MAIKE HICKSON
Orang
kepercayaan Paus Francis mengatakan:
KEWAJIBAN
UNTUK MENGIKUTI MISA HARI MINGGU TIDAKLAH SANGAT DIPERLUKAN, DAN HAL ITU BISA
DIBATALKAN
Uskup Agung Victor Manuel Fernández
mengatakan bahwa 'menjaga jarak sosial dan karantina' meminta umat Katolik
untuk 'menemukan kembali' jati diri mereka.
Tue Apr 28,
2020 - 2:38 pm EST
·
Archbishop Víctor Manuel Fernández
Prensa y Comunicación Arzobispado La Plata
/ Youtube
April 28, 2020 (LifeSiteNews) - Uskup Agung Víctor Manuel Fernández, seorang
‘penulis bayangan’ dan orang kepercayaan pribadi Paus Francis, mengatakan dalam
sebuah wawancara baru-baru ini, bahwa ajaran Gereja Katolik yang menganjurkan umat
pergi ke gereja pada hari Minggu dan pada Hari-hari Suci yang diwajibkan “tidaklah
sangat diperlukan karena ia bisa saja dibatalkan."
Pada saat yang sama, Fernández juga menyebutkan
tentang Sakramen Tobat, dengan mengatakan bahwa “sakramen itu telah banyak
berubah selama berabad-abad,” dimana disini dia menyiratkan kemungkinan adanya perubahan
sehubungan dengan Sakramen ini juga.
Berbicara dengan outlet berita Spanyol Religión Digital dalam laporan 27
April 2020, Uskup Agung La Plata Argentina itu merefleksikan situasi Gereja
Katolik dalam kaitannya dengan coronavirus. Outlet berita itu menggambarkan
uskup ini, yang dianggap sebagai penulis utama di balik dokumen
kontroversial dari Paus, Amoris Laetitia, sebagai ‘sangat dekat dengan
pemikiran Paus Francis.’
Uskup Argentina itu berkomentar tentang
beberapa Sakramen dalam Gereja Katolik. Setelah pertama kali dia menyatakan
bahwa, karena periode panjang dari tindakan "menjaga jarak sosial dan
karantina," maka kita akan diminta "untuk menemukan kembali jati diri
kita," dia menambahkan: "Saya tidak tahu bagaimana Paus Francis akan
melakukannya karena dia telah berusaha begitu banyak dalam hal kedekatan
jasmani." Tentang ‘struktur dari era yang lain’ yang terjadi saat ini,
kita belum tahu ‘apa yang akan menjadi penggantinya.’ Salah satu ‘penggantian’ itu
mungkin ada hubungannya dengan Sakramen. Jadi menurutnya, beberapa Sakramen
musti diganti atau dirubah.
Berkenaan dengan pertanyaan apakah Sakramen
Ekaristi dan Sakramen Tobat perlu ‘direvisi,’ kata Fernández - setelah dia bersikeras
bahwa misa-misa online ‘hampir merupakan kontradiksi dalam hal tata caranya sehubungan
dengan misteri Inkarnasi – namun kemudian dia mengatakan bahwa kewajiban untuk
pergi ke Misa pada hari Minggu dan hari-hari yang diwajibkan lainnya tidaklah sangat diperlukan dan ia adalah sesuatu yang bisa dibatalkan.
Kewajiban Misa hari
Minggu adalah salah satu dari Enam Ajaran Gereja Katolik.
Perintah Hari Minggu
Katekismus 2180. Salah satu perintah Gereja menjabarkan dengan lebih
rinci hukum Tuhan; "Pada hari Minggu dan pada hari-hari pesta wajib
lainnya orang beriman berkewajiban untuk ambil bagian dalam misa" (CIC,
can. 1247). "Perintah untuk ambil bagian dalam misa dilunasi oleh orang
menghadiri misa di mana pun misa itu dirayakan menurut ritus Katolik, entah
pada hari pesta sendiri atau pada sore hari sebelumnya" (CIC, can. 1248,
1).
Katekismus 2181. Perayaan Ekaristi pada hari Minggu meletakkan dasar
untuk seluruh kehidupan Kristen dan meneguhkannya. Karena itu umat beriman berkewajiban untuk mengambil bagian
dalam perayaan Ekaristi pada hari-hari pesta wajib, sejauh mereka tidak
dibebaskan oleh alasan yang wajar (umpamanya sakit, perawatan bayi) atau diberi
dispensasi oleh pastornya. Barang siapa
melalaikan kewajiban ini dengan sengaja, melakukan dosa berat.
Tidak pergi ke
Misa Kudus pada hari Minggu atau pada Hari-hari Suci kewajiban, tanpa alasan
serius, bagi umat Katolik adalah dosa besar. Bagi banyak umat Katolik, Misa pada hari Minggu sering kali merupakan
satu-satunya peristiwa dalam minggu itu di mana orang-orang berhubungan dengan
para imam mereka dan dengan Sakramen-sakramen dan ajaran Gereja.
Fernández menambahkan bahwa "bentuk
Sakramen Tobat telah banyak berubah selama berabad-abad" dan bahwa bentuk
saat ini "hanya salah satu yang mungkin."
Mengenai Ekaristi Kudus – dimana jika tanpa hal
itu "Gereja tidak dapat dipahami" - wali gereja ini menunjukkan bahwa
ada "cara –cara yang berbeda" mengenai tempatnya: "orang dapat
menafsirkannya hanya dengan cara ritualistis atau sangat intim, atau orang
dapat memahaminya sebagai sumber persekutuan dan komitmen persaudaraan. "
Dalam Ekaristi, dia melanjutkan, "Firman Tuhan sendiri mencapai
efektivitas maksimumnya."
Fernández sama sekali tidak menyebutkan di sini
bahwa Ekaristi Kudus adalah Tubuh,
Darah, Jiwa, dan Keilahian Yesus Kristus yang sesungguhnya, yang dipersembahkan kepada Allah Bapa di
setiap Kurban Kudus Misa demi pengampunan dosa. Seorang Katolik tidak boleh menganggapnya
sebagai "cara ritualistis belaka."
Penasihat kepausan ini juga menegaskan bahwa
Paus Francis, dengan dokumen post-sinode yang baru, Querida Amazonia, ingin
“memberdayakan kaum awam dan untuk berhenti menyatukan peran imamat dan
kekuasaan dengan begitu erat.” Paus Francis, menurut prelatus ini, berharap
“untuk 'membagikan kekuasaan melalui pelayanan dan fungsi baru bagi umat awam 'yang
dianugerahi dengan wewenang.' ” Uskup Agung Fernández menyesalkan bahwa
orang-orang belum menerima proposal kepausan ini dan bahwa “tidak ada upaya
serius yang dilakukan di sepanjang garis kebijakan ini."
Lebih jauh, dia berbicara tentang fakta bahwa
di wilayahnya, bahkan sebelum muncul krisis korona, “Ada kehilangan minat pada
upacara-upacara pemakaman. Sedikit demi sedikit prosesi pemakaman menghilang, doa-doa
dipersingkat atau dihilangkan, banyak orang tidak lagi pergi ke kuburan untuk mendoakan
saudara-saudara mereka, beberapa hanya membuang abu dengan melemparkannya ke sungai."
“Tetapi di luar kepentingan obyektif yang dapat
dikaitkan dengan ritual pemakaman, apakah dinamika ini benar-benar positif?
Apakah itu membantu proses berkabung yang sehat?” Krisis saat ini mungkin,
tambahnya, menjadi alasan untuk dilakukan evaluasi ulang terhadap sakramen-sakramen.
Fernández menekankan bahwa selama krisis corona
ini, Gereja di wilayahnya telah meningkat sekarang dalam hal tindakan belas
kasih yang bersifat fisik, bahkan membuka kembali beberapa kantor Caritas demi
menawarkan bantuan kepada mereka yang sekarang menderita di bawah tekanan kemiskinan.
Dia menjelaskan bahwa orang-orang sekarang meminta bantuan Gereja, yang tidak
akan melakukannya dalam keadaan yang berbeda. Bagi dia, adalah penting bahwa
Gereja menunjukkan dirinya "sangat rendah hati," dan dia menambahkan
bahwa "dalam situasi seperti ini, kita tidak boleh berbicara terlalu
banyak." Dengan kata lain, dia
tampaknya menekankan Gereja yang membantu
orang miskin tetapi tidak terlalu banyak mengangkat suara moral atau
teologisnya di masa-masa sulit ini. Gereja hendaknya “berhati-hati, rendah
hati, dan sekaligus kolaboratif dan murah hati.”
Uskup ini telah menjadi klerus yang
kontroversial selama bertahun-tahun. Antara lain, dia telah menulis buku tentang "seni
berciuman," yang bisa dikategorikan sebagai buku porno, ketika menjadi
rektor Universitas Katolik Kepausan Argentina dan dia juga orang kepercayaan
dekat Paus Francis. Beberapa pernyataannya yang bertentangan dengan doktrin
moral dan sakramental Katolik diketahui telah ditemukan tercantum di dalam Amoris
Laetitia.
*****
ayo daftarkan diri anda di a*g*e*n*3*6*5 :D
ReplyDeleteWA : +85587781483