PENGUNGKAP
KEBENARAN, USKUP AGUNG VIGANÒ, BERKATA: PAUS FRANCIS-LAH YANG MENYULUT
PERPECAHAN
https://www.lifesitenews.com/news/vatican-whistleblower-vigano-pope-francis-is-the-one-provoking-schism
ROMA, 20 September 2019 (LifeSiteNews) - Seorang jurnalis veteran Vatikan mengungkapkan bahwa
seorang pengungkap fakta tentang Vatikan, mengatakan bahwa Paus Francis-lah yang
'memprovokasi' perpecahan di dalam Gereja Katolik.
Robert Moynihan, pendiri dan pemimpin redaksi majalah Inside
the Vatican, baru-baru ini mempublikasikan pernyataannya yang mengatakan
bahwa Uskup Agung Carlo Maria Viganò membuat pernyataan kepadanya, sebagai
tanggapan atas pidato refleksi terakhir Paus Francis tentang perpecahan.
Dalam penerbangan 10 September 2019 ke Roma dari perjalanan
lima hari ke Madagaskar dan Mozambik, Paus dari Argentina itu mengatakan kepada
wartawan bahwa dia "tidak takut pada perpecahan" dan bahwa perpecahan
"selalu merupakan pemisahan elitis yang berasal dari ideologi yang
terlepas dari doktrin.”
"Paus Francis mengatakan hal itu karena
dia tahu bahwa Sinode Amazon dapat memprovokasi sebuah skisma atau perpecahan,"
kata Viganò kepada Moynihan.
“Dia (paus Francis) siap untuk mengatakan bahwa
orang lain membuat perpecahan, tetapi (dengan tindakannya yang terus mendukung
Sinode Amazon) dia sedang memprovokasi perpecahan itu sendiri,” kata Viganò
melanjutkan.
“Apakah seperti ini sikap seorang pastor yang
peduli kepada umat? Bukankah sudah menjadi tugasnya untuk mencegah perpecahan.”
Moynihan menerbitkan pernyataan ini pada 11
September, dan mengatakan bahwa Uskup Agung Viganò telah menyampaikannya pada
hari itu.
Komentator terkenal atas Gereja Katolik itu juga
menerbitkan dua pendapat yang ia temukan dalam komentar berbasis pembaca, yang berkaitan
dengan sebuah cerita LifeSiteNews tentang wawancara terbaru
di atas pesawat dari Francis, “Pope Francis welcomes honest
criticism: ‘This is loving the Church’”.
Yang pertama, oleh pembaca "Luxsit",
menunjukkan pernyataan kekhawatiran bahwa orang-orang Katolik yang berpegang
teguh pada doktrin Katolik yang abadi, sedang "dibentuk" menjadi
"kambing-hitam-skismatik."
“Saya pikir kemungkinan kita sedang
dipersiapkan untuk diberi label kambing hitam 'skismatik' ketika Vatikan secara
resmi menjadi murtad (dan skismatik sejati), meskipun landasan kemurtadannya itu
telah diletakkan puluhan tahun yang lalu," tulis komentator itu.
"Di mata dunia, itu akan mendukung klaim
Vatikan bahwa apa pun juga kaum ortodoks adalah berada 'di luar Gereja.' Ini
hampir merupakan taktik sempurna bagi pemerintah sekuler yang bermaksud
menghilangkan kekristenan dari setiap kehadiran publik dan hati nurani moral
dunia."
"Saya yakin Anda tepat berada di
sini," jawab pembaca "Borghesius" dalam komentar kedua yang
dikutip Moynihan.
“Kaum liberal dapat memisahkan diri dari Gereja kapan saja
dalam masa 4 kepausan sebelumnya: mereka telah berada dalam perpecahan de facto sejak tanggapan mereka yang
berbeda atas Humanae Vitae,”
lanjutnya.
“Tetapi Francis memberi mereka (kaum liberal) kesempatan, dan
mereka ingin agar sikap mereka itu dimunculkan, bahwa MEREKA adalah Gereja dan umat Katolik telah memisahkan diri dari mereka.
Dengan cara itu mereka mendapatkan uang, kekuasaan, properti, dan dapat
mengklaim sebagai gereja Katolik, padahal dari keyakinan mereka yang seperti itu
mereka bukanlah Gereja Katolik sama sekali. Tetapi semua itu tidak akan
bertahan lama, jika Anda terpisah dari Sumber."
Secara keseluruhan, semua pernyataan ini membuat Moynihan
khawatir, yang melihat di dalamnya bukti bahwa ada sebuah bahaya "perpecahan."
Pernyataan tersebut adalah bagian dari “kritikan keras terhadap banyak keputusan dan tindakan paus
Francis, mulai dari krisis pelecehan seksual, hingga reformasi Kuria Roma,
hingga kesepakatan dengan pemerintah Cina, hingga penutupan ordo-ordo religius konservatif,
hingga memunculkan perhatian pada masalah lingkungan meskipun semua Paus
sebelumnya berfokus terutama pada kehidupan kurban dan kematian Yesus Kristus,
dan pada apa maknanya hal itu bagi semua umat manusia,” demikian tulisnya.
Moynihan mencatat bahwa ada beberapa kritikus dari jajaran
tinggi Gereja yang berbicara keras mengenai berbagai keputusan kontroversial paus
― dan bahwa hanya dua dari mereka adalah orang Amerika. Dia menyebut Cardinal
Brandmüller, Burke, Eijk, Müller, dan Sarah, serta Uskup René Henry Gracida dan
Athanasius Schneider.
"Para kritikus ini yakin bahwa Gereja dipimpin secara
buruk oleh sekelompok orang dalam yang telah membujuk Paus untuk bertindak sejalan
dengan sejumlah inisiatif yang menyimpang dari ajaran Katolik
tradisional," tulisnya.
"Beberapa kritikus berpendapat bahwa ajaran Paus, atau
mereka yang dipilih dan didukung oleh paus, telah mencapai tingkat bidaah -
tingkat yang bertentangan dengan doktrin Katolik yang sah," katanya melanjutkan,
dan mengajak para pembaca untuk memperhatikan kritikan Kardinal Brandmüller
tentang dokumen kerja yang kontroversial dari Sinode Amazon.
Moynihan memperingatkan bahwa Paus Francis dan orang-orang dekatnya
mungkin telah meremehkan betapa "dunia" membenci Gereja.
“Kekuatan-kekuatan sekuler yang sangat kuat tampaknya ingin
menundukkan Gereja dalam agenda duniawi mereka, yang dimulai sebagai seruan untuk melakukan “belas kasih” dan berakhir
dengan serangan terhadap semua ajaran tradisional Kristen dan ajaran moral,”
tulisnya.
Contoh pertamanya adalah menyangkut masalah aborsi.
"Karena aborsi semakin diterima secara luas, maka masyarakat
secara keseluruhan menjadi tidak berperasaan lagi untuk mencabut nyawa manusia,"
kata Moynihan.
"Paus Francis tampaknya meremehkan pembelaan atas kehidupan
manusia, hak untuk hidup dari orang yang tidak bersalah," lanjutnya.
“Dalam konteks ini, tindakan paus tampaknya hampir tidak
dapat dipahami oleh umat Katolik yang pro-kehidupan. Mengapa paus tampak melemahkan
komitmen Gereja pada tujuan kehidupan, yang justru terjadi pada saat tujuan itu
sangat dibutuhkan?"
Reporter Vatikan juga mengakui bahwa doktrin yang berkaitan
dengan pernikahan berada di bawah ancaman serius.
“Ajaran tradisional tentang tidak terceraikannya perkawinan
sangatlah penting untuk pertahanan keluarga, dan hak anak untuk tumbuh bersama
ayah dan ibu,” katanya.
"Sikap yang tampak meremehkan keutuhan pernikahan
tampaknya jelas diarahkan pada situasi dari jutaan orang yang pernikahannya
gagal, dengan cara memberikan pendampingan pastoral bagi mereka,"
lanjutnya.
“Tetapi dalam jangka panjang, semakin berkurangnya cita-cita
pernikahan yang baik kemungkinan akan menciptakan situasi yang lebih sulit bagi
pertumbuhan kehidupan keluarga di masa mendatang. Mengapa Paus Francis
tampaknya tidak mau menyadari ini?"
Moynihan menyimpulkan dengan mengatakan bahwa sebuah "perubahan
arah" dan sebuah "pertemuan untuk memperjelas posisi" sangatlah diperlukan,
tetapi "waktu semakin singkat."
No comments:
Post a Comment