Sosiologi yang sama yang menyelimuti ‘lobby
gay’di APA pada awal 70an, kini telah mendorong perdebatan mengenai kebaikan dari tindakan homosex didalam Sinode.
by
Remnant Clergy
Membuat tindakan gay menjadi oke-oke
aja didalam Sinode Vatikan
Kutipan dari Huffington Post
Sementara
komentar dari kaum konservatif didalam Sinode Vatikan tentang Keluarga telah memberikan
informasi bahwa lobi untuk mengadakan perubahan dalam ajaran Katolik tentang
homoseksualitas kemungkinan adalah hasil dari beberapa dekade perbedaan
pendapat teologis yang terjadi sejak Konsili Vatikan II pada tahun 1962, dan kemungkinan
besar bahwa pertempuran yang terjadi saat ini lebih kepada "memodifikasi
bahasa" yang menggambarkan homoseksualitas yang ada didalam Katekismus agar
lebih mengarah kepada masalah sosiologis dari pada masalah teologis.
Menurut
komentator Vatikan, Robert Royal, pernyataan ngacau dari Uskup Agung Chaput yang
mengungkapkan bahwa "unsur-unsur tertentu dalam Vatikan telah mendesak
maju dengan segera" terhadap proses penghalusan bahasa pada tindakan homoseksualitas.
Tapi, dia juga menambahkan bahwa "tidak ada penghalusan bahasa berapapun besarnya
yang akan bisa memuaskan orang-orang yang tujuannya adalah mempertahankan
pendapat bahwa Gereja Katolik menganggap homoseksualitas adalah tindakan yang secara
intrinsik tidak wajar, seperti yang dikatakan didalam Katekismus."
Sementara
itu Pastor Rosica, wakil kelompok yang berbahasa Inggris dari Kantor Pers
Vatikan memberi harapan bagi mereka yang ingin melihat Gereja menghapus kata "tidak
wajar" dari tindakan homoseksualitas dalam Katekismus Katolik ketika dia menge-twit
bahwa para delegasi Sinode terus bergerak maju menuju sebuah praktek
"Merangkul orang-orang dimanapun mereka berada," maka Kardinal Napier
dari Afrika menanggapi Pastor Rosica melalui twitter dengan mengatakan bahwa:
"Temuilah orang-orang di tempat mana mereka merasa nyaman, bukankah itu yang
dilakukan oleh Yesus? Bukankah Dia lebih cenderung memanggil mereka untuk menjauhi
tempat mereka berada sebelumnya?" Pastor Rosica telah diberitahu banyak mengenai
media Katolik yang setia sebagai "mempromosikan kisah tentang gay."
Dan,
hal itu mencerminkan perdebatan yang terjadi didalam Sinode - antara mereka
yang melihat Sinode secara sosiologis sebagai cara untuk merekonstruksi ajaran
Katolik tentang homoseksualitas, dengan mereka yang ingin mempertahankan dengan
ajaran Injil dan ajaran resmi Gereja seperti yang dijelaskan di Bagian
2357-2359 Katekismus Gereja Katolik sebagai "gangguan" pada kecenderungan
untuk tertarik kepada sesama jenis. Dengan berbagai cara, adanya lobi untuk pelunakan
definisi atas kata ‘tidak wajar’ dari tindakan homoseksualitas oleh para
pendukung gay pada Sinode ini mengingatkan kita pada lobi yang dilakukan pada
tahun 1973 ketika para pendukung komunitas gay berhasil meyakinkan komunitas
psikiatri yang skeptis untuk mengatakan bahwa tindakan homoseksualitas adalah
normal. Sampai tahun 1973, tindakan homoseksualitas termasuk sebagai penyakit
mental di dalam daftar Diagnostik dan Statistik Manual (DSM) dari American
Psychiatric Association. Kenyataannya, perilaku homoseksual dipandang sebagai tindakan
yang sangat menyimpang pada tahun 1953, hingga tindakan itu dimasukkan pada edisi
pertama dari DSM sebagai "gangguan kepribadian sosiopat."
...
Sosiologi
yang sama yang menyelimuti ‘lobby gay’di APA pada awal 70an, kini telah
mendorong perdebatan mengenai ‘kebaikan’
dari tindakan homosex didalam Sinode ini.
Ajaran-ajaran
itu mungkin tidak berubah tahun ini - tetapi komunitas gay telah belajar untuk bersikap
sabar. Mereka didanai cukup banyak dan sangat termotivasi dan mereka akan
kembali lagi tahun depan - dan tahun depannya lagi - dan mereka akan terus
memanfaatkan pandangan sosiologi, daripada pemikiran teologis, untuk menguatkan
klaim mereka. Para pendukung perubahan ini memiliki para pemimpin Gereja yang
kuat - seperti misalnya Kardinal Kasper dan sejumlah orang dalam Vatikan berada
di pihak mereka (dan Francis termasuk disini juga). Tetapi, tidak ada yang boleh
meremehkan kekuatan dari apa yang dipercaya oleh umat beriman yang setia sebagai
kebenaran ajaran Katolik.
No comments:
Post a Comment