Kardinal Danneels mengakui
adanya "Mafia Club" yang menentang Benediktus XVI dan bersekongkol
untuk memilih Francis sebagai Paus
Pemilihan Paus Francis adalah buah
dari pertemuan rahasia yang dilakukan oleh para kardinal serta uskup yang
bersikap radikal liberal, yang diorganisir oleh Carlo Maria Martini, yang
diselenggarakan selama bertahun-tahun di St. Gall di Swiss. Inilah yang diakui oleh
Jürgen Mettepenningen dan Karim Shelkens, penulis biografi dari Kardinal
Godfried Danneels, dari Belgia, yang baru saja diterbitkan.
Buku ini mengungkapkan bahwa
Kardinal (Godfried Danneels) adalah anggota yang aktiv dari kelompok penekan
rahasia didalam Gereja yang menentang Paus Benediktus XVI. Danneels mengatakan
bahwa apa yang secara resmi, tetapi secara diam-diam diberi nama ‘kelompok
Sankt Gallen’ oleh para anggotanya disebut sebagai "Mafia". Tujuan dari
kelompok ini adalah untuk mewujudkan reformasi yang drastis bagi Gereja,
membuatnya ‘lebih modern’, dan agar Gereja itu dipimpin oleh Kardinal Jorge
Bergoglio.
Kelompok ini mengadakan pertemuan setiap
tahun sejak tahun 1996, dan bersama-sama mereka mengorganisir rahasia ‘perlawanan
rahasia’ terhadap Kardinal Ratzinger, yang pada waktu itu menjadi tangan kanan
dari Yohanes Paulus II. Tujuan mereka pada saat itu adalah untuk memilih seorang
paus ‘pembaharu’ yang akan menggantikan John Paul II, yang sedang menghadapi kematian,
dan mencegah, dengan segala cara, terpilihnya Kardinal Ratzinger sebagai Paus.
Pertanyaan yang menyelimuti kelompok itu adalah : "Bagaimana setelah
Yohanes Paulus II? Bagaimana kita bisa mencegah Ratzinger menjadi Paus? '"
Ketika Paus Yohanes Paulus II
meninggal pada tahun 2005, kelompok itu sudah mendorong Paus saat ini (PF) untuk
maju ke depan, meskipun pada akhirnya, Kardinal Ratzinger yang terpilih,
meskipun upaya mereka sudah banyak. Delapan tahun kemudian, pada 2013, mereka
akhirnya mendapatkan apa yang mereka inginkan, dimana Paus Francis akan merubah
Gereja sesuai dengan visi mereka semula.
Anggota dari kelompok ini terdiri
atas para kardinal dan uskup yang terkenal paling radikal liberal didalam Gereja,
seperti misalnya Kardinal Walter Kasper, Kardinal Karl Lehmann dari Jerman,
Kardinal Achille Silvestrini dari Italia, Kardinal Adriann Van Luyn dari
Belanda, Kardinal Basil Hume dari Inggris, dan almarhum Kardinal Carlo Maria
Martini, seorang Jesuit.
Schelkens berkata dalam sebuah
wawancara minggu ini: "Terpilihnya Kardinal Bergoglio telah disiapkan di
Sankt-Gallen, tanpa diragukan lagi. Dan garis utama dari program Paus ini adalah
melaksanakan apa yang didiskusikan oleh Card.Danneels dan teman-temannya selama
lebih dari sepuluh tahun ini."
“Doakanlah aku agar aku tidak
melarikan diri karena takut kepada serigala-serigala itu.”
– Pope Benedict XVI (homily during papal inauguration mass)
– Pope Benedict XVI (homily during papal inauguration mass)
Pelanggaran terhadap Hukum Kepausan
Konstitusi Apostolik dari Saint
John Paul II, Universi Dominici Gregis,
jelas melarang dengan sanksi berat berupa ekskomunikasi otomatis (yaitu segera diberlakukan,
tanpa perlu sebuah pengumuman) bagi pemilihan paus:
Agar para Kardinal pemilih,
menjauhkan diri dari semua persekongkolan, kesepakatan, janji-janji dan
kewajiban lain yang anda suka, di mana mereka mungkin akan mengalami pembatasan
dalam memberikan atau menolak dukungan bagi siapa saja.
Aturan
dari ‘Mafia’ ini, seperti kelompok Sankt Gallen ini - adalah jelas melanggar
tatanan kepausan. Pada bagian lain dari Universi Domini Gregis itu, St.
Yohanes Paulus II menguraikan lebih lanjut tentang ini:
Menegaskan aturan-aturan dari
pendahulu saya, saya juga melarang siapa pun, meski jika dia adalah seorang Kardinal,
bahwa selama kehidupan Paus dan tanpa berkonsultasi dia, untuk membuat rencana-rencana
mengenai pemilihan penggantinya, ataupun menjanjikan pemilihan, atau membuat
keputusan mengenai hal ini, dalam pertemuan-pertemuan yang bersifat pribadi.
Patut dicatat bahwa St Yohanes
Paulus II menerbitkan hukum kepausan di atas pada bulan Februari 1996, tahun
yang sama ketika kelompok Sankt Gallen dibentuk.
Pernyataan-pernyataan di atas
memperkuat klaim yang mengejutkan dari Dr. Austen Ivereigh (penulis buku The
Great Reformer: Francis and the Making of a Radical Pope) yang mengatakan
bahwa sekelompok Kardinal aktif sedang ‘berkampanye’ bagi pemilihan Paus
Francis, yang jelas melanggar hukum kepausan.
Mendukung ‘perkawinan’ sesama
jenis
Kardinal Danneels diakui sebagai
salah satu pejabat gereja yang paling radikal liberal. Dia pernah menyarankan
raja Belgia untuk menandatangani hukum yang mendukung aborsi pada tahun 1990.
Dia telah menolak untuk melarang pornografi, sebagai materi ‘pendidikan’ yang
digunakan di sekolah-sekolah Katolik Belgia.
Dia pernah berkata bahwa ‘perkawinan’
sesama jenis adalah sebuah ‘perkembangan yang positif’. Kardinal Danneels juga pernah
menulis surat kepada Perdana Menteri Belgia, Guy Verhofstadt, memujinya karena ‘menyetujui
undang-undang bagi hubungan yang menetap antara sesama jenis.’ Pemerintahan
Verhofstadt memperkenalkan ‘pernikahan’ sesama jenis di Belgia pada tahun 2003.
Vatikan menganggap
Card.Danneels sebagai orang penting kedua dari 45 delegasi pribadi yang dipilih
oleh Paus Francis untuk berpartisipasi dalam Sinode kali ini.
No comments:
Post a Comment