Frame from BBC video
report
JIKA PAUS FRANCIS TIDAK TAKUT TERJADINYA
PERPECAHAN DI DALAM GEREJA, MAKA SAYA YANG TAKUT KEPADA PAUS FRANCIS
https://www.lifesitenews.com/opinion/if-pope-francis-doesnt-fear-a-split-in-the-church-then-i-fear-pope-francis?utm_source=LifeSiteNews.com&utm_campaign=4c2200c80f-Daily%2520Headlines%2520-%2520World_COPY_579&utm_medium=email&utm_term=0_12387f0e3e-4c2200c80f-402366805
12 September 2019 (CatholicCulture.org) - "Saya tidak takut perpecahan (dalam
Gereja)," demikian kata Paus Francis kepada para wartawan dalam konferensi
pers terbaru di atas pesawat.
Jika kita memperhatikan Sinode Amazon, ada
banyak indikasi bahwa Paus dan sekutunya akan menggunakan pertemuan itu untuk
melakukan serangkaian perubahan dramatis dan radikal dalam hal ajaran dan
disiplin Gereja. Dia rela untuk putus hubungan dengan para bapa kita di dalam
iman; dia rela putus hubungan dengan saudara-saudaranya. Saya takut bahwa Paus
bertekad untuk menentukan jalannya sendiri, terlepas dari besarnya ongkos bagi persatuan
Gereja.
Seperti yang saya
katakan baru-baru ini, dalam beberapa minggu terakhir
kita telah melihat tanda-tanda yang cukup mengganggu dari sikap baru di eselon
tertinggi Vatikan: sebuah kesediaan dan tekad untuk meredam dan menghentikan
kritikan terhadap Paus. Pendekatan agresif seperti itu - mungkin menjadi upaya
untuk memastikan terjadinya "perubahan yang tidak dapat
diubah" dalam waktu terbatas yang tersedia – yang ditampilkan ketika Paus
menjawab pertanyaan dari jurnalis Jason Horowitz dari New York Times, tentang kritik yang dihadapi Paus dari umat Katolik
Amerika.
Jason Horowitz mengajukan pertanyaan tentang perpecahan
dalam Gereja Katolik, dengan menanyakan apakah itu (perpecahan) mengkhawatirkan
Paus. Tetapi paus tidak mengatakan bahwa itu adalah ancaman serius yang akan
segera terjadi. Dia mengakui bahwa beberapa orang Katolik Amerika "sangat
kritis," tetapi Horowitz menunjuk kepada Paus bahwa "beberapa sekutu
terdekat Anda yang telah berbicara tentang adanya komplotan yang melawan Anda."
Dengan demikian reporter Times itu merujuk pada beberapa diskusi tentang skisma yang terjadi
saat ini hingga kepada sumbernya yang tepat. Bukannya para kritikus Paus yang
menyulut perpecahan, justru para sekutunya yang mengklaim bahwa kritik apa pun –
betapapun ringan, betapapun terhormatnya, betapapun logisnya – sudah merupakan
ancaman bagi otoritas Paus dan merupakan serangan terhadap persatuan Gereja.
Dalam tanggapannya terhadap Horowitz, Paus
Francis menjelaskan bahwa ia menerima analisis sekutu-sekutunya tentang situasi
Amerika. Dia menerima pembacaan tidak masuk akal atas urusan Amerika oleh
temannya Pastor Antonio Spadaro, yang melihat konservatisme
America, sebagai
ancaman terbesar bagi agenda kepausan, dan menegaskan bahwa "ada kanpanye
disinformasi untuk melawan Paus Francis yang menghubungkan
kepentingan Amerika dan Rusia." Dia percaya akan karya penulis Prancis, Nicolas Seneze, yang
melihat plot Amerika yang konservatif untuk melawan Paus. Dia percaya para
penasihatnya ketika mereka menjelaskan bahwa semua kritik terhadap pernyataan
dan kebijakannya tentang masalah doktrinal - tentang Ekaristi, tentang peranan
yang sangat diperlukan dari Yesus Kristus dalam keselamatan, tentang tidak terceraikannya
pernikahan, tentang imamat laki-laki - benar-benar merupakan tabir asap, sebuah
dalih, karena para kritikus itu hanya tertarik untuk memajukan agenda politik kelompok
konservatif.
Dalam pernyataannya yang panjang dan
bertele-tele, Paus tidak menjawab inti pertanyaan Horowitz, apakah dia telah
belajar sesuatu dari para pengkritiknya, atau apakah dia memiliki rencana untuk
dialog lebih lanjut dengan mereka.
Paus memberikan refleksi yang terputus-putus dan
tidak nyambung atas banyak kritikan terhadap dirinya, bahkan mengklaim bahwa
dia selalu bersedia menerima kritikan yang jujur dan mengisyaratkan bahwa para
kritikus Amerika adalah orang-orang munafik, yang hanya memajukan agenda
tersembunyi mereka sendiri. Pernyataan paus itu sangat jauh dari kenyataan
situasi, sehingga sulit untuk mengatakan apakah itu merupakan tanda dari ketidakjujuran
atau khayalannya - atau mungkin keduanya.
"Pertama-tama, kritik adalah selalu
membantu, selalu," demikian kata Paus. Pada awal perjalanannya ke Afrika,
seorang juru bicara kepausan mengatakan bahwa Francis "merasa dihormati.” oleh kritik. Kemudian Paus sendiri
mengatakan kepada jurnalis Horowitz, "Saya selalu mendapat manfaat dari
kritik" dan "kritik yang adil selalu diterima dengan baik, setidaknya
oleh saya." Benarkah omongannya ini? Setelah meliput urusan Vatikan
sepanjang kepausan ini, saya tidak pernah melihat adanya contoh satu pun di
mana Paus Francis membuat tanggapan publik yang ramah kepada setiap kritikus,
pada topik apa pun. Tetapi saya dapat dengan mudah mengingat lusinan peristiwa dimana
paus menyebut para pengkritiknya sebagai: orang-orang Farisi dan orang-orang
munafik, "doktor hukum," yang kaku dan tidak dapat mengasihi
sesamanya. "Mengkritik tanpa ingin mendengar tanggapan dan tanpa berdialog,
berarti tidak memiliki kebaikan hati Gerejawi," demikian kata Paus lebih
lanjut. Tetapi justru dialah yang
menolak menanggapi kritikan yang paling terkenal: empat kardinal yang
mengajukan dubia. Empat pangeran Gereja itu mengajukan pertanyaan
menyelidik tentang masalah-masalah ajaran yang penting, dan paus menolak untuk
menjawabnya.
Ketika Uskup Agung Vigano meluncurkan kecaman
pedasnya terhadap paus, Francis berjanji bahwa dia akan menawarkan "tidak satu kata sekalipun"
sebagai balasannya – bahkan dia benar-benar menentang karakter pribadi uskup
agung Vigano. Ketika para uskup Amerika menuntut penjelasan
tentang keterlibatan Vatikan dalam skandal McCarrick, paus menjanjikan penjelasan
penuh - tetapi hingga setahun kemudian:
tidak ada penjelasan seperti itu yang muncul. Ketika Kardinal Müller
menyatakan keprihatinan tentang berbagai pernyataan paus, paus tiba-tiba memecatnya dari perannya sebagai pengawas doktrinal
tertinggi Vatikan; baru-baru ini paus berkomentar bahwa kardinal Jerman itu bertindak
"seperti anak kecil."
Ini bukanlah perkataan atau tindakan dari seorang
pemimpin yang bersedia menerima kritikan yang jujur. Semua itu merupakan tanda-tanda
dari kesediaan untuk menindas secara kasar atas segala kritikan. Dan karena tindakan
semacam itu berasal dari seorang paus yang secara bersamaan menunjukkan
kesediaan untuk percaya bahwa kekuatan-kekuatan besar di Amerika merencanakan untuk
melawannya, maka kita dapat mengharapkan untuk melihat tanda-tanda lebih lanjut
dari permusuhan kepausan hingga akhir tahun ini, ketika para uskup Amerika
Serikat membuat kunjungan ad limina ke
Roma.
Ketika dia mengakhiri pernyataannya yang
mencengangkan itu, paus Francis akhirnya menyuarakan simpati untuk para
pengritiknya, karena "mereka sedang mengalami sebuah masa sulit," dan
ditutup dengan mengatakan, "kita harus mendampingi mereka dengan lemah lembut."
Sebuah saat yang sulit… ya!... memang!; tindakan paus Francis itu adalah meremehkan.
Bagaimana kita dapat percaya bahwa paus berencana untuk mendampingi kita dengan
lemah lembut, bahwa dia memang berencana untuk tidak mengabaikan keprihatinan
kita, mempertanyakan motif kita, mengecam kepercayaan kita?
Paus
Francis memang tidak takut
akan perpecahan di dalam
Gereja. Tetapi saya yang takut.
Itulah sebabnya maka saya merasa takut pada paus ini.
Published with permission from CatholicCulture.org.
No comments:
Post a Comment