SHUTTERSTOCK.COM
'Great Reset' (Penyetelan Ulang) adalah merupakan serangan radikal terhadap kebebasan dan nilai-nilai Kristiani
Mon Nov 2, 2020 - 11:26 am EST
2 November 2020 (LifeSiteNews) - Salah satu ancaman terbesar terhadap
kebebasan dan iman Kristiani yang muncul dari krisis virus korona ini adalah “Great
Reset,” sebuah inisiatif dari sayap
kiri untuk "mengubah semua aspek masyarakat dan ekonomi
kita."
Uskup Agung Carlo Maria Viganò secara khusus
memperingatkan tentang Great Reset ini dalam surat
terbarunya kepada Presiden Donald Trump, dan menyebutnya sebagai
"konspirasi global melawan Tuhan dan kemanusiaan."
The Great Reset ini dipelopori oleh Forum Ekonomi Dunia, atau
WEF, yang dikenal sebagai tuan rumah KTT tahunan di Davos, Swiss, yang mengumpulkan
ribuan elit global. Ini, sebagian besar, merupakan ciptaan
pendiri WEF, Prof. Klaus Schwab, dan diumumkan
pada bulan Juni lalu dalam pertemuan virtual yang diselenggarakan bersama
olehnya dan Pangeran Charles dari Inggris. Acara ini menampilkan para pendukung
terkenal, seperti Sekretaris Jenderal PBB Antonio Gutteres, Direktur Pelaksana
IMF Kristalina Georgieva, dan CEO Mastercard dan BP.
Pada bulan Juni, Prof. Klaus Schwab menjabarkan
dengan tegas, misi dari Great Reset, yaitu untuk merevolusi ekonomi global dan
secara permanen membatasi kebebasan era pra-virus korona.
Karena COVID-19 mewakili "krisis yang
berbeda dari yang lain," katanya, "itu juga membutuhkan tanggapan
yang tidak ada duanya."
“The
Great Reset akan mengharuskan kita untuk mengintegrasikan semua pemangku
kepentingan masyarakat global ke dalam komunitas yang memiliki kepentingan,
tujuan, dan tindakan yang sama.”
“Setiap negara, dari Amerika Serikat hingga
Cina, harus berpartisipasi, dan setiap industri, dari minyak dan gas hingga
teknologi, harus diubah,” desak Schwab. Ketidakberlanjutan sistem lama kita
harus benar-benar dibuang.
Pemerintah-pemerintah nasional perlu
"mengarahkan pasar ke arah hasil yang lebih adil," demi keberhasilan Great
Reset ini, merombak kebijakan pajak domestik dan perjanjian perdagangan, demikian
kata Schwab menjelaskan.
Perusahaan-perusahaan harus
memiliki "pedoman yang lebih jelas," yaitu, yang sudah dihasilkan dan
disepakati melalui WEF, yang mengukur perusahaan berdasarkan metrik seperti
keragaman etnis dan dampak iklim.
Industri energi, khususnya, membutuhkan
metamorfosis yang mendekati total. Menurut Schwab, “perubahan iklim bisa
menjadi bencana global berikutnya dengan konsekuensi yang lebih dramatis bagi
umat manusia. Kita harus mendekarbonisasi ekonomi dalam waktu singkat yang
tersisa."
Industri perbankan dan keuangan adalah target
utama lainnya, seperti proposal Direktur IMF, Georgieva, bagi negara-negara bagian, untuk secara paksa
menghentikan pembayaran oleh bank kepada pemegang saham mereka.
Singkatnya, Great
Reset memerlukan tidak kurang dari perubahan global menjadi
"kapitalisme pemangku kepentingan," sebuah kerangka ekonomi yang sangat
mirip dengan rencana Senator Bernie Sanders dan Elizabeth Warren.
Tidak mengherankan, pemerintah Cina turut andil
dalam inisiatif ini. Cina diwakili pada pertemuan awal oleh Ma Jun, ketua
Komite Keuangan Hijau Cina dan anggota Kongres
Rakyat Nasional. Ma mendorong “peraturan lingkungan yang ketat” dan proporsi
yang lebih tinggi dari “proyek-proyek hijau” yang dikelola negara “daripada
sebelumnya dalam sejarah.”
Bersama dengan Ma, perwakilan lebih dari
selusin negara telah bergabung dalam acara-acara
yang mendukung Great Reset. Forum Ekonomi Dunia bahkan mengklaim adanya "stempel"
(dukungan) paus Francis pada Great Reset, dengan mengutip kecaman Fratelli
Tutti dan Paus atas "dogma iman neoliberal." Paus Francis telah
mengirim pidato ke Forum ini empat
kali dalam delapan tahun masa kepausannya dan mengizinkan pertemuan
tahunan Vatikan di Davos.
Meskipun Prof. Klaus Schwab dan rekan-rekannya
mengutip krisis COVID-19 sebagai pembenaran utama untuk perubahan radikal yang
mereka inginkan, mereka juga memakai virus ini sebagai senjata untuk memaksa
penyerahan diri masyarakat luas. "Kita memiliki kesempatan emas untuk
meraih sesuatu yang baik dari krisis ini --- gelombang kejut yang belum pernah
terjadi sebelumnya mungkin membuat orang lebih mudah menerima visi perubahan
yang besar," kata Pangeran Charles.
Silakan baca juga
ini:
Majalah
Time mengumumkan 'The Great Reset' untuk membawa masuk sosialisme dunia
Selain ‘kapitalisme pemangku kepentingan,’ visi
besar dari Great Reset mencakup serangan
langsung terhadap unit keluarga. Selain hal-hal seperti "Samudra"
dan "Baterai," salah satu tema
utama Penyetelan Ulang (Great Reset) adalah "Penyertaan LGBTI."
Sejak Juni lalu, Forum Ekonomi Dunia telah menerbitkan
artikel-artikel seperti “Penyetelan Ulang Hebat: Mengapa inklusi LGBT+ adalah
rahasia kesuksesan kota-kota pasca pandemi” dan “Mengapa menjadi sekutu
(menyetujui) LGBT+ dapat mengubah kehidupan -- termasuk kehidupan Anda.” Dengan
Microsoft dan Pepsi, mereka meluncurkan
program selama musim panas yang disebut "Hour
of Pride" untuk menyebarkan "inklusi LGBTQI+ selama krisis
COVID-19."
The Great Reset hampir tidak diragukan lagi
akan menyerang bayi-bayi yang belum
lahir serta kesucian hidup manusia. Forum Ekonomi Dunia bukanlah teman
hidup, setelah ia mengkritik
keputusan pemerintahan Trump untuk mengaktifkan kembali Kebijakan Mexico City (sekarang disebut Melindungi Kehidupan dalam Kebijakan Kesehatan Global), yang
memblokir sebagian besar pengeluaran dana AS untuk aborsi di luar negeri.
Selain itu, Forum tersebut berjanji pada September lalu untuk memajukan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) PBB, dan baru-baru ini mengadakan pertemuan puncak yang berfokus pada penggunaan Great Reset untuk memenuhi program SDGs. Termasuk dalam sasarannya adalah "akses universal kepada layanan perawatan kesehatan reproduksi dan seksual." Beberapa badan PBB, seperti Organisasi Kesehatan Dunia, yang bermitra dengan WEF, telah menjelaskan bahwa aborsi harus dipahami sebagai yang dimaksud dalam dua kategori terakhir tersebut. (Akses universal kepada layanan perawatan kesehatan reproduksi dan seksual.)
Vaksin Dan 'Identitas Digital Untuk Setiap Orang Di Planet Ini'
Fitur yang cukup mengganggu lainnya, yang
mungkin terkait dengan Great Reset, termasuk identifikasi digital massal dan
vaksinasi COVID-19. "Identitas Digital" dan "Vaksinasi"
adalah tema penting dari Great Reset, dan Forum Ekonomi Dunia telah mendukungnya
melalui sejumlah program.
Sejak Juli, Forum ini telah bekerja untuk
mengembangkan kartu
kesehatan digital yang digunakan untuk memverifikasi status uji virus
corona pada para pelancong. Proyek ini, CommonPass,
(atau Tiket Bersama) diluncurkan
bekerja sama dengan perwakilan dari 37 pemerintah dan pada akhirnya berupaya
menyediakan "model standar global" untuk tiket COVID-19.
CommonPass juga berencana untuk memasukkan status
vaksinasi di masa depan, yang akan membantu secara efektif mengamanatkan vaksin
COVID-19 dengan memberdayakan maskapai-maskapai penerbangan untuk mengharuskan imunisasi
untuk setiap perjalanan.
Uji coba telah dimulai tiga minggu lalu pada
penerbangan United Airlines dan Cathay Pacific, dengan observasi oleh Pusat
Pengendalian Penyakit dan Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan A.S.
WEF memimpin proyek ID
digital lainnya, Platform for
Good Digital Identity, yang “mendorong aktivitas global menuju identitas
digital yang kolaboratif dan mengutamakan kepentingan pengguna.”
Di antara para mitra tersebut adalah Bill and
Melinda Gates Foundation, Mastercard, dan raksasa farmasi GlaxoSmithKline.
Salah satu kolaboratornya adalah ID2020, lembaga nonprofit yang didukung oleh PBB dan
beberapa mitra Great Reset. ID2020 mempromosikan tiket
COVID-19, seperti WEF, dan bercita-cita
"untuk memungkinkan akses kepada identitas digital bagi setiap orang di
planet ini," dengan vaksinasi sebagai "pintu
masuk" yang potensial. Grup ini didirikan,
sebagian, melalui Forum Ekonomi Dunia (WEF) dan mengakui WEF sebagai pendukung
awal.
Mengenai vaksin virus corona, Schwab berspekulasi bahwa
"kembali sepenuhnya kepada keadaan 'normal' tidak dapat dibayangkan, sebelum
vaksin itu tersedia" dan bahwa orang mungkin "harus divaksinasi
setiap tahun" untuk melawan virus ini.
"Rintangan baru," katanya,
adalah "memvaksinasi cukup banyak orang ... meskipun para penentangnya, anti-vaxxers
terus meningkat." Untuk itu, Forum Ekonomi Dunia meluncurkan kampanye
pro-imunisasi yang disebut VIEW, yang menarget orang-orang
yang menjadi "ancaman utama" dari "penolakan terhadap vaksinasi."
Forum ini juga telah berulang kali berfungsi
sebagai wadah untuk mempromosikan
COVAX, program distribusi vaksin PBB, yang dijalankan oleh WHO, yang
bertujuan untuk mengedarkan dua miliar dosis vaksin COVID-19 pada tahun 2021.
COVAX dipimpin oleh Gavi dan CEPI, dua mitra WEF lainnya, keduanya telah diluncurkan
pada KTT Davos.
Baik dalam hal penentuan nasib sendiri secara ekonomi, kebebasan dari ideologi LGBT, atau kebebasan pribadi yang mendasar, Great Reset menimbulkan bahaya yang ekstrem bagi masyarakat bebas di dunia. Skema yang sepenuhnya tidak demokratis, sentralisasi yang agresif, dan menjajakan dosa ini, "memiliki Setan di pihaknya," demikian kata Uskup Agung Viganò dalam pidatonya.
Namun demikian, seperti yang diingatkan oleh Uskup Agung Viganò kepada umat Kristiani, "Ketidakmanusiawian yang meratakan proyek kaum globalis ini akan hancur total di hadapan penentangan yang tegas dan berani dari anak-anak Terang."
Jika kita bersama dengan Tuhan Yang Mahakuasa dan Perawan Tersuci, yang akan meremukkan kepala si Ular tua, siapakah yang bisa melawan kita?
*****
ID2020: Apa Yang Diperlukan
Bagi Identitas Digital Pada 2020?
Big
Pharma Dan Microsoft Bergabung...
Elit
Global Akan Menghancurkan Kita Dalam Penyetelan Ulang (Reset) Besar
Hanya
Dengan Kembali Kepada Doktrin Dan Iman Tradisionil, Gereja Bisa Diselamatkan
Seorang
Teman Francis, Homosex, Berkata Tentang ‘Taktik Gelombang Dari Francis’
No comments:
Post a Comment