These Last Days News - July 19, 2021
Taat Kepada Tuhan Atau Kepada Paus?
https://www.tldm.org/news50/obedience-to-god-or-obedience-to-the-pope.htm
KnightsRepublic.com reported on July 27, 2021:
By Alexandra Clark
Ini adalah pertanyaan serius yang ditanyakan oleh banyak imam-imam dan umat awam yang setia setelah munculnya motu proprio dari paus Francis yang dirilis pada 16 Juli 2021. Taktik setan sejak diundangkan KV II telah menjadi ketaatan buta saat ini. Tuntutan “Ketaatan” ini telah banyak digunakan di dalam Gereja untuk membuat mereka yang mempertanyakan perubahan radikal yang tidak bersifat Katolik, yang tidak selaras dengan apa yang selalu diajarkan atau selalu dilakukan Gereja, agar orang-orang menjadi diam dan hanya menurut saja. Namun, realitas & akhir dari tindakan ketaatan kita ini adalah bahwa: “Kita akan diadili bukan berdasarkan perbuatan skandal Bergoglio dan kaki tangannya, tetapi karena kesetiaan kita kepada ajaran Kristus.” demikian kata Uskup Agung Vigano.
Oleh
karena itu, dengan banyaknya skandal, ajaran sesat, dan kebohongan yang mengalir
keluar dari dalam Gereja Katolik saat ini, sangatlah penting untuk mengetahui apa itu ketaatan sejati dan apa itu
ketaatan palsu, agar kita tidak jatuh ke dalam perangkap iblis dan tidak
menyenangkan Tuhan. Karena kita
berhutang ketaatan hanya kepada Tuhan, lebih tinggi daripada ketaatan kepada manusia!
Perhatikan
baik-baik bahwa Ketaatan bukanlah
kebajikan tertinggi dalam Iman. Itu hanya kebajikan moral dan di atasnya
ada 4 kebajikan utama (Keadilan, Kesederhanaan, Kehati-hatian,
Ketabahan) dan kemudian di atas itu lagi, ada 3 kebajikan Teologis (Iman, Pengharapan,
Amal Kasih). Oleh karena itu, Ketaatan,
dalam urutan kebajikan, tidak boleh bertentangan, misalnya, dengan Iman.
Seperti
yang dikatakan St. Thomas Aquinas dalam tulisannya Summa, Pasal 3: Pertanyaan 104 tentang Ketaatan: “Dan
kebajikan-kebajikan teologis itu, (Iman, Pengharapan, Amal Kasih), yang
dengannya manusia melekat kepada Tuhan sendiri, lebih besar daripada kebajikan
moral, yang dengannya manusia memandang rendah beberapa hal duniawi demi mematuhi
Tuhan.”
Uskup
Agung Carlo Maria Vigano berkata tentang ketaatan: “Gereja bukanlah milik Paus,
apalagi Gereja menjadi milik kelompok bidaah dan para pelaku percabulan, yang
telah berhasil naik ke tampuk kekuasaan tinggi dengan melalui penipuan dan kepalsuan.”
Oleh
karena itu, kita harus menyatukan iman supernatural kita dalam tindakan Tuhan
yang terus-menerus di tengah-tengah umat-Nya dengan sebuah tindakan perlawanan,
seperti yang dinasihatkan oleh para Bapa Gereja.
...Umat Katolik memiliki kewajiban untuk menentang
ketidaksetiaan para Gembala, jika ketaatan yang mereka lakukan bukan ditujukan demi
kemuliaan Allah dan keselamatan jiwa-jiwa.
Karena
itu kita mencela segala sesuatu yang mewakili pengkhianatan terhadap misi sejati
para Gembala, dan memohon kepada Tuhan untuk mempersingkat masa pencobaan ini.
Dan jika suatu hari nanti kita diberitahu oleh Bergoglio agar kita tetap berada
dalam persekutuan dengannya, dimana disitu kita harus melakukan tindakan yang
menentang Tuhan, maka kita mendapat kejelasan lebih jauh bahwa dia adalah
seorang penipu, dan karena itu dia tidak memiliki otoritas apa pun.
Oleh
karena itu, marilah kita berdoa. Marilah kita banyak berdoa dan dengan
semangat, mengingat firman Juruselamat kita dan kemenangan-Nya yang terakhir.
Kita akan diadili,
bukan karena skandal Bergoglio dan kaki tangannya, tetapi karena kesetiaan kita
kepada ajaran Kristus.
... sebuah
kesetiaan sejati dimulai dengan hidup di dalam kasih karunia Allah, sering
menerima Sakramen, dan mempersembahkan kurban dan penebusan dosa demi keselamatan
para utusan Allah...”
Uskup
Agung Marcel Lefebvre mengatakannya dengan baik dan menyatakan bahwa: “Kepatuhan
adalah masalah serius; untuk tetap bersatu dengan Magisterium Gereja dan
khususnya dengan Paus Tertinggi adalah salah satu syarat keselamatan…”
…Kita terikat kepada
Paus selama dia masih mengajarkan tradisi apostolik dan ajaran semua
pendahulunya. Inilah definisi dari penerus Petrus, bahwa dia adalah penjaga dari
deposit iman. Pius IX mengajar kita dalam Pastor
Aeternus: 'Roh Kudus sebenarnya tidak dijanjikan kepada penerus Petrus
untuk mengizinkan mereka mewartakan doktrin baru, tetapi untuk menjaga dengan
ketat dan menjelaskan dengan setia, dengan bantuan-Nya, wahyu-wahyu yang
disampaikan oleh para Rasul, dengan kata lain: Deposit Iman.'…
…
Wewenang yang diberikan Tuhan kita kepada Paus, para Uskup dan para imam secara
umum, adalah demi pelayanan Iman. Menggunakan hukum, institusi dan otoritas
untuk menghilangkan Iman Katolik dan tidak lagi mewariskan kehidupan, sama
dengan mempraktekkan aborsi atau kontrasepsi spiritual…
… Oleh karena itu kita
memilih untuk menyimpan warisan Iman itu dan kita tidak boleh salah dalam
berpegang teguh pada apa yang telah diajarkan Gereja selama dua ribu tahun.
Krisis ini sangat mendalam, diatur dan diarahkan dengan cerdik dan licik, agar dengan
cara ini umat beriman dapat benar-benar percaya bahwa pemikir utama disini bukanlah
manusia tetapi Setan sendiri. Sebab, ini adalah pukulan hebat dari Setan untuk
membuat umat Katolik tidak mematuhi seluruh Tradisi, dengan alasan demi ketaatan.
St.
Paulus telah memperingatkan kita: "Bahkan jika seorang malaikat dari Surga
datang untuk memberitahu kamu apa pun selain apa yang telah kuajarkan kepadamu,
jangan dengarkan dia."
Itulah
rahasia ketaatan sejati.
Pastor
Hesse, dengan benar berkata:
Ketaatan itu
sendiri hanya dapat didefinisikan oleh Sepuluh Perintah Allah dan Tradisi
Gereja .... Misa Kudus seperti yang Anda dan saya ketahui, (Misa Latin
Tridentin Tradisional) adalah bagian dari status Gereja, status Ecclesiae. Jika
Paus mencoba mengubahnya, maka Anda boleh berkata: “Maaf, Bapa Suci, kami tidak
dapat mengikutinya. Itu sangat buruk!" Jika Paus mencoba mengubah apa pun
yang merupakan bagian dari status Ecclesiae dan Anda mengikutinya, padahal Anda
seharusnya tahu bahwa itu salah, maka Anda berada dalam keadaan dosa berat,
kecuali jika Anda tidak tahu bahwa itu salah. Mengikuti Paus ke dalam kesalahan, itu bukanlah ketaatan, melainkan
dosa. Ingatlah apa yang dikatakan St. Paulus: “Jika seorang malaikat dari
surga membawakan kamu Injil yang lain, janganlah menerimanya. Bahkan meski oleh
Malaikat sendiri.”
Jadi bagi Anda yang
memahami puisi, apa yang dimaksud Chesterton ketika dia berkata: "Jika
seorang malaikat dari surga membawakan Anda minuman lain, berterima kasihlah kepadanya
atas perhatiannya yang baik, dan kemudian pergilah dan buanglah itu ke
wastafel." – inilah yang dia maksudkan. Chesterton sendiri juga meminum
bir. Maka apa yang dia katakan dalam puisi ini berarti: jangan biarkan apa pun
menyusup ke dalam Injil dalam kemurniannya, seperti yang dilestarikan oleh
Gereja. Anda melihat ini adalah Injil, karena Bapa dan saya, di atas sana, di
altar - kami (para imam) tidak diizinkan untuk melakukan perbuatan itu, tetapi
Bapa dan saya (sebagai imam) di atas sana, di altar, dapat mengubah piala anggur
yang tampak polos itu menjadi Darah Kristus, jika kita menggunakannya untuk
Misa. Kita akan melakukan dosa, karena kita tidak diperbolehkan menggunakan
piala dari kaca dan kita tidak diperbolehkan menggunakan anggur jenis yang lain.
Kita harus menggunakan anggur khusus untuk Misa. Intinya, kita bisa melakukan
itu. Jadi ini mewakili kemurnian Injil, dan itulah yang dimaksud Chesterton.
Siapa pun yang berani mengganggu kemurnian ajaran Gereja, mengganggu kemurnian
tradisi Gereja, mengganggu kemurnian Injil, dia adalah utusan iblis, bukan
malaikat. Bahkan meski dia adalah Paus sendiri.
Pembicaraan transkrip lengkap ada di sini dalam bentuk PDF. Ini harus dibaca oleh semua umat
Katolik yang setia. Pembicaraan itu adalah tentang “Ketaatan dan Paus” oleh Pastor
Gregory Hesse, STD, JCD, STL, JCL, Pengacara Hukum Canon, Doktor Teologi
Thomistik, teman seumur hidup dan sekretaris pribadi Kardinal Stickler di
Vatikan dari 1986-1988 yang memberikan eksposisi dan penjelasan yang
sungguh-sungguh, cerdas, terpelajar, dan jenaka, atas topik relevan yang
dihadapi umat Katolik yang setia dan kontemporer. Perhatikan bahwa Yohanes
Paulus II adalah Paus pada saat pembicaraan ini berlangsung. Dalam diskusi
penting ini ia juga menjawab pertanyaan, Apa batasan
kebebasan Paus dalam mengambil keputusan? Dan menjelaskan 4 hal yang tidak bisa dilawan oleh
seorang Paus.
"Tidak menentang kesalahan berarti
menyetujuinya; dan tidak membela kebenaran berarti menindasnya. Dan memang, tidak
melakukan tindakan untuk mengacaukan orang jahat, padahal kita bisa
melakukannya, tidak kurang berdosanya daripada mendorong orang jahat itu untuk
melanjutkan kejahatannya." – Paus
St. Felix III
-------------------------
SEPERTI BEBEK
"Roh kegelapan telah membuat umat manusia terpisah menjadi domba atau kambing. Banyak dari kamu, para imam-Ku, telah menyerahkan dirimu kepada dunia. Kamu mengikuti arus air ke hilir, ke dalam jurang! Kamu seperti bebek di tengah arus." - Yesus, Bayside, 5 Agustus 1975
DOSA KELALAIAN
“Dosa kelalaian
akan menghukum banyak orang ke neraka, baik itu adalah umat awam atau pun hierarki. Aku mengulangi: bukan dosa yang
sengaja dilakukan, tetapi dosa kelalaian, yang akan membuat banyak orang masuk
neraka. Di antara mereka juga akan ada mitra (uskup dan kardinal).” -
Bunda Maria, Bayside, 6 Oktober 1980
---------------------------------
Silakan membaca
artikel lainnya di sini:
Bulletin
Aneh : Vatikan Dijalankan Oleh Para Penipu
Francis
Menyatakan Perang Terhadap Gereja
Kristallnacht
Dari Francis Telah Tiba
Kardinal
Müller : Gereja Tidaklah Seperti Jaringan Hotel Internasional
Giselle
Cardia, tgl 10, 13, 15, 17, 20 Juli 2021
Enoch,
21 Juli, 2021 – doa dari Pater Pio
Kumpulan
Doa Untuk Mengatasi Penyakit