Sunday, May 24, 2020

Roberto de Mattei : KEPAUSAN FRANCIS TERBUKTI TELAH MENJADI 'BENCANA' BAGI GEREJA


Roberto de Mattei (sejarawan):
KEPAUSAN FRANCIS TERBUKTI TELAH MENJADI 'BENCANA' BAGI GEREJA



"Saya berpendapat, dengan segala hormat terhadap jabatan yang dia pegang, bahwa kepausan Francis telah terbukti menjadi bencana bagi Gereja"

Fri May 22, 2020 - 11:02 am EST


·        
Pope Francis di samping sebuah patung Martin Luther
di ruang Paul VI, Vatican. October, 2016.

By Lianne Laurence


22 Mei 2020 (LifeSiteNews) - "Krisis agama dan moral" yang mengikuti Vatikan II adalah merupakan pemurnian yang lebih buruk daripada dua kali perang dunia, dan secara logis hal itu mengarah kepada ‘malapetaka’ dalam kepausan Paus Francis, demikian kata sejarawan dan penulis Italia, Prof.Roberto de Mattei.

"Saya berpendapat, dengan segala hormat terhadap jabatan yang dia pegang, bahwa kepausan Francis telah terbukti menjadi bencana bagi Gereja," demikian Professor de Mattei mengatakan dalam sebuah sesi tanya-jawab pada hari kedua dari acara Rome Life Forum yang dilakukan secara vvirtual.

Pandemi virus korona adalah sebuah pemurnian yang diizinkan Tuhan sebagai "hukuman atas dosa-dosa kita," dan telah ada hukuman seperti itu sebelumnya dan lebih banyak lagi yang akan datang, kata de Mattei, yang berbicara untuk forum tahunan ke-7, yang dilakukan secara online karena pandemi, bisa dilihat di The Judgment of God in History.

Meskipun berbagai hukuman abad ini termasuk komunisme dan dua perang dunia yang menghancurkan, namun Prof. de Mattei menilai kejatuhan dari Vatikan II lebih buruk daripada yang terakhir.

"Krisis agama dan moral yang mengikuti Konsili Vatikan Kedua adalah hukuman yang bahkan lebih buruk daripada perang dunia, dan kepausan Paus Francis nampak merupakan konsekuensi logis dari krisis agama ini," katanya.

John-Henry Westen, salah satu pendiri dan pemimpin redaksi LifeSiteNews juga merujuk pada kebingungan yang disebabkan oleh Paus Francis selama sesi tanya jawab 21 Mei, ketika MC John Smeaton bertanya kepadanya apakah dia tidak takut dikutuk oleh Tuhan jika berbicara menentang Paus saat ini.

"Saya takut akan penghukuman oleh Tuhan jika saya tidak mengungkapkan keprihatinan saya tentang paus," jawab Westen, dengan menambahkan bahwa Canon 212 dari Kode Hukum Canon mengatakan bahwa umat beriman memiliki hak, dan bahkan kewajiban, untuk memberi tahu para pastor mengenai pendapat mereka tentang hal-hal yang berkaitan dengan kebaikan Gereja.

(Kanon 212, §3. Sesuai dengan pengetahuan, kompetensi dan keunggulannya, mereka (umat) mempunyai hak, bahkan kadang-kadang juga kewajiban, untuk menyampaikan kepada para Gembala suci pendapat mereka tentang hal-hal yang menyangkut kesejahteraan Gereja dan untuk memberitahukannya kepada kaum beriman kristiani lainnya, tanpa mengurangi keutuhan iman dan moral serta sikap hormat terhadap para Gembala, dan dengan memperhatikan manfaat umum serta martabat pribadi orang.)

“Dan saya melakukan ini dengan rasa kasih kepada iman saya, dan kasih saya kepada paus, yang saya doakan setiap hari. Dan itu karena kepedulian saya terhadap jiwa paus sendiri," demikian kata Westen, yang memberikan ceramah yang berjudul  The Pontificate of Pope Francis: why should we expect a divine intervention today.” (Kepausan Paus Francis: mengapa kita harus mengharapkan campur tangan iIahi saat ini.")

Westen menceritakan betapa “banyak sekali pernyataan publik Paus Francis yang sangat membingungkan dan bahkan salah” telah menyebabkan anak sulung dari delapan anaknya, merasa menderita; Westen mengutip sebagai contoh, putrinya sendiri, yang telah menelpon dirinya dari perguruan tingginya, ketika Bapa Suci menyatakan bahwa “hidup bersama (kumpul kebo) adalah pernikahan yang sejati dan ia memiliki rahmat pernikahan yang sejati karena kesetiaan” dimana pernyataan paus Francis ini sempat menjadi viral di tahun 2016.

"Saya berkewajiban sebagai seorang ayah untuk mengoreksi paus ketika dia mengatakan hal-hal yang bertentangan dengan iman, di muka umum," kata Westen. "Atau apakah saya harus membohongi putri saya? Atau apakah saya seharusnya memutarbalikkan kebenaran? Itu tidak mungkin."

Westen percaya bahwa coronavirus adalah hukuman yang berupa kehilangan Misa Kudus bagi umat beriman sebagai “esensinya” dan bahwa itu akan “menjadi sedikit lebih buruk sebelum menjadi lebih baik” sehingga orang-orang, khususnya di dalam Gereja, “dapat menyadari perlunya pertobatan."

“Ada sebuah kebutuhan yang besar bagi umat beriman untuk menemukan kembali penghormatan di dalam Misa Kudus dengan melakukan sikap yang tepat untuk menerima Komuni Kudus. Saat ini ada banyak sekali penerimaan sakrilegi terhadap Komuni Kudus, yang jumlahnya tak terhitung banyaknya,” kata Westen.

Bunda Maria di Fatima memperingatkan bahwa "seluruh bangsa akan dimusnahkan," dan "kita harus berdoa dengan sungguh-sungguh agar hal itu tidak terjadi," tambah Westen.

"Kita harus berkomitmen untuk memenuhi permintaan Bunda Maria dari Fatima, dan bagi kaum awam ini berarti doa rosario harian, skapulir, dan devosi bagi perbaikan pada hari Sabtu Pertama, serta konsekrasi pribadi kita sendiri kepada Hati Maria yang Tak Bernoda."

Pandemi saat ini adalah kesempatan untuk pertobatan dan pewartaan Injil, kata Westen.

"Banyak orang, ketika mereka dihadapkan pada berbagai macam malapetaka, mengarahkan hati mereka kepada Tuhan, dan banyak kasus bahwa hal itu adalah untuk yang pertama kalinya bagi mereka, setelah beberapa lama mereka menolak Tuhan," kata Westen. "Jadi tidak pernah ada waktu yang lebih baik untuk mewartakan."

Hal itu juga berlaku di dalam Gereja, katanya.

“Yang benar adalah bahwa Gereja Katolik berada dalam pertempuran yang belum pernah terjadi sebelumnya; itu adalah pertempuran internal bagi jiwa Gereja. Dan kita tidak pernah membutuhkan bala bantuan lebih besar daripada sekarang ini,” kata Westen.

“Jadi ajaklah mereka yang merasa terpanggil kedalam Gereja, meski hanya sedikit, untuk segera datang sekarang dan bergabung dalam pertempuran ini.”

Selain itu, Prof. de Mattei mengungkapkan pemikiran yang sama, mencatat dalam menanggapi pertanyaan-pertanyaan yang "seperti halnya pada semua hukuman Tuhan," pandemi ini," menurut pendapat saya, adalah tindakan belas kasihan yang besar dari Tuhan."

“Yang perlu ditakuti, di atas segalanya, adalah situasi kebingungan yang lebih besar di dalam Gereja, di mana bahkan umat Katolik yang terbaik sekali pun akan berisiko kehilangan keseimbangan,” katanya. "Saya percaya, kita harus berusaha untuk mengangkat pandangan kita kepada Tuhan, daripada kehilangan diri kita sendiri di tengah labirin taktik manusia."

Adalah Tuhan "dan bukan manusia, yang akan menyelamatkan Gereja," tetapi umat Katolik dapat "berkolaborasi" dengan-Nya dengan membentuk "tentara Katolik" yang "kecil, rendah hati, tetapi setia" dan "menandai diri mereka dengan integritas iman dan kemurnian moralitas,” kata de Mattei.

“Apa pun yang terjadi adalah dihendaki atau diizinkan oleh Allah. Jadi kita harus selalu menyambut kehendak-Nya dengan sukacita tanpa pernah meninggalkan perjuangan demi kehormatan-Nya,” tambahnya.

"Sukacita kita adalah di dalam pertarungan."

Acara Rome Life Forum virtual ini disponsori oleh LifeSiteNews dan Voice of the Family. Untuk melihat jadwal atau melihat pembicaraan yang ada, silakan buka di sini.


*****








No comments:

Post a Comment