Roberto de Mattei (sejarawan):
KEPAUSAN FRANCIS TERBUKTI TELAH MENJADI 'BENCANA' BAGI GEREJA
"Saya berpendapat, dengan segala hormat terhadap jabatan yang
dia pegang, bahwa kepausan Francis telah terbukti menjadi bencana bagi
Gereja"
Fri May 22, 2020 - 11:02 am EST
·
Pope Francis di samping sebuah patung Martin Luther
di ruang Paul VI, Vatican. October, 2016.
22 Mei 2020 (LifeSiteNews) - "Krisis agama dan moral" yang mengikuti Vatikan II adalah merupakan
pemurnian yang lebih buruk daripada dua kali perang dunia, dan secara logis hal
itu mengarah kepada ‘malapetaka’ dalam kepausan Paus Francis, demikian kata
sejarawan dan penulis Italia, Prof.Roberto de Mattei.
"Saya berpendapat,
dengan segala hormat terhadap jabatan yang dia pegang, bahwa kepausan Francis
telah terbukti menjadi bencana bagi Gereja," demikian Professor de Mattei mengatakan dalam sebuah sesi tanya-jawab pada hari kedua dari acara Rome Life Forum yang dilakukan secara
vvirtual.
Pandemi virus korona adalah sebuah pemurnian yang diizinkan
Tuhan sebagai "hukuman atas dosa-dosa kita," dan telah ada hukuman
seperti itu sebelumnya dan lebih banyak lagi yang akan datang, kata de Mattei,
yang berbicara untuk forum tahunan ke-7, yang dilakukan secara online karena
pandemi, bisa dilihat di The Judgment of God in History.
Meskipun berbagai hukuman abad ini termasuk komunisme dan dua perang dunia
yang menghancurkan, namun Prof. de Mattei menilai kejatuhan dari Vatikan II
lebih buruk daripada yang terakhir.
"Krisis agama dan moral yang mengikuti Konsili Vatikan Kedua adalah
hukuman yang bahkan lebih buruk daripada perang dunia, dan kepausan Paus Francis
nampak merupakan konsekuensi logis dari krisis agama ini," katanya.
John-Henry Westen, salah satu pendiri dan pemimpin redaksi LifeSiteNews
juga merujuk pada kebingungan yang disebabkan oleh Paus Francis selama sesi
tanya jawab 21 Mei, ketika MC John Smeaton bertanya kepadanya apakah dia tidak
takut dikutuk oleh Tuhan jika berbicara menentang Paus saat ini.
"Saya takut akan penghukuman oleh Tuhan jika saya tidak mengungkapkan keprihatinan saya tentang paus,"
jawab Westen, dengan menambahkan bahwa Canon 212 dari Kode Hukum Canon
mengatakan bahwa umat beriman memiliki hak, dan bahkan kewajiban, untuk memberi
tahu para pastor mengenai pendapat mereka tentang hal-hal yang berkaitan dengan
kebaikan Gereja.
(Kanon 212, §3.
Sesuai dengan pengetahuan, kompetensi dan keunggulannya, mereka (umat) mempunyai hak, bahkan
kadang-kadang juga kewajiban, untuk menyampaikan kepada para Gembala suci
pendapat mereka tentang hal-hal yang menyangkut kesejahteraan Gereja dan untuk
memberitahukannya kepada kaum beriman kristiani lainnya, tanpa mengurangi keutuhan
iman dan moral serta sikap hormat terhadap para Gembala, dan dengan
memperhatikan manfaat umum serta martabat pribadi orang.)
“Dan saya melakukan ini dengan rasa kasih kepada iman saya,
dan kasih saya kepada paus, yang saya doakan setiap hari. Dan itu karena
kepedulian saya terhadap jiwa paus sendiri," demikian kata Westen, yang
memberikan ceramah yang berjudul The Pontificate of Pope Francis: why should we expect a
divine intervention today.” (Kepausan Paus Francis: mengapa kita
harus mengharapkan campur tangan iIahi saat ini.")
Westen menceritakan betapa “banyak sekali pernyataan publik Paus Francis
yang sangat membingungkan dan bahkan salah” telah menyebabkan anak sulung dari
delapan anaknya, merasa menderita; Westen mengutip sebagai contoh, putrinya sendiri,
yang telah menelpon dirinya dari perguruan tingginya, ketika Bapa Suci
menyatakan bahwa “hidup bersama (kumpul kebo) adalah pernikahan yang sejati dan
ia memiliki rahmat pernikahan yang sejati karena kesetiaan” dimana pernyataan paus
Francis ini sempat menjadi viral di tahun 2016.
"Saya berkewajiban sebagai seorang ayah untuk mengoreksi paus ketika
dia mengatakan hal-hal yang bertentangan dengan iman, di muka umum," kata
Westen. "Atau apakah saya harus membohongi putri saya? Atau apakah saya
seharusnya memutarbalikkan kebenaran? Itu tidak mungkin."
Westen percaya bahwa coronavirus adalah hukuman yang berupa kehilangan Misa
Kudus bagi umat beriman sebagai “esensinya” dan bahwa itu akan “menjadi sedikit
lebih buruk sebelum menjadi lebih baik” sehingga orang-orang, khususnya di dalam
Gereja, “dapat menyadari perlunya pertobatan."
“Ada sebuah kebutuhan yang besar bagi umat beriman untuk menemukan kembali
penghormatan di dalam Misa Kudus dengan melakukan sikap yang tepat untuk menerima
Komuni Kudus. Saat ini ada banyak sekali penerimaan sakrilegi terhadap Komuni Kudus,
yang jumlahnya tak terhitung banyaknya,” kata Westen.
Bunda Maria di Fatima memperingatkan bahwa "seluruh bangsa akan dimusnahkan,"
dan "kita harus berdoa dengan sungguh-sungguh agar hal itu tidak
terjadi," tambah Westen.
"Kita harus berkomitmen untuk memenuhi permintaan Bunda Maria dari
Fatima, dan bagi kaum awam ini berarti doa rosario harian, skapulir, dan devosi
bagi perbaikan pada hari Sabtu Pertama, serta konsekrasi pribadi kita sendiri
kepada Hati Maria yang Tak Bernoda."
Pandemi saat ini adalah kesempatan untuk pertobatan dan pewartaan Injil,
kata Westen.
"Banyak orang, ketika mereka dihadapkan pada berbagai macam
malapetaka, mengarahkan hati mereka kepada Tuhan, dan banyak kasus bahwa hal itu
adalah untuk yang pertama kalinya bagi mereka, setelah beberapa lama mereka menolak
Tuhan," kata Westen. "Jadi tidak pernah ada waktu yang lebih baik
untuk mewartakan."
Hal itu juga berlaku di dalam Gereja, katanya.
“Yang benar adalah bahwa Gereja Katolik berada dalam pertempuran yang
belum pernah terjadi sebelumnya; itu adalah pertempuran internal bagi jiwa
Gereja. Dan kita tidak pernah membutuhkan bala bantuan lebih besar daripada sekarang
ini,” kata Westen.
“Jadi ajaklah mereka yang merasa terpanggil kedalam Gereja, meski hanya sedikit,
untuk segera datang sekarang dan bergabung dalam pertempuran ini.”
Selain itu, Prof. de Mattei mengungkapkan pemikiran yang sama, mencatat
dalam menanggapi pertanyaan-pertanyaan yang "seperti halnya pada semua
hukuman Tuhan," pandemi ini," menurut pendapat saya, adalah tindakan
belas kasihan yang besar dari Tuhan."
“Yang perlu ditakuti, di atas segalanya, adalah situasi kebingungan yang
lebih besar di dalam Gereja, di mana bahkan umat Katolik yang terbaik sekali pun
akan berisiko kehilangan keseimbangan,” katanya. "Saya percaya, kita harus
berusaha untuk mengangkat pandangan kita kepada Tuhan, daripada kehilangan diri
kita sendiri di tengah labirin taktik manusia."
Adalah Tuhan "dan bukan manusia, yang akan menyelamatkan
Gereja," tetapi umat Katolik dapat "berkolaborasi" dengan-Nya
dengan membentuk "tentara Katolik" yang "kecil, rendah hati,
tetapi setia" dan "menandai diri mereka dengan integritas iman dan
kemurnian moralitas,” kata de Mattei.
“Apa pun yang terjadi adalah dihendaki atau diizinkan oleh Allah. Jadi
kita harus selalu menyambut kehendak-Nya dengan sukacita tanpa pernah meninggalkan
perjuangan demi kehormatan-Nya,” tambahnya.
"Sukacita kita adalah di dalam pertarungan."
Acara Rome
Life Forum virtual ini disponsori oleh LifeSiteNews
dan Voice of the Family. Untuk
melihat jadwal atau melihat pembicaraan yang ada, silakan buka di sini.
*****
No comments:
Post a Comment