Para imam menanyakan apakah mereka memenuhi kewajiban untuk
mendaraskan Breviarium Romanum. Pertanyaannya berlipat ganda bahkan saat saya
menulis ini. "Oleh karena itu, saya terpaksa berkomentar bahwa sikap
arogan dalam dokumen ini sangat cocok dengan kekejamannya," pungkasnya. “Bahkan
mereka yang telah menjadi pengkritik keras ketentuan Benediktus, yang bahkan
mungkin membenci tidak hanya bentuk ibadah tradisional, tetapi juga orang-orang
yang menginginkannya, kini mereka harus merasa ngeri dengan kebrutalan dokumen
baru dari Francis ini.”
RELATED:
BREAKING: Pope Francis abrogates Pope Benedict’s
universal permission for Old Mass
------------------------------------
Silakan membaca artikel lainnya di sini:
Motu
Proprio Francis: Menghapuskan Summorum
Pontificum...
Pakar
Liturgi: Pembatasan Baru Paus Terhadap Misa Ritus Lama...