Elit Global Akan Menghancurkan Kita Dalam Penyetelan Ulang (Reset) Besar
Temukan
sistem politik baru kita: Anarcho-Tirani.
By JOHN ZMIRAK Published on October 31, 2020
John Zmirak
Pada hari Jumat
saya membantu menyiapkan pidato peringatan
mengerikan dari Uskup Agung Carlo Maria Vigano, yang dimuat di The
Stream. Sebagian darinya menyebabkan rasa dingin yang tidak wajar ke
seluruh tulang belulang saya. Jika Anda belum membacanya, Anda harus
membacanya. Seperti yang Anda lakukan, ingatlah bahwa ini bukanlah ramalan oleh
seorang mistikus soliter yang cenderung memperhatikan penglihatan-penglihatan supernatural.
Penulisnya adalah seorang diplomat profesional, yang mewakili Gereja Katolik di
Washington, D.C., selama bertahun-tahun. Seorang pria dengan ucapan-ucapan yang
terukur dengan benar.
Jika Anda
mengenal saya, Anda pasti sudah menyadari bahwa saya adalah orang yang percaya,
paling tidak, pada peristiwa apokaliptik di dunia. Saya secara konstitusional bersikap
skeptis terhadap berbagai macam keajaiban, suara-suara, dan tanda-tanda. Saya
sepenuhnya berharap bahwa dunia akan terus berjalan meluncur, tanpa terelakkan,
ke dalam keadaan biasa-biasa saja, selama ribuan tahun yang akan datang. (Hal itu
mungkin karena masa lalu diri saya yang tumbuh dan dibesarkan di New York City
selama tahun 70-an.)
Beberapa tahun
yang lalu saya menulis sebuah esai lucu
yang menusuk orang-orang yang lapar akan keajaiban-keajaiban dan tampaknya
mendambakan “Zaman Akhir,” karena saya menuduh mereka “memerah susu sapi kiamat.”
Saya mengisyaratkan bahwa tulisan saya itu berbicara tentang iman yang goyah, dan
sangat membutuhkan bukti.
Kepanikan Karena Virus Dan Kaum Elit Yang Sinis
Dengan mengingat
hal itu, saya terus terang merasa khawatir. Saya khawatir bahwa banyak orang,
kelompok, dan institusi paling kuat di Barat telah melewati sebuah titik
kritis. Saya pikir mereka telah menjual jiwa mereka, dan terus terang:
kehilangan akal. Kepanikan virus terbukti cukup untuk mematahkan keterikatan
terakhir mereka dengan kenyataan. Yang lain melihatnya secara sinis, sebagai
dalih untuk akhirnya bertindak berdasarkan ide-ide dingin dan tidak manusiawi
yang telah mereka mainkan selama beberapa dekade.
Saya tidak akan
mengandalkan pesan berkode dari sumber-sumber yang diduga dari "orang
dalam." Saya tidak mempercayai rumor, petunjuk, atau rahasia yang
meragukan. Pengaturan Ulang (reset) Besar yang diperingatkan oleh Uskup Agung
Vigano dalam suratnya adalah rencana
nyata. Upaya itu didukung oleh ribuan jutawan dan miliuner yang haus
kekuasaan. Pusat kekuatan internasional, seperti Forum Ekonomi Dunia,
juga telah mendukungnya. Para pendukungnya menjalankan iklan yang mempersiapkan
orang-orang untuk menerimanya. Seperti yang dibawah ini.
Poster-poster
propaganda seperti ini, yang menjanjikan untuk melucuti hak asasi manusia yang
paling dasar - yaitu, properti
- akan membuat darah Anda mendidih. Jika tidak, Anda mungkin sudah mati.
Setidaknya mati di bagian dalam, dilubangi, dipukuli, sangat ditakut-takuti
dengan virus musiman dan terikat pada kehidupan duniawi ini sehingga Anda sudah
dilatih sebagai budak. Itu telah terjadi di seluruh negara Barat yang pernah
bebas, seperti Selandia Baru. Negara itu baru saja memilih kembali, dengan kemenangan
secara telak, seorang pemimpin sayap kiri fanatik, yang mengubah seluruh tempat
disana menjadi kamp penjara medis, dan sekarang berjanji untuk memberlakukan
undang-undang (yang mengesahkan) eutanasia.
Jangan Menyia-Nyiakan Sebuah Krisis
Majalah arus
utama kanan-tengah, National Review, dengan bijaksana telah melaporkan
tentang apa yang dibutuhkan oleh Great Reset ini. Tidak perlu
membesar-besarkan apa pun pada saat ini. Forum Ekonomi Dunia, dan pemerintah-pemerintah
serta perusahaan-perusahaan bernilai miliaran dolar yang mengikuti langkahnya,
tidak memiliki pemikiran yang sederhana. Mereka menggunakan virus Cina sebagai
dalih – dan karena ‘senjata’ isu perubahan iklim tidak cukup berhasil – maka kemudian
mereka mengusulkan ‘perubahan besar-besaran’ atas kehidupan manusia di bumi:
Dunia harus
bertindak bersama dan cepat untuk mengubah semua aspek kehidupan masyarakat dan
ekonomi kita, dari pendidikan hingga kontrak sosial dan kondisi kerja. Setiap
negara, dari Amerika Serikat hingga Cina, harus berpartisipasi, dan setiap
industri, dari minyak dan gas hingga teknologi, harus dirubah. Singkatnya, kita
membutuhkan sebuah "Great Reset" atas paham kapitalisme.
Seperti yang
diamati oleh Andrew Stuttaford, WEF (Forum Ekonomi Dunia) secara terbuka
mengakui bahwa mereka telah terinspirasi untuk merebut kekuasaan yang lebih
ambisius melalui kepatuhan kita yang pemalu dan patuh dalam menghadapi
penguncian wilayah karena virus. Dengan kata-kata WEF sendiri:
Salah satu
lapisan perak dari pandemi ini adalah menunjukkan betapa cepatnya kita dapat
membuat perubahan radikal pada gaya hidup kita. Hampir seketika, krisis ini
telah memaksa dunia bisnis dan individu untuk meninggalkan praktik yang telah
lama diklaim penting, dari kegiatan ‘sering melakukan perjalanan udara hingga
bekerja di sebuah kantor.’
Apakah Anda mengerti?
Para miliarder dan insinyur sosial yang terkait dengan Forum Ekonomi Dunia
melihat jutaan pekerjaan yang hilang, nyawa yang hancur, pemeriksaan kanker
yang tertunda, toko-toko yang tutup, dan peluang usaha yang hilang akibat
penguncian wilayah yang sia-sia. Dan disini mereka melihat adanya peluang.
Mereka melihat kita sebagai anjing yang dicambuk, meringkuk, siap untuk
menjalani babak baru ‘pelatihan keengganan.’ Apakah jenis ‘perubahan radikal
pada gaya hidup kita’ lainnya yang ada dalam pikiran orang-orang ini?
Dengan Dalih Virus Untuk Melakukan Tindakan Fasis
Akankah gereja-gereja
kita, yang ditutup dengan tergesa-gesa, akan dibuka kembali? Akankah gubernur
negara-negara bagian di Amerika Serikat akan terus memegang kekuasaan seperti
dewa atas aktivitas dan mata pencaharian warganya - bahkan saat mereka jelas-jelas
merawat pasien di panti jompo? Uskup Agung Vigano memperingatkan
langkah-langkah spesifik yang dia lihat dalam waktu dekat mendatang:
Melepaskan
properti pribadi dan mematuhi program vaksinasi terhadap Covid-19 dan Covid-21
yang dipromosikan oleh Bill Gates, dengan kolaborasi kelompok-kelompok perusahaan
farmasi utama. Di luar kepentingan ekonomi besar yang memotivasi para pendukung
Great Reset, pengenaan vaksinasi akan disertai dengan persyaratan paspor
kesehatan dan ID digital, dengan konsekuensi: pelacakan kontak atas populasi
seluruh dunia. Mereka yang tidak bersedia menerima tindakan ini akan dikurung
di kamp penahanan atau ditempatkan di bawah tahanan rumah, dan semua aset
mereka akan disita.
Selandia Baru, negara demokrasi berbahasa Inggris, sudah
membangun kamp-kamp
semacam itu. Di New York City, pemerintah mentolerir
kerusuhan anarkis yang kejam. Tapi mereka mengirim polisi untuk mengancam dan menarget umat beriman Yahudi Ortodoks. Pemerintah di negara-negara bagian ‘biru,’ telah menangguhkan hak Amandemen Pertama kita, yaitu hak untuk beribadah dan berkumpul secara bebas, dan secara selektif mengizinkan kerusuhan jalanan oleh para preman terorganisir yang memiliki ideologi yang sama. Laura Ingraham dari
Fox News memperringatkan bahwa:
Begitu
pula, pemerintah-pemerintah lokal pernah membiarkan kelompok orang berkemeja coklat
Nazi meneror lawan mereka, namun mereka hanya mengirim polisi untuk menangkap
korbannya jika mereka melawan. Para "antifasis" ini memang
mempelajari pelajaran sejarah. Mereka mempelajari buku pedoman Nazi, dan
mengadopsinya.
Dan jika Anda
berbicara? Jika perlawanan terhadap tindakan inkonstitusional mulai populer?
Para ahli akan melaporkan "lonjakan kasus COVID" yang berbahaya, dan
mengandalkan kepanikan publik untuk membungkam para pencemooh.
Sistem Pemerintahan Baru Kita: Anarko-Tirani
Ideologi dan metode pemerintahan yang baru dan jelek telah menghadang kita. Namanya Anarcho-Tirani. Untuk menghukum musuh-musuhnya, menenangkan teman-temannya, dan merampok banyak sekali kekayaan, sistem ini membiarkan perusuh membakar dan menjarah seluruh kota. Para polisi mundur, seolah-olah mereka tidak ada, seolah-olah kota itu tidak memiliki pemerintahan yang terorganisir.
Silakan melihat ini:
Membekali Umat Kristiani untuk Berpikir Secara Jernih Tentang Masalah Politik,
Ekonomi dan Moral Zaman Kita.
Tetapi apakah
warga negara seperti Kyle Rittenhouse boleh menggunakan
kekerasan untuk membela diri atau tetangga mereka? Seluruh kekuatan pemerintah akan
membanting mereka seperti sepatu bot. Warga negara akan menghadapi dakwaan
pembunuhan karena membela diri. Atau mereka akan diganggu dan dianiaya hingga
bunuh diri, seperti Jake Gardner.
Polisi ada bukan untuk menjaga ketertiban dan melindungi hak-hak individu,
tetapi untuk melanggengkan kekacauan dan membuat rakyat tidak berdaya. Untuk
menjaga geng penjarah dan preman duduk manis di kursi pengemudi.
Saat Anda
membaca ini, toko-toko di ibu kota negara kita semua akan berjaga-jaga ketat,
dengan antisipasi akan terjadi kerusuhan di wilayahnya jika hasil pemilu tidak
menyenangkan orang-orang yang mendukung Global Reset. Jika kita salah memilih,
kita akan dihukum, dan mereka akan menggunakan polisi kita untuk menahan kita,
sementara para perusuh dibiarkan merampok kota kita.
Itu adalah
taruhannya bagi hari Selasa depan, teman-temanku, dan juga di masa mendatang.
Semoga Tuhan Yang Mahabaik menolong kita semua.
John Zmirak is a senior editor at The Stream, and author or co-author of ten books, including The Politically Incorrect Guide to
Immigration and The Politically Incorrect Guide to
Catholicism. He is co-author with Jason Jones of “God, Guns, & the Government.”
*****
Rencana
100 Tahun Dari Masoneria
Uskup
Agung Viganò melihat bukti 'bahwa akhir zaman...
Sebuah
senjata yang ampuh: 15 kutipan tentang Rosario Kudus
17
Alasan Mengapa Kaum Kiri Membenci Iman Katolik