Friday, September 6, 2019

CDL. SARAH: SINODE AMAZON SECARA PASTI AKAN PUTUS HUBUNGAN DENGAN TRADISI...




Cardinal Robert Sarah
Jeanne Smits, Paris correspondent
NEWSCATHOLIC CHURCHTue Sep 3, 2019 - 3:07 pm EST

CDL. SARAH: SINODE AMAZON SECARA PASTI AKAN PUTUS HUBUNGAN DENGAN TRADISI, DENGAN MENGIZINKAN IMAM-IMAM YANG MENIKAH SERTA IMAMAT PEREMPUAN


3 September 2019 (LifeSiteNews) - Kardinal Afrika, Robert Sarah, prefek Kongregasi untuk Ibadat Ilahi, menulis dalam buku terbarunya bahwa jika sinode Amazon yang akan datang mengizinkan penahbisan imamat bagi pria yang sudah menikah dan menciptakan “perutusan imamat untuk wanita serta berbagai keganjilan lainnya yang dibuat-buat, ”…maka situasinya akan menjadi ‘sangat serius’ karena para peserta sinode akan memutuskan hubungan dengan ajaran dan tradisi Katolik.

“Apakah keputusan-keputusannya akan disahkan dengan dalih bahwa itu adalah cerminan dari keinginan para peserta sinode? Tentu saja Roh berhembus ke mana pun yang Ia inginkan, tetapi Ia tidak akan bertentangan dengan diri-Nya sendiri dan Ia tidak akan menciptakan kebingungan dan kekacauan. Itu adalah Roh Kebijaksanaan. Mengenai masalah selibat, hal itu juga sudah dibicarakan melalui berbagai konsili dan beberapa paus,” lanjutnya.

"Jika Sinode Amazon mengambil keputusan ke arah itu, maka hal itu pasti akan memutuskan tradisi Gereja Latin," tambahnya.

Kardinal Sarah menyampaikan komentar dalam bukunya Le soir approche et déjà le jour baisse, ("Sudah hampir sore dan siang hari sudah hampir berakhir") yang diterbitkan pada bulan Maret. Buku ini akan diterbitkan dalam bahasa Inggris pada 22 September. LifeSiteNews telah menerjemahkan beberapa kutipan yang relevan dari buku itu di bawah ini.

Ketika sinode Amazon semakin mendekat (6-27 Oktober), semakin banyak pula kardinal dan uskup Katolik yang menyatakan keprihatinan mereka tentang bagaimana sinode itu akan digunakan untuk mendorong penahbisan imam bagi pria yang sudah menikah di wilayah Amazonia bersamaan dengan dimulainya penahbisan wanita, jika tidak dengan menciptakan imam wanita, setidaknya dengan menciptakan bentuk diakon perempuan.

Kardinal Sarah membahas kedua masalah tersebut secara langsung dalam bukunya, secara khusus mengekspresikan penentangannya terhadap evolusi praktis dari selibat imam dan tentang peran wanita dalam Gereja dalam konteks sinode Amazon yang akan datang.

Kardinal mengkritik dokumen kerja Sinode Amazon karena ia menghadirkan "apa saja kecuali solusi" untuk berbagai masalah di wilayah Amazon, dengan menyatakan bahwa ‘memberi kepada orang-orang ini lebih kecil dari apa yang biasanya ditahbiskan oleh Gereja, bukanlah jawaban bagi kesulitan-kesulitan khusus yang mereka hadapi.’

Pada awal buku itu, Kardinal Sarah telah berbicara panjang lebar tentang nilai selibat dan kesucian total bagi mereka yang, "dibentuk seturut citra Kristus," dan yang harus mengikuti teladan-Nya dalam hal penyerahan diri, tubuh dan jiwa mereka, kepada Gereja, dengan cara yang sama seperti Yesus Kristus yang benar-benar menjadi Mempelai Gereja.

Mengutip praktik kuno Gereja Katolik yang menuntut tindakan pantang sepenuhnya dari tindakan sex pada para pria menikah yang menjadi imam, bahkan meski mereka terus hidup se atap dengan istri mereka, Kardinal Sarah menarik garis yang jelas dalam bagian-bagian awal buku ini, antara perayaan Ekaristi ini serta praktik yang menetap dari Gereja yang sejak saat itu ditegakkan oleh bagian Latinnya, bahkan menyarankan bahwa Gereja Katolik ritus oriental akan bermanfaat untuk "berevolusi" dan kembali ke pada situasi itu.

Dalam komentarnya tentang situasi di Amazon, Kardinal Sarah berkomentar: “Saya telah mendengar bahwa sepanjang 500 tahun keberadaannya, gereja Amerika Latin selalu menganggap orang-orang pribumi sebagai orang yang tidak mampu hidup selibat. Bukti dari prasangka ini memang dapat dilihat. Disana hanya ada sedikit uskup dan imam pribumi, meskipun segalanya nampak mulai berubah.”

Apakah ini benar, dan jika itu benar, apakah penilaian pihak Gereja ini sah atau tidak, tidak dibahas di sini. Yang pasti adalah bahwa melihat lebih dekat pada "teologi Indian" dokumen Persiapan Sinode Amazon sudah mempromosikan niatan itu pada tahun 2018, dan konsep para selebran yang selibat ditolak dengan alasan tradisi adat.

Pernyataan Kardinal Sarah tentang Sinode yang akan datang diterbitkan pada bulan Maret, beberapa bulan sebelum "Instrumentum Laboris" diumumkan bulan Juni lalu.

Di bawah ini adalah terjemahan LifeSite yang dari bagian-bagian utama tentang Sinode Amazon dari buku Kardinal Sarah: Le soir approche et déjà le jour baisse.


***

Saya perhatikan dengan rasa cemas bahwa beberapa orang ingin menciptakan imamat baru yang dilemahkan hingga setinggi ukuran penalaran manusia.

Jika wilayah Amazonia kekurangan imam, saya yakin bahwa kita tidak akan menyelesaikan situasi itu dengan cara menahbiskan para pria yang sudah menikah, viri probati, yang telah dipanggil oleh Tuhan bukan untuk menjadi imam, tetapi dipanggil kepada kehidupan pernikahan, sehingga mereka dapat mewujudkan gambaran Persatuan Kristus dengan Gereja (lht.Ef 5:32).

Dalam dorongan misionaris, jika setiap keuskupan Amerika Latin dengan murah hati mau menawarkan seorang imam untuk wilayah Amazon, wilayah ini tidak akan diperlakukan dengan penghinaan dan direndahkan seperti itu dengan cara menciptakan para imam yang sudah menikah, yang seolah-olah Allah tidak dapat membangkitkan di bagian dunia ini, kaum muda yang murah hati yang rela memberikan sepenuhnya tubuh dan hati mereka, segala kemampuan mereka untuk mengasihi, dan semua keberadaan mereka dalam kehidupan selibat yang dikuduskan (kehidupan imamat).

“Saya telah mendengar bahwa sepanjang 500 tahun keberadaannya, gereja Amerika Latin selalu menganggap orang-orang pribumi sebagai orang yang tidak mampu hidup selibat. Bukti dari prasangka ini memang dapat dilihat. Disana hanya ada sedikit uskup dan imam pribumi, meskipun segalanya nampak mulai berubah.”

Jika dengan kurangnya iman kepada Tuhan dan oleh efek pandangan sempit pastoral, Sinode untuk Amazon memutuskan untuk penahbisan viri probati, pemalsuan pelayanan untuk wanita dan keganjilan lainnya, situasinya akan sangat serius. Apakah keputusannya akan disahkan dengan dalih bahwa mereka adalah emanasi kehendak para ayah sinode? Tentu saja Roh berhembus ke mana pun ia inginkan, tetapi ia tidak bertentangan dengan dirinya sendiri dan tidak menciptakan kebingungan dan kekacauan. Itu adalah roh kebijaksanaan. Mengenai masalah selibat, ia telah berbicara melalui dewan dan paus Roma.

Jika Sinode Amazon mengambil keputusan ke arah yang demikian, maka hal itu pasti akan memutuskan hubungan dengan tradisi Gereja Latin. Siapa yang dapat dengan jujur ​​mengatakan bahwa experimen semacam itu, dengan risiko memalsukan sifat imamat Kristus, akan bisa dibatasi di wilayah Amazon saja?

Tentu saja, idenya adalah untuk menghadapi keadaan darurat dan kebutuhan. Tetapi yang dimaksud kebutuhan itu bukanlah Tuhan! Krisis saat ini sebanding dalam tingkat keparahannya dengan pendarahan hebat pada tahun 1970-an, di mana ada ribuan imam yang meninggalkan imamat mereka. Banyak dari orang-orang itu ini tidak lagi percaya. Tetapi apakah kita masih percaya pada rahmat imamat?

Saya ingin memohon kepada saudara-saudara saya: apakah kita percaya pada kemahakuasaan anugerah Allah? Apakah kita percaya bahwa Tuhan memanggil para pekerja ke kebun anggur-Nya atau kita ingin menggantikan para pekerja itu karena kita yakin bahwa Dia telah mengabaikan kita? Yang lebih buruk lagi, apakah kita siap untuk meninggalkan ‘harta berharga’ selibat imamat, dengan dalih bahwa kita tidak akan lagi percaya bahwa Tuhan memberi kita kesempatan untuk menjalaninya sampai hari ini sepenuhnya?

Saya juga ingin menekankan bahwa penahbisan pria yang sudah menikah tidak lain adalah solusi bagi kurangnya jumlah panggilan. Orang-orang Protestan, meski mereka menerima para pendeta yang sudah menikah, juga menderita kekurangan orang yang mau menyerahkan diri kepada Allah. Terlebih lagi, saya yakin bahwa jika di beberapa gereja oriental kehadiran pria menikah yang ditahbiskan ditanggung oleh umat beriman, hal itu karena mereka dilengkapi dengan kehadiran besar-besaran para rahib. Umat ​​Allah secara intuitif tahu bahwa mereka membutuhkan para pria yang mau menyerahkan diri mereka secara radikal.

Ini akan menjadi tanda penghinaan terhadap penduduk Amazon jika memberi mereka imam-imam ‘kelas dua.’ Saya tahu bahwa beberapa teolog, seperti Pastor Lobinger, dengan serius mempertimbangkan untuk menciptakan dua kelas imam: yang satu akan terdiri atas para pria yang sudah menikah yang hanya akan memberikan sakramen-sakramen, sementara yang lain akan terdiri dari para imam yang menjalankan sepenuhnya tiga tugas imamat: menguduskan, berkhotbah dan memerintah. Proposal ini tidak masuk akal secara teologis. Ini menyiratkan konsep fungsionalis tentang imamat, dalam hal itu dia mempertimbangkan untuk memisahkan pelaksanaan tiga jabatan imamat, tria munera, sehingga hal itu mengambil pendekatan yang berlawanan dengan ajaran utama dari Konsili Vatikan II yang menetapkan kesatuan radikal mereka. Saya tidak mengerti bagaimana seseorang dapat terlibat dalam kemunduran teologis semacam itu. Saya percaya bahwa, dengan kedok kepedulian pastoral terhadap negara-negara misi yang miskin yang kekurangan imam, beberapa teolog berusaha untuk bereksperimen dengan teori-teori mereka sendiri yang konyol dan berbahaya.

Pada dasarnya, mereka itu membenci orang-orang asli di Amazon. Orang yang baru saja menerima penginjilan, perlu melihat kebenaran dari seluruh peran imamat, bukan tiruan yang buram dari apa artinya menjadi seorang imam Yesus Kristus. Janganlah kita menyepelekan orang miskin!

Orang-orang Amazon sangat membutuhkan imam-imam ‘sementara’ yang hanya melakukan tugas mereka pada waktu-waktu tertentu sebelum kembali ke keluarga mereka untuk merawat anak-anak mereka sendiri. Mereka membutuhkan orang-orang yang bersemangat tentang Kristus, berkobar oleh api-Nya, ditelan oleh semangat jiwa. Apa jadinya saya saat ini jika para misionaris tidak mau datang untuk hidup dan mati di desa saya di Guinea? Apakah mungkin saya ingin menjadi seorang imam jika mereka puas dengan hanya menahbiskan salah satu pria di desa?

Translated by Jeanne Smits, LifeSiteNews


No comments:

Post a Comment