SETELAH
MENYEMBAH PACHAMAMA, BERIKUTNYA PAUS FRANCIS MENYANGKAL PERAN BUNDA MARIA
SEBAGAI CO-REDEMPTRIX
December 23, 2019 | Luiz Sérgio
Solimeo
Pada bulan Oktober 2019, paus Francis ikut menghadiri
pemujaan atas dewi berhala ‘Pachamama’
di taman-taman Vatikan di mana dia memberkati
berhala tersebut. Beberapa hari kemudian, berhala itu diarak memasuki Basilika
Santo Petrus. Setelah lima patung tiruan berhala itu dilemparkan ke
dalam sungai Tiber, justru
paus Francis meminta maaf atas peristiwa yang terjadi. Dan kemudian,
pada Misa di Santo Petrus saat perayaan pesta Bunda Maria dari Guadalupe, pada
tanggal 12 Desember 2019, paus Francis mengkritik devosi tradisional kepada
Maria yang biasa dilakukan oleh umat Katolik yang setia.
Dogma-Dogma Baru Tentang Maria Dianggap
Sebagai Sebuah Kebodohan
Berbicara tentang Maria Yang Terkudus, paus
Francis mengkritik gelar-gelar yang diberikan oleh Magisterium Gereja kepada
Maria serta berbagai devosi dan pengabdian umat beriman yang setia yang diberikan
kepada Bunda Allah, dimana paus mengatakan bahwa itu tidak mencerminkan esensi
dari peran Bunda Maria, yang dia perkecil menjadi sekedar ‘ibu’ dan ‘murid.’
Singkatnya, "Maria hanyalah seorang wanita,
Maria hanyalah seorang ibu, tanpa
gelar-gelar penting lainnya."
Paus Francis melangkah jauh dalam kritiknya
terhadap Mariologi tradisional hingga dia menggambarkan permintaan para
kardinal, uskup, imam, dan umat beriman untuk mengesahkan dogma-dogma baru
mengenai Maria sebagai ‘tonteras’
(kebodohan, kekonyolan). Dari konteksnya, kita melihat bahwa paus Francis menganggap
peran Co-Redemptrix dari Maria bisa menjadi sasaran bidikannya.
Paus Francis menentang lima puluh lima orang kardinal
dan 518 uskup yang mengajukan petisi kepada Tahta Suci untuk memberikan gelar
kepada Maria sebagai Co-Redemptrix, di antara mereka ada
anggota Kuria seperti Pedro Cardinal Palazzini, Alphonse Cardinal
Stickler dan M. Luigi Cardinal Ciappi.
Bagi paus Francis, menghormati Maria dengan
gelar itu berarti ‘mencuri’ sesuatu milik Putranya. Tetapi ini adalah sebuah kesalahpahaman
dari agama tetangga.
Di bawah ini kami menyediakan terjemahan bahasa
Inggris dari pernyataan mengejutkan Paus. Kata-katanya dalam bahasa Spanyol
diberikan dalam catatan kaki. Kemudian kami menyajikan teks-teks kepausan dan
teologis tentang Maria Yang Terkudus — terutama tentang peran Co-Redemptrix —
yang sepenuhnya bertentangan dengan penegasan paus Francis.
Kalimat Yang Tak Dapat Dipercaya Dari
Paus Francis
(a) Esensi Maria:
Sebagai Wanita, Ibu, Murid, Tanpa Gelar Esensial Lainnya
“Kesalehan Kristen selama berabad-abad selalu
berusaha memuji [Maria] dengan gelar-gelar baru: Itu adalah gelar kekeluargaan,
gelar kasih dari umat Allah, tetapi gelar-gelar itu sama
sekali tidak menyentuh dirinya sebagai murid wanita.”
“Maria hanyalah
wanita, Maria hanyalah ibu, tanpa gelar-gelar penting lainnya. Gelar-gelar yang
lain — (baca juga Litani Loreto yang berisi banyak gelar bagi Maria) — adalah
gelar dari anak-anak yang pengasih, yang bernyanyi untuk Ibu mereka, tetapi gelar-gelar
itu tidak
menyentuh esensi keberadaan Maria: tetap sebagai wanita dan ibu.”
(b) Maria Tidak
Pernah Mencuri Apa pun Dari Putranya
“Setia kepada Tuannya, yang adalah juga Putranya,
satu-satunya Penebus, Maria tidak pernah ingin mencuri apa pun dari Putranya. Maria
tidak
pernah memperkenalkan dirinya sebagai Co-Redemptrix. Tidak.”
“Maria tidak pernah
mencuri apapun dari Putranya, (tetapi) melayani Yesus karena
dia adalah seorang ibu.”
(c) Maria Telah Membuat Allah sebagai "seekor
anjing kampung"
“Maria menjadi 'pelayan’ bagi umat
manusia dengan cara menjadi Bunda dari semua orang ... Dengan begitu Bunda
Maria menjadikan Tuhan sebagai 'anjing kampung,' Tuhan yang sejati dan Manusia
sejati, Putranya. … Maria menjadikan Tuhan sebagai ‘anjing
kampung.”
(d) Mengusulkan Dogma Baru Bagi Maria
Adalah Kebodohan
"Ketika orang-orang
datang dengan cerita-cerita bahwa kita harus menyatakan Maria sebagai ini atau itu,
dan menyatakannya sebagai dogma, janganlah kalian tenggelam
dalam kebodohan."
Apa Yang Sebenarnya
Diajarkan Oleh Gereja
Bertolak belakang dengan apa yang ditegaskan
oleh paus Francis - bahwa esensi Maria hanya terdiri dari dan menjadi ‘perempuan
dan ibu,’ ‘seorang murid perempuan’ – namun Gereja menyatakan Maria sebagai Bunda Allah, Theotokos, pada Konsili Efesus
tahun 431, Keperawanannya yang Abadi,
pada Konsili Lateran, tahun 649, Maria adalah Yang Dikandung Tanpa Noda, oleh Paus Pius IX, pada tahun 1854, dan Maria
Diangkat ke Surga, oleh Paus Pius
XII, pada tahun 1950.
Dalam memproklamirkan dogma terakhir ini, Paus Pius
XII menegaskan
bahwa "Bunda Allah yang Tak
Bernoda, Bunda Maria yang tetap perawan, setelah menyelesaikan kehidupannya di dunia,
diangkat di dalam tubuh dan jiwanya ke dalam kemuliaan surgawi."
Jika Maria
Yang Terkudus, menurut paus Francis, hanyalah seorang ‘wanita dan ibu,’ hanyalah
seorang ‘murid’ yang biasa saja, lalu apa yang membedakannya dari seorang ibu Kristiani
lainnya yang juga baik? Jika Maria hanyalah seorang ibu yang biasa-biasa saja,
seorang murid Yesus belaka, maka akankah Putranya juga hanya seorang putra yang
biasa-biasa saja? Apakah pengabaian terhadap konsep Keibuan Ilahi dari Maria
ini tidak sekaligus mengabaikan konsep Keilahian Tuhan kita Yesus Kristus juga,
dan sebagai konsekuensinya, mengabaikan konsep Inkarnasi Penebusan?
Sesungguhnya,
Allah telah Mengaitkan Maria Dengan Karya Penebusan Dari Sejak Semula
Dalam Konstitusi Apostolik Ineffabilis Deus (1854) di mana ia memproklamasikan dogma Yang
Dikandung Tanpa Noda, Paus Pius IX menyatakan bahwa ketika Allah menetapkan
Inkarnasi, Dia juga memilih dan menetapkan Bunda Penebus.
“Allah Yang Tak Terhingga… yang telah mengetahui
sebelumnya dari segala keabadian, kesengsaraan dari seluruh umat manusia yang
menyedihkan, yang akan dihasilkan dari dosa Adam, telah menetapkan
… Inkarnasi Sabda… [dan] memilih serta mempersiapkan bagi Putra-Nya yang
tunggal: seorang Ibu yang di dalam dirinya Putra Allah akan berinkarnasi dan
dari siapa, dalam kepenuhan waktu yang diberkati, Dia akan dilahirkan ke dunia
ini.”
Karena itu, Tuhanlah yang menghubungkan
Penebusan umat manusia dengan Keibuan Ilahi. Mereka tidak dapat dipisahkan. Maria,
Ibu Penebus, bersatu dalam karya Penebusan. Itulah sebabnya Paus Leo XIII
mengajarkan bahwa Allah memulai "Penebusan
umat manusia ... melalui Maria."
Dan, Paus Pius IX menyatakan lebih lanjut, bahwa
Bunda Terberkahi dipenuhi dengan rahmat sedemikian rupa sehingga dia melampaui
kesucian dan kesempurnaan dari semua makhluk, dan Maria berada di bawah Tuhan
saja:
“Di atas
semua makhluk, sungguh Allah begitu mengasihi Maria hingga benar-benar di dalam
diri Maria, Bapa sangat berkenan dengan sukacita yang tunggal. Karena itu, jauh
di atas semua malaikat dan semua orang kudus yang begitu menakjubkan, Tuhan memberkati
Maria dengan kelimpahan segala karunia surgawi yang dicurahkan dari
perbendaharaan keilahian-Nya, sehingga ibu ini, yang benar-benar bebas dari
semua noda dosa, yang memiliki semua keadilan dan kesempurnaan, akan memiliki
kepolosan dan kesucian yang penuh, hingga di bawah Tuhan, seseorang bahkan
tidak dapat membayangkan sesuatu yang lebih besar, dan yang di luar Tuhan,
tidak ada pikiran yang dapat
memahami hal ini sepenuhnya.
Peran Maria
Sebagai Co-Redemptrix Adalah Berada Dibawah Dan Tunduk Pada Peran Penebus Dari
Yesus Kristus
Apakah gelar
Co-Redemptrix Maria menegaskan kesetaraan antara Bunda Terberkati dan peran
Yesus dalam Penebusan? Tidak, demikian kata Mgr. Arthur Burton Calkins:
"Dalam bahasa Latin dari mana istilah Co-redemptrix berasal ... artinya :
kolaborasi dan kerja sama Maria dalam penebusan adalah selalu bersifat sekunder,
subordinat, dan bergantung kepada Kristus."
Doktrin Katolik
Sejati tentang Co-Redemptrix
Meskipun hal itu belum ditetapkan sebagai
dogma, peran Co-Redemptrix dari Maria adalah doktrin
Katolik. Sebagai Mariolog besar pastor José A. de Aldama, S.J., telah menyatakan
hal ini lebih dari setengah abad yang lalu dalam risalahnya On the Mother of the Redeemer:
Tesis 9. Perawan Maria yang Terberkati dikaitkan dengan Kristus Sang
Penebus dalam perwujudan karya Penebusan, dan oleh karena itu, ia dinamakan Co-Redemptrix.…
Nilai dogmatis. Tesis ini adalah doktrin Katolik
sejati yang telah terus-menerus diusulkan
selama seabad penuh oleh semua Paus Agung di seluruh Gereja.
Pastor Sisto Cartechini, S.J., menjelaskan makna Doktrin
Katolik sebagai catatan teologis:
"Sebuah proposisi yang diajarkan di seluruh Gereja
Katolik oleh Magisterium dan di semua sekolah Katolik, disebut doktrin
Katolik." (Sisto Cartechini, S.J.,
Dall’Opinione al Domma Valore Delle Note Teologiche (Rome: Edizioni La Civilità
Cattolica, 1953), 39.
Meskipun hanya beberapa Paus yang menggunakan
istilah Co-Redemptrix, namun gagasan ini jelas hadir dalam ajaran mereka,
sebagaimana ditunjukkan oleh teolog Maria yang berwawasan luas ini.
Co-Redemptrix,
Suatu Istilah Yang Digunakan oleh Beberapa Paus
Akan tetapi, beberapa
Paus, tidak hanya mengungkapkan gagasan itu, tetapi juga telah menggunakan
kata Co-Redemptrix. Berikut ini beberapa contoh:
1) Paus Benediktus XV (1914-1922):
Demikian pula dia (Maria)
menderita bersama dengan Putraku yang menderita dan sekarat, dan hampir mati;
demikian pula Maria melepaskan hak keibuannya atas Putranya demi keselamatan umat
manusia, dan untuk meredakan pengadilan Allah, sejauh hal itu layak baginya,
demikian pula dia mengorbankan Putranya, sehingga dapat dikatakan bahwa ia bersama
Kristus menebus umat manusia.
2) Paus Pius XI (1922-1939):
Oh! Bunda Kasih dan Kerahiman,
yang berada dekat dengan Putramu yang manis ketika menyempurnakan penebusan
umat manusia di altar salib, menderita bersama Dia sebagai Co-Redemptrix.
Dari sifat karya-Nya,
Sang Penebus menghubungkan Ibu-Nya dengan karya-Nya sendiri. Untuk alasan ini, kami
menyerukan nama Maria dengan gelar Co-Redemptrix.
3) Paus John Paul II (1978-2005):
Maria, yang dikandung
dan dilahirkan tanpa noda dosa, berpartisipasi dengan cara yang luar biasa
dalam penderitaan Putra ilahinya untuk menjadi Co-Redemptrix
umat manusia.
Ratu Surga
Dalam sebuah pesan radio Vatikan kepada para
peziarah Fatima pada 13 Mei 1946, Paus Pius XII merangkum dengan kata-kata
indah tentang penghargaan yang diberikan kepada Ratu Surga:
Setelah dengan penuh kemenangan memasuki tanah
air surgawi, Perawan yang mulia diangkat melewati hierarki orang-orang yang terberkati
dan paduan suara para malaikat ke atas takhta Tritunggal Mahakudus, yang
mengitari kepalanya dengan tiga mahkota kemuliaan, menghadirkan dia di hadapan pengadilan
surgawi dan ditempatkan di sebelah kanan Raja Abadi dari segala zaman dan
dinobatkan sebagai Ratu alam semesta.
Dan Pengadilan Surgawi melihat bahwa Maria memang
layak menerima kehormatan dan kerajaan, karena dia jauh lebih penuh rahmat,
lebih suci, lebih cantik, lebih dimuliakan daripada orang-orang kudus terbesar
dan para malaikat yang paling agung, baik secara terpisah atau pun bersama-sama; karena Maria secara misterius
berhubungan erat dengan seluruh Tritunggal Mahakudus dalam tatanan persatuan
hipostatik, dengan Dia sendiri yang pada hakikatnya adalah Kemuliaan yang tak
terbatas, Raja segala raja dan Tuhan segala tuhan, maka Maria adalah sebagai Putri
sulung dari Bapa, Bunda dari Sabda yang penuh kasih, dan Mempelai terkasih dari
Roh Kudus. Karena Maria adalah Ibu dari Raja ilahi kepada Siapa Tuhan
memberikan Tahta Daud dan kerajaan abadi di rumah Yakub dari pangkuan ibunya
(Lukas 1, 32-33) dan yang menyatakan diri-Nya, bahwa kepada-Nya Dia diberi seluruh
kuasa di surga dan di bumi. (Mat. 28, 18) Dia, Allah Putra, memancarkan kepada
Ibu Surgawi-Nya segala kemuliaan, keagungan, dan kerajaan dari Keratuannya, karena
Maria selamanya dikaitkan dengan ‘Raja para martir’ (Yesus) dalam karya yang
tak terlukiskan dari Penebusan umat manusia, sebagai Ibu dan Utusan, dengan sebuah
kekuatan yang maha besar untuk membagikan
rahmat yang berasal dari karya Penebusan. (Cf. Leo XIII, Enc.
Adiutricem, 5 September 1895: Acta, vol. XV, hal. 303)
Paus Pius XII
merujuk pada kata-kata yang indah ini pada tahun 1954, ketika memproklamirkan
Keratuan Maria Yang Terkudus.
Akankah Paus
Francis mau meminta maaf?
Paus Francis telah meminta maaf
kepada para penyembah berhala Pachamama ketika replika dari berhala itu
dilemparkan ke sungai Tiber. Apakah dia juga akan meminta maaf kepada para
devosan Maria, dan terutama kepada Bunda Allah, atas kata-katanya yang tidak
masuk akal pada saat pesta Bunda Maria dari Guadalupe?
*****
Lama lama Paus Francis akan mengajarkan bahwa Yesus Kristus tidak lebih dari seorang Nabi, seperti keyakinan umat sebelah.
ReplyDeleteBagi saya:Terserah pada paus Francis apa pendapatnya.Bagi saya Bunda Maria adalah betul-betul seperti yang sudah ada dogma gereja.Maaf:Saya pribadi telah merasakan bantuan rahmat dari Bunda Maria.Saya AKAN TETAP mengakui dan menghormati,berdevosi sesuai dogma gereja yang sudah sah melalui konsili.
ReplyDeleteBegini loh ya, bila ibu seorang presiden aja yg manusia dilecehkan, apakah putranya yg manusia itu (presiden) itu tidak marah???.
ReplyDeleteApakah ibumu francis mau dilecehkan orang???.Entahlah ya mungkin anda mau dan suka kalau ibu anda dilecehkan orang francis.Maaf kalau saya tidak memanggil anda dg sebutan paus, krn anda memang sesungguhnya bukan paus.