Paus menunjuk para penentang doktrin
Katolik untuk mengikuti Sinode
Orang-orang yang ditunjuk
oleh PF secara khusus untuk mengikuti Sinode tentang Keluarga adalah termasuk
para Uskup yang menentang ajaran atau praktek Gereja Katolik.
Berikut ini
adalah orang-orang yang ditunjuk oleh PF secara khusus, mereka adalah para
uskup yang bersikap liberal :
Walter Cardinal Kasper, President Emeritus of
the Pontifical Council for Christian Unity
Godfried Cardinal Danneels, Archbishop
Emeritus of Mechlin-Brussels
John Cardinal Dew, Archbishop of Wellington
Oscar Andrés Cardinal Rodríguez Maradiaga,
Archbishop of Tegucigalpa
Christoph Cardinal Schönborn, Archbishop of
Vienna
Donald Cardinal Wuerl, Archbishop of
Washington
Archbishop Blaise Cupich, Archbishop of
Chicago
Reinhard Cardinal Marx, Archbishop of Münich
and Freising
Archbishop Bruno Forte, Special Secretary of
the Synod
Archbishop Diarmuid Martin, Archbishop of
Dublin
Daftar dari orang-orang
yang ditunjuk secara khusus adalah termasuk Mgr Pio Vito Pinto, yang mengepalai komisi yang bertugas
membahas reformasi pembatalan perkawinan. Dalam sebuah artikel surat kabar
Vatikan, L’Osservatore Romano, Mgr Pinto
secara terbuka mengatakan bahwa reformasi itu dikehendaki oleh Bapa Suci, demi
: a) kepentingan orang yang bercerai dan menikah lagi, dan b) meningkatkan secara
besar-besaran jumlah orang yang perkawinannya dibatalkan.
Dalam sebuah
wawancara dengan wartawan radio Portugis, Radio Renascenca, PF membenarkan bahwa Instrumentum
Laboris (dokumen kerja) akan menjadi dasar bagi
diskusi dalam Sinode.
Isi dari Instrumentum
Laboris itu merupakan serangan langsung terhadap
doktrin Katolik mengenai kehidupan, perkawinan serta keluarga. Terutama hal itu
dilakukan melalui :
Penggerogotan terhadap
Humanae Vitae dengan mengajukan penafsiran sesat atas relasi
antara suara hati nurani dengan hukum moral (paragraf 137)
Mendiskusikan cara-cara
reproduksi artifisial tanpa memperhitungkan moralitas tindakan atau cara tersebut,
ataupun membuat acuan terhadap ajaran Katolik sebelumnya, atau pada hilangnya
sejumlah besar kehidupan manusia yang diakibatkan oleh penggunaan cara itu
(paragraf 34)
Usulan untuk memberikan
Komuni bagi orang yang bercerai dan menikah lagi, tanpa adanya penyesalan yang tulus
(paragraphs 120-125)
– hal ini melemahkan keutuhan dan tak terceraikannya perkawinan hingga kepada tingkatan
‘sesuatu yang layak’ (paragraph 42)
Memberikan kesan seolah ‘hidup bersama’ (tanpa
menikah) memiliki ‘sisi yang positiv’ dan bisa dianggap sebagai sebuah bentuk
relasi (perkawinan) yang sah (paragraphs 57, 61, 63, 99, 102).
Mempersiapkan landasan bagi penerimaan ‘perkawinan’
sejenis dengan cara mengakui perlunya mendefinisikan ‘sifat spesifik dari hubungan
itu ditengah masyarakat’ (paragraph 8).
Menolak hak orang tua secara penuh untuk memberikan
pendidikan sex kepada anak-anak mereka (paragraph 86).
Kini sudah saatnya bagi seluruh umat Katolik untuk
menyadari betapa besarnya krisis yang saat ini sedang menyelimuti Gereja. Setiap
orang memiliki hak dan kewajiban untuk membela doktrin dan praktek Katolik terhadap
serangan dari para anggota hirarki gereja.
by Voice of the Family, from
www.voiceofthefamily.info
No comments:
Post a Comment