Wednesday, May 20, 2020

SETELAH MENYEMBAH PACHAMAMA, BERIKUTNYA PAUS FRANCIS MENYANGKAL...




SETELAH MENYEMBAH PACHAMAMA, BERIKUTNYA PAUS FRANCIS MENYANGKAL PERAN BUNDA MARIA SEBAGAI CO-REDEMPTRIX


December 23, 2019 | Luiz Sérgio Solimeo 



Pada bulan Oktober 2019, paus Francis ikut menghadiri pemujaan atas dewi berhala ‘Pachamama’ di taman-taman Vatikan di mana dia memberkati berhala tersebut. Beberapa hari kemudian, berhala itu diarak memasuki Basilika Santo Petrus. Setelah lima patung tiruan berhala itu dilemparkan ke dalam sungai Tiber, justru paus Francis meminta maaf atas peristiwa yang terjadi. Dan kemudian, pada Misa di Santo Petrus saat perayaan pesta Bunda Maria dari Guadalupe, pada tanggal 12 Desember 2019, paus Francis mengkritik devosi tradisional kepada Maria yang biasa dilakukan oleh umat Katolik yang setia.


Dogma-Dogma Baru Tentang Maria Dianggap Sebagai Sebuah Kebodohan

Berbicara tentang Maria Yang Terkudus, paus Francis mengkritik gelar-gelar yang diberikan oleh Magisterium Gereja kepada Maria serta berbagai devosi dan pengabdian umat beriman yang setia yang diberikan kepada Bunda Allah, dimana paus mengatakan bahwa itu tidak mencerminkan esensi dari peran Bunda Maria, yang dia perkecil menjadi sekedar ‘ibu’ dan ‘murid.’ Singkatnya, "Maria hanyalah seorang wanita, Maria hanyalah seorang ibu, tanpa gelar-gelar penting lainnya."

Paus Francis melangkah jauh dalam kritiknya terhadap Mariologi tradisional hingga dia menggambarkan permintaan para kardinal, uskup, imam, dan umat beriman untuk mengesahkan dogma-dogma baru mengenai Maria sebagai ‘tonteras’ (kebodohan, kekonyolan). Dari konteksnya, kita melihat bahwa paus Francis menganggap peran Co-Redemptrix dari Maria bisa menjadi sasaran bidikannya.

Paus Francis menentang lima puluh lima orang kardinal dan 518 uskup yang mengajukan petisi kepada Tahta Suci untuk memberikan gelar kepada Maria sebagai Co-Redemptrix, di antara mereka ada anggota Kuria seperti Pedro Cardinal Palazzini, Alphonse Cardinal Stickler dan M. Luigi Cardinal Ciappi.

Bagi paus Francis, menghormati Maria dengan gelar itu berarti ‘mencuri’ sesuatu milik Putranya. Tetapi ini adalah sebuah kesalahpahaman dari agama tetangga.

Di bawah ini kami menyediakan terjemahan bahasa Inggris dari pernyataan mengejutkan Paus. Kata-katanya dalam bahasa Spanyol diberikan dalam catatan kaki. Kemudian kami menyajikan teks-teks kepausan dan teologis tentang Maria Yang Terkudus — terutama tentang peran Co-Redemptrix — yang sepenuhnya bertentangan dengan penegasan paus Francis.


Kalimat Yang Tak Dapat Dipercaya Dari Paus Francis

(a) Esensi Maria: Sebagai Wanita, Ibu, Murid, Tanpa Gelar Esensial Lainnya
“Kesalehan Kristen selama berabad-abad selalu berusaha memuji [Maria] dengan gelar-gelar baru: Itu adalah gelar kekeluargaan, gelar kasih dari umat Allah, tetapi gelar-gelar itu sama sekali tidak menyentuh dirinya sebagai murid wanita.”

“Maria hanyalah wanita, Maria hanyalah ibu, tanpa gelar-gelar penting lainnya. Gelar-gelar yang lain — (baca juga Litani Loreto yang berisi banyak gelar bagi Maria) — adalah gelar dari anak-anak yang pengasih, yang bernyanyi untuk Ibu mereka, tetapi gelar-gelar itu tidak menyentuh esensi keberadaan Maria: tetap sebagai wanita dan ibu.”

(b) Maria Tidak Pernah Mencuri Apa pun Dari Putranya
“Setia kepada Tuannya, yang adalah juga Putranya, satu-satunya Penebus, Maria tidak pernah ingin mencuri apa pun dari Putranya. Maria tidak pernah memperkenalkan dirinya sebagai Co-Redemptrix. Tidak.”

“Maria tidak pernah mencuri apapun dari Putranya, (tetapi) melayani Yesus karena dia adalah seorang ibu.”

(c) Maria Telah Membuat Allah sebagai "seekor anjing kampung"
“Maria menjadi 'pelayan’ bagi umat manusia dengan cara menjadi Bunda dari semua orang ... Dengan begitu Bunda Maria menjadikan Tuhan sebagai 'anjing kampung,' Tuhan yang sejati dan Manusia sejati, Putranya. … Maria menjadikan Tuhan sebagai ‘anjing kampung.”

(d) Mengusulkan Dogma Baru Bagi Maria Adalah Kebodohan
"Ketika orang-orang datang dengan cerita-cerita bahwa kita harus menyatakan Maria sebagai ini atau itu, dan menyatakannya sebagai dogma, janganlah kalian tenggelam dalam kebodohan."


Apa Yang Sebenarnya Diajarkan Oleh Gereja

Bertolak belakang dengan apa yang ditegaskan oleh paus Francis - bahwa esensi Maria hanya terdiri dari dan menjadi ‘perempuan dan ibu,’ ‘seorang murid perempuan’ – namun Gereja menyatakan Maria sebagai Bunda Allah, Theotokos, pada Konsili Efesus tahun 431, Keperawanannya yang Abadi, pada Konsili Lateran, tahun 649, Maria adalah Yang Dikandung Tanpa Noda, oleh Paus Pius IX, pada tahun 1854, dan Maria Diangkat ke Surga, oleh Paus Pius XII, pada tahun 1950.

Dalam memproklamirkan dogma terakhir ini, Paus Pius XII menegaskan bahwa "Bunda Allah yang Tak Bernoda, Bunda Maria yang tetap perawan, setelah menyelesaikan kehidupannya di dunia, diangkat di dalam tubuh dan jiwanya ke dalam kemuliaan surgawi."

Jika Maria Yang Terkudus, menurut paus Francis, hanyalah seorang ‘wanita dan ibu,’ hanyalah seorang ‘murid’ yang biasa saja, lalu apa yang membedakannya dari seorang ibu Kristiani lainnya yang juga baik? Jika Maria hanyalah seorang ibu yang biasa-biasa saja, seorang murid Yesus belaka, maka akankah Putranya juga hanya seorang putra yang biasa-biasa saja? Apakah pengabaian terhadap konsep Keibuan Ilahi dari Maria ini tidak sekaligus mengabaikan konsep Keilahian Tuhan kita Yesus Kristus juga, dan sebagai konsekuensinya, mengabaikan konsep Inkarnasi Penebusan?


Sesungguhnya, Allah telah Mengaitkan Maria Dengan Karya Penebusan Dari Sejak Semula

Dalam Konstitusi Apostolik Ineffabilis Deus (1854) di mana ia memproklamasikan dogma Yang Dikandung Tanpa Noda, Paus Pius IX menyatakan bahwa ketika Allah menetapkan Inkarnasi, Dia juga memilih dan menetapkan Bunda Penebus.

“Allah Yang Tak Terhingga… yang telah mengetahui sebelumnya dari segala keabadian, kesengsaraan dari seluruh umat manusia yang menyedihkan, yang akan dihasilkan dari dosa Adam, telah menetapkan … Inkarnasi Sabda… [dan] memilih serta mempersiapkan bagi Putra-Nya yang tunggal: seorang Ibu yang di dalam dirinya Putra Allah akan berinkarnasi dan dari siapa, dalam kepenuhan waktu yang diberkati, Dia akan dilahirkan ke dunia ini.”

Karena itu, Tuhanlah yang menghubungkan Penebusan umat manusia dengan Keibuan Ilahi. Mereka tidak dapat dipisahkan. Maria, Ibu Penebus, bersatu dalam karya Penebusan. Itulah sebabnya Paus Leo XIII mengajarkan bahwa Allah memulai "Penebusan umat manusia ... melalui Maria."

Dan, Paus Pius IX menyatakan lebih lanjut, bahwa Bunda Terberkahi dipenuhi dengan rahmat sedemikian rupa sehingga dia melampaui kesucian dan kesempurnaan dari semua makhluk, dan Maria berada di bawah Tuhan saja:

“Di atas semua makhluk, sungguh Allah begitu mengasihi Maria hingga benar-benar di dalam diri Maria, Bapa sangat berkenan dengan sukacita yang tunggal. Karena itu, jauh di atas semua malaikat dan semua orang kudus yang begitu menakjubkan, Tuhan memberkati Maria dengan kelimpahan segala karunia surgawi yang dicurahkan dari perbendaharaan keilahian-Nya, sehingga ibu ini, yang benar-benar bebas dari semua noda dosa, yang memiliki semua keadilan dan kesempurnaan, akan memiliki kepolosan dan kesucian yang penuh, hingga di bawah Tuhan, seseorang bahkan tidak dapat membayangkan sesuatu yang lebih besar, dan yang di luar Tuhan, tidak ada pikiran yang dapat memahami hal ini sepenuhnya.


Peran Maria Sebagai Co-Redemptrix Adalah Berada Dibawah Dan Tunduk Pada Peran Penebus Dari Yesus Kristus

Apakah gelar Co-Redemptrix Maria menegaskan kesetaraan antara Bunda Terberkati dan peran Yesus dalam Penebusan? Tidak, demikian kata Mgr. Arthur Burton Calkins: "Dalam bahasa Latin dari mana istilah Co-redemptrix berasal ... artinya : kolaborasi dan kerja sama Maria dalam penebusan adalah selalu bersifat sekunder, subordinat, dan bergantung kepada Kristus."


Doktrin Katolik Sejati tentang Co-Redemptrix

Meskipun hal itu belum ditetapkan sebagai dogma, peran Co-Redemptrix dari Maria adalah doktrin Katolik. Sebagai Mariolog besar pastor José A. de Aldama, S.J., telah menyatakan hal ini lebih dari setengah abad yang lalu dalam risalahnya On the Mother of the Redeemer:

Tesis 9. Perawan Maria yang Terberkati dikaitkan dengan Kristus Sang Penebus dalam perwujudan karya Penebusan, dan oleh karena itu, ia dinamakan Co-Redemptrix.…

Nilai dogmatis. Tesis ini adalah doktrin Katolik sejati yang telah terus-menerus diusulkan selama seabad penuh oleh semua Paus Agung di seluruh Gereja.

Pastor Sisto Cartechini, S.J., menjelaskan makna Doktrin Katolik sebagai catatan teologis:
"Sebuah proposisi yang diajarkan di seluruh Gereja Katolik oleh Magisterium dan di semua sekolah Katolik, disebut doktrin Katolik." (Sisto Cartechini, S.J., Dall’Opinione al Domma Valore Delle Note Teologiche (Rome: Edizioni La Civilità Cattolica, 1953), 39.

Meskipun hanya beberapa Paus yang menggunakan istilah Co-Redemptrix, namun gagasan ini jelas hadir dalam ajaran mereka, sebagaimana ditunjukkan oleh teolog Maria yang berwawasan luas ini.


Co-Redemptrix, Suatu Istilah Yang Digunakan oleh Beberapa Paus

Akan tetapi, beberapa Paus, tidak hanya mengungkapkan gagasan itu, tetapi juga telah menggunakan kata Co-Redemptrix. Berikut ini beberapa contoh:

1) Paus Benediktus XV (1914-1922):
Demikian pula dia (Maria) menderita bersama dengan Putraku yang menderita dan sekarat, dan hampir mati; demikian pula Maria melepaskan hak keibuannya atas Putranya demi keselamatan umat manusia, dan untuk meredakan pengadilan Allah, sejauh hal itu layak baginya, demikian pula dia mengorbankan Putranya, sehingga dapat dikatakan bahwa ia bersama Kristus menebus umat manusia.

2) Paus Pius XI (1922-1939):
Oh! Bunda Kasih dan Kerahiman, yang berada dekat dengan Putramu yang manis ketika menyempurnakan penebusan umat manusia di altar salib, menderita bersama Dia sebagai Co-Redemptrix.

Dari sifat karya-Nya, Sang Penebus menghubungkan Ibu-Nya dengan karya-Nya sendiri. Untuk alasan ini, kami menyerukan nama Maria dengan gelar Co-Redemptrix.

3) Paus John Paul II (1978-2005):
Maria, yang dikandung dan dilahirkan tanpa noda dosa, berpartisipasi dengan cara yang luar biasa dalam penderitaan Putra ilahinya untuk menjadi Co-Redemptrix umat manusia.

Ratu Surga
Dalam sebuah pesan radio Vatikan kepada para peziarah Fatima pada 13 Mei 1946, Paus Pius XII merangkum dengan kata-kata indah tentang penghargaan yang diberikan kepada Ratu Surga:

Setelah dengan penuh kemenangan memasuki tanah air surgawi, Perawan yang mulia diangkat melewati hierarki orang-orang yang terberkati dan paduan suara para malaikat ke atas takhta Tritunggal Mahakudus, yang mengitari kepalanya dengan tiga mahkota kemuliaan, menghadirkan dia di hadapan pengadilan surgawi dan ditempatkan di sebelah kanan Raja Abadi dari segala zaman dan dinobatkan sebagai Ratu alam semesta.

Dan Pengadilan Surgawi melihat bahwa Maria memang layak menerima kehormatan dan kerajaan, karena dia jauh lebih penuh rahmat, lebih suci, lebih cantik, lebih dimuliakan daripada orang-orang kudus terbesar dan para malaikat yang paling agung, baik secara terpisah atau pun  bersama-sama; karena Maria secara misterius berhubungan erat dengan seluruh Tritunggal Mahakudus dalam tatanan persatuan hipostatik, dengan Dia sendiri yang pada hakikatnya adalah Kemuliaan yang tak terbatas, Raja segala raja dan Tuhan segala tuhan, maka Maria adalah sebagai Putri sulung dari Bapa, Bunda dari Sabda yang penuh kasih, dan Mempelai terkasih dari Roh Kudus. Karena Maria adalah Ibu dari Raja ilahi kepada Siapa Tuhan memberikan Tahta Daud dan kerajaan abadi di rumah Yakub dari pangkuan ibunya (Lukas 1, 32-33) dan yang menyatakan diri-Nya, bahwa kepada-Nya Dia diberi seluruh kuasa di surga dan di bumi. (Mat. 28, 18) Dia, Allah Putra, memancarkan kepada Ibu Surgawi-Nya segala kemuliaan, keagungan, dan kerajaan dari Keratuannya, karena Maria selamanya dikaitkan dengan ‘Raja para martir’ (Yesus) dalam karya yang tak terlukiskan dari Penebusan umat manusia, sebagai Ibu dan Utusan, dengan sebuah kekuatan yang maha besar untuk membagikan rahmat yang berasal dari karya Penebusan. (Cf. Leo XIII, Enc. Adiutricem, 5 September 1895: Acta, vol. XV, hal. 303)

Paus Pius XII merujuk pada kata-kata yang indah ini pada tahun 1954, ketika memproklamirkan Keratuan Maria Yang Terkudus.


Akankah Paus Francis mau meminta maaf?

Paus Francis telah meminta maaf kepada para penyembah berhala Pachamama ketika replika dari berhala itu dilemparkan ke sungai Tiber. Apakah dia juga akan meminta maaf kepada para devosan Maria, dan terutama kepada Bunda Allah, atas kata-katanya yang tidak masuk akal pada saat pesta Bunda Maria dari Guadalupe?

*****










3 comments:

  1. Lama lama Paus Francis akan mengajarkan bahwa Yesus Kristus tidak lebih dari seorang Nabi, seperti keyakinan umat sebelah.

    ReplyDelete
  2. Bagi saya:Terserah pada paus Francis apa pendapatnya.Bagi saya Bunda Maria adalah betul-betul seperti yang sudah ada dogma gereja.Maaf:Saya pribadi telah merasakan bantuan rahmat dari Bunda Maria.Saya AKAN TETAP mengakui dan menghormati,berdevosi sesuai dogma gereja yang sudah sah melalui konsili.

    ReplyDelete
  3. Begini loh ya, bila ibu seorang presiden aja yg manusia dilecehkan, apakah putranya yg manusia itu (presiden) itu tidak marah???.
    Apakah ibumu francis mau dilecehkan orang???.Entahlah ya mungkin anda mau dan suka kalau ibu anda dilecehkan orang francis.Maaf kalau saya tidak memanggil anda dg sebutan paus, krn anda memang sesungguhnya bukan paus.

    ReplyDelete