A. Ralph Epperson
Bab 25
Tingkat ke 33
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, beberapa penulis
Masonik yang paling dihormati telah dianugerahi gelar kehormatan ke-33. Itu
termasuk tiga penulis yang paling banyak dikutip dalam penelitian ini: Albert
Pike, Albert Mackey, dan Manly P. Hall.
Hall
telah menginstruksikan kepada para pembacanya betapa pentingnya tingkat ke-33
itu: "Secara filosofis, tingkat Tiga Puluh Tiga Ritus Kuno dan ‘the Accepted Scottish Rite’ mewakili
tempat perlindungan yang paling dalam dari mistik Masonik." (495)
Tingkat
33 dikabarkan merupakan lingkaran terkecil dari keseluruhan Pondok Masonik,
memiliki jumlah anggota paling sedikit di dalam Pondok. Dipercaya oleh banyak
orang bahwa di sinilah kekuatan tertinggi berada. Bahkan, Dewan Tingkat ke-33,
yang tinggal di Washington D.C., mengklaim sebagai Dewan Ibu Dunia, dan
Yurisdiksi Ibu Dunia.
Salah
satu alasan mengapa tingkat ini begitu penting adalah karena kelihatannya ia memiliki
pengetahuan tentang rahasia akhir kaum Mason. Bahkan, kandidat yang menerima
gelar ke-32 diberitahu bahwa "dia masih belum mencapai cahaya." (496)
Salah
satu simbol yang menjelaskan kebenaran dari Mason tingkat ke-33 adalah simbol
dari tingkat ini yang berupa burung Phoenix.
Kamus mendefinisikan burung Phoenix sebagai mitos Mesir,
burung cantik, satu-satunya yang hidup di gurun Arab selama 500 tahun dan
kemudian membakar diri, bangkit kembali dari abu untuk memulai kehidupan
panjang yang lain.
Burung Phoenix secara dramatis digambarkan pada sampul buku
Albert Pike berjudul, MORALS AND DOGMA.
Dan gambar itu juga muncul di sampul pamflet yang diedarkan oleh para Mason
tingkat ke-33. Ini adalah objek perhiasan yang dikenakan di leher oleh para
Mason tingkat 33.
Kaum
Mason tahu arti simbol itu.
Manly
P. Hall memberi tahu pembacanya bahwa: "Phoenix (burung) adalah simbol
dari ‘Lahir kembali ke dalam Kebijaksanaan.’ (497) Dan bahwa: "burung
phoenix dianggap suci bagi matahari ..." (498) Jadi burung Phoenix adalah
simbol matahari, dan kelahiran kembali manusia ke dalam agama baru: agama di
mana kebijaksanaan dan akal (penalaran) menjadi dewa.
Orang
lain dalam tulisan-tulisan mereka telah mengindikasikan bahwa mereka juga
memahami simbologi Phoenix. Fred Gittings, dalam bukunya yang berjudul, SECRET SYMBOLISM IN OCCULT ART, menulis
ini: "…burung phoenix akan hidup selama lima ratus tahun; di akhir usianya
ia membangun sendiri sarang yang terbuat dari rempah-rempah berharga. Ketika sarang
itu selesai, Phoenix menyanyikan lagu sedih dan kemudian mengepakkan sayapnya
untuk mengatur sarangnya di atas api.
Burung
itu segera terbakar menjadi abu, dan dari sisa pembakaran massa karbon ini
secara ajaib ia muncul untuk menghidupkan phoenix baru.
... kita bisa melihat di dalamnya (mitos ini) adanya ide-ide
tertentu yang pasti menarik bagi mereka (kaum okultis). Dari abu material yang
terbakar di sana bisa memunculkan kehidupan baru."
...
phoenix ... terkait dengan Matahari ... " (499)
Burung
phoenix melambangkan kelahiran kembali, tidak hanya dari seorang individu di
dalam agama Masonik tetapi juga dari peradaban baru yang timbul dari abu yang
hancur. Menurut simbol ini, dunia telah dihancurkan oleh ajaran agama Tuhan,
dan segera setelah keyakinan ini dihilangkan dari dunia, sebuah peradaban baru
akan dibangun di atas agama baru. Agama baru itu akan dibangun berdasarkan
keyakinan pada penggunaan akal manusia tanpa batas.
Tampaknya
inilah menjadi arti sebenarnya dari burung Phoenix yang digunakan sebagai
simbol oleh para Mason tingkat ke-33.
Tetapi
ada satu lagi rahasia Ordo Masonik dan itu diajarkan kepada para inisiat
tingkat ke-33.
Penjelasan
rahasia terakhir ini adalah salah satu yang tidak tersedia untuk 32 derajat
lainnya. Tampaknya rahasia ini hanya diisyaratkan pada tingkat-tingkat lain,
tetapi sebenarnya dijelaskan setidaknya kepada beberapa inisiat tingkat ke-33.
Bukti
telah disajikan dalam bab-bab sebelumnya bahwa Mason menyembunyikan fakta bahwa
mereka keluar untuk membalas pembunuhan pahlawan legendaris mereka, Hiram Abif.
Para penulis mereka telah memberi tahu para pembacanya bahwa ketiga pembunuh
Master Mason ini digambarkan sebagai individu yang sebenarnya dalam ritual yang
sebenarnya, tetapi dalam simbol-simbol kebenaran para pembunuh yang nyata,
lembaga-lembaga gereja dan negara. Jadi tujuan sebenarnya dari kaum Mason
adalah penghancuran sebenarnya dari agama yang mapan dan pemerintah nasional.
Rex
Hutchens, Mason Tingkat ke-32, telah menulis buku untuk menjelaskan hal itu
dalam bukunya yang berjudul, A BRIDGE TO
LIGHT. Dia menjelaskan bahwa pernyataan ini benar: "Kapak (digunakan
sebagai simbol dari tingkat 22) harus mengingatkan Mason akan pawai peradaban
dan kemajuan yang mengharuskannya untuk menebang pohon-pohon beracun
intoleransi, kefanatikan, takhayul, perbuatan yang melawan kemurahan hati dan
kemalasan, untuk membiarkan cahaya kebenaran dan akal memasuki pikiran manusia."
(500)
Menurut posisi ini, masalah manusia adalah bahwa dia tidak
diizinkan melakukan pelaksanaan yang bebas dari "penalarannya" oleh
Tuhan yang membatasi manusia dengan serangkaian "Hendaklah kamu melakukan
ini" dan "Janganlah kamu melakukan itu." Jika agama mau keluar
dari jalannya, maka "pikiran yang diterangi" dari kecerdasan-super
dapat membangun surga di bumi. Penggunaan pikiran manusia yang tidak terbatas
adalah solusi untuk semua masalah di bumi.
Menurut pandangan ini, agama telah menjadi sumber dari semua
masalah dan kesulitan manusia. Jadi, yang harus dilakukan adalah menghapus
agama maka dunia akan menjadi surga. Itu adalah arti yang sebenarnya dari tulisan-tulisan
Hutchens.
Dia
kemudian menjelaskan apa arti salib gelap yang digunakan dalam tingkat 18,
dimana ia berarti: "Salib gelap
(gelap/hitam berarti kejahatan, kegelapan) mewakili perlakuan dunia terhadap
mereka yang berusaha untuk mengungkap kebenaran.
Kata
yang Hilang, yang diingat, adalah mewakili banyak hal - kehilangan akal,
kecerdasan dan perasaan moral dan hilangnya konsepsi tentang Ketuhanan yang
sesungguhnya. Di dunia, yang terwakili dalam bagian ini adalah: Manusia tidak
hanya membuat Tuhan, tetapi juga Iblis, menurut citranya sendiri." (501)
Menurut
teori ini, Tuhan adalah isapan jempol dari pikiran manusia.
Tuhan
itu tidak ada. Jika Tuhan tidak ada, apa yang disebut manusia sebagai agama
adalah fiktif. Manusia tidak membutuhkan agama; faktanya, agama telah
menyebabkan masalah besar di seluruh dunia.
Ketika
agama menghilang, manusia dapat menggunakan pikirannya untuk memecahkan masalah
manusia. Nalar akan menemukan moralitas manusia, dan semua masalah dan
kesulitan di masa lalu akan lenyap.
Hutchens kemudian melanjutkan untuk menjelaskan apa arti kapak
yang ditampilkan di dalam tingkat ke 30; hal itu berarti: "Ordo Agung
(Templar) secara alami memberontak melawan Gereja yang menuntut kepada anggotanya
sebuah penyerahan mutlak dari alasan serta kehendak mereka." (502)
Sekali
lagi, gereja membatasi umat manusia dengan tidak membiarkannya mematuhi naluri
atau nafsu dasarnya. Agama mengajarkan bahwa nafsu-nafsu ini harus dikendalikan
dengan aturan moral, yang diberikan kepadanya melalui Alkitab. Misalnya, agama
mengajarkan bahwa manusia benar-benar bebas jika dia tidak mengambil nyawa
sesama manusia, mencuri harta milik tetangganya, mengambil istri tetangganya,
dan jika dia bertingkah laku dalam segala hal dengan kejujuran dan integritas.
Menurut kaum Mason, ajaran Tuhan ini membatasi "penalaran
manusia serta keinginannya". Mereka merasa bahwa ini adalah situasi yang
tidak dapat ditolerir dan solusi harus dicari. Tetapi karena banyak orang di
dunia tidak ingin dengan rela melepaskan pandangan agama mereka, dan akan
memberontak jika mereka menemukan bahwa orang lain berusaha untuk menghancurkan
agama mereka, maka para konspirator harus bertemu secara rahasia. Mereka yang
memiliki rencana ini harus melindungi diri mereka dengan orang-orang lain yang
tidak menyadari tujuan mereka, sehingga mereka dapat menyangkal bahwa kegiatan
mereka adalah apa yang sebenarnya mereka lakukan. Jadi para konspirator bekerja
di dalam organisasi rahasia, menjaga kebenaran dari sesama anggota, dan hanya
mengajarkan kepada beberapa individu tujuan sejati dari masyarakat rahasia
mereka.
Ini
adalah arti sebenarnya dari apa yang ditulis Hutchens.
Dia
melanjutkan untuk menjelaskan apa arti simbol tambahan dari "tengkorak,
tiara dan mahkota". Benda-benda ini ditampilkan, beserta kapak, dalam
upacara tingkat 30.Hutchens menjelaskan apa yang diwakili oleh benda-benda ini:
"Mahkota mewakili semua raja dan kaisar yang telah merebut atau
menyalahgunakan kekuasaan, memerintah untuk diri mereka sendiri dan bukan untuk
rakyat dan merampok orang-orang bebas dari kebebasan mereka...
Tiara bukanlah simbol agama atau keyakinan tertentu, (Ini
tidak benar. Pada halaman sebelumnya, dia menyatakan bahwa tiara adalah
"tiara Paus," yang berarti bahwa itu adalah simbol otoritas kepala
Gereja Katolik), tetapi dari ‘pelindung ketidaktahuan dan sekutu despotisme’ (jelas
yang dimaksud disini adalah Paus) yang di setiap zaman telah membuat penipuan terhadap
manusia dan memperbudak manusia melalui rasa takut dan takhayul." (503)
Pemikiran
ini diteruskan di bagian lain dari bukunya: "... sebuah suara seram
mengumumkan (selama upacara inisiasi tingkat 30) tugas seorang filsuf dan
Ksatria Kadosh (nama derajat ke-30.)
Kandidat
belajar bahwa Ksatria Kadosh sekarang mengejar dengan kaki yang tidak pernah
lelah dan mata yang tidak pernah tidur, personifikasi dari tiga pembunuh Hiram,
Inkarnasi dari Iblis, dimana ketiga pembunuh ini hanyalah alat;" (504)
Dan Hutchens memperkuat pemikiran-pemikiran ini dengan
komentar berikut dalam penjelasannya tentang tingkat ke-32: "Menjadi
Prajurit Agama Sejati ("Agama
Sejati" adalah pengetahuan bahwa Lucifer adalah dewa sejati dunia)
adalah mengenali kebusukan agama yang sejati yang diberikan kepada manusia.
Dengan demikian, kita dapat memerangi, dengan akal dan kebenaran, melawan semua
tirani spiritual atas jiwa dan hati nurani manusia." (505)
Kata-kata
ini mengandung kebenaran sejati dalam bentuk yang tersembunyi.
Dengan
pemahaman tentang apa yang ditulis Hutchens, sekarang mungkin untuk merangkum
kebenaran yang terkandung dalam tulisan-tulisannya. Berikut ini adalah
interpretasi yang adil dari apa yang dikatakan penulis ini dalam penjelasannya
tentang simbol yang digunakan dalam tingkat ke-30.
1. Salib yang digunakan dalam tingkat ini berwarna hitam, yang
berarti bahwa itu adalah kejahatan dan kegelapan. Salib adalah simbol
Kekristenan, dan ia telah ada selama hampir 2.000 tahun. Tetapi di sini,
Hutchens memberi tahu pembaca bahwa salib adalah simbol kejahatan dan
kegelapan. Gereja Kristen dianggap oleh penulis Masonik ini sebagai kegelapan
dan kejahatan.
2. Gereja telah memperlakukan para Mason, yaitu mereka yang
secara diam-diam mengabarkan agama baru, dengan penghinaan.
Klaim
kaum Mason ini telah dibahas dalam bab-bab sebelumnya.
3. Para Mason merasa bahwa Gereja telah merampas kemampuannya
untuk memanfaatkan penalarannya dengan meminta agar umat manusia mematuhi Moral
Absolute Allah. Hutchens rupanya ingin agar manusia "tahu akan yang baik
dan yang jahat," yaitu pengetahuan yang ditawarkan iblis kepada manusia di
Taman Eden.
4.
Alkitab mengklaim bahwa
Allah menciptakan manusia menurut gambar-Nya sendiri. Tetapi menurut pendapat
kaum Mason, yang sebaliknya adalah yang benar: manusia telah menjadikan Tuhan sesuai dengan imannya. Karena Tuhan
adalah produk dari imajinasi aktif, berarti tidak ada Tuhan.
Hutchens
kemudian mengutip dari sebuah buku yang ditulis oleh Albert Pike yang berjudul LEGENDA: "Manusia itu baik. Hanya institusi-institusi
jahat saja telah membuat manusia menjadi buruk; dan itu adalah tugas Masonry
dan setiap Ksatria untuk membantu menuntun mereka kembali kepada
kebenaran." (506) Pendapat agama Kristiani adalah bahwa semua manusia
adalah orang berdosa, dan bahwa mereka harus memperbaiki diri sendiri, dengan
bebas memilih alternatif-alternatif moral; tetapi di sini Hutchens mengutip
Pike yang mengambil posisi yang berlawanan: adalah lingkungan yang telah
membuat manusia menjadi jahat. Faktanya, manusia itu baik. Manusia tidak
bersalah; kalau saja manusia bisa mengubah lingkungan, manusia akan menjadi
sempurna.
Kedua
pendapat ini saling bertentangan satu sama lain.
Tapi
para Mason akan mengatur langsung ketika mereka membangun kendali mereka atas
semua umat manusia.
Tingkat
33 Mason telah digambarkan sebagai mewakili "perlindungan paling dalam
dari mistik Masonik."
Jadi
gelar ini adalah pusat terdalam dari seluruh Ordo Masonik. Di sini harus ada
misteri terakhir. Dan tampaknya publik dapat mengetahui apa misteri terakhir
itu.
Motto dari tingkat ke-33 adalah ORDO AB CHAO, diterjemahkan oleh Mason sebagai makna: Ketertiban dari Kekacauan. (507)
Menurut kaum Mason, dunia saat ini dalam keadaan kekacauan
karena agama yang terorganisir, tetapi hal itu akan segera diluruskan agar
menjadi benar.
Dan
Mason tingkat ke-33 rupanya menjadi sukarelawan untuk tugas itu.
Adam Weishaupt, pendiri
Illuminati, meletakkan masalah ini ke dalam perspektif yang sama: "Kebebasan dan Kesetaraan adalah hak-hak
esensial yang diterima manusia dari alam, dalam kesempurnaan manusia yang asli
dan primitif.
Kepemilikan harta benda menjadi pukulan pertama terhadap
paham Kesetaraan; masyarakat atau
pemerintah politik adalah orang-orang pertama yang melepaskan diri dari Kebebasan: pendukung Pemerintah-pemerintah
dan kepemilikan pribadi adalah agama dan hukum sipil; oleh karena itu untuk mengembalikan
manusia kepada hak primitifnya Kesetaraan
dan Kebebasan, maka kita harus memulai dengan menghancurkan semua agama,
semua masyarakat sipil dan akhirnya berupa penghancuran semua kepemilikan
pribadi." (508)
Tetapi
ada bukti bahwa tidak semua Mason tingkat 33 menerima "pencerahan"
ketika mereka melakukan upacara inisiasi.
Orang
yang dapat memberi kesaksian tentang bukti itu adalah Jim Shaw, Mason tingkat
ke-33 yang rupanya menjadi orang Kristen di antara tingkat ke-32 dan ke-33.
Shaw pergi ke Washington D.C., tempat upacara inisiasi ke tingkat ke-33. Dia
menceritakan apa yang terjadi padanya selama tiga hari upacara dalam bukunya
yang berjudul, THE DEADLY DECEPTION (Penipuan Mematikan):
"Hari
pertama:
Kami
semua (kandidat untuk tingkat ke-33) dipanggil ke salah satu kantor, satu per
satu, dan diwawancarai oleh tiga anggota Dewan Tertinggi.
Saya
diantar ke kantor itu dan duduk. Pertanyaan pertama yang diajukan kepada saya adalah
'Agama anda apa?'
Sebelumnya
saya akan menjawab pertanyaan semacam ini dengan sesuatu seperti 'Saya percaya
Misteri Kuno,' Agama Lama ', dan saya percaya pada reinkarnasi.
Namun,
... saat itu saya menemukan diri saya berkata, 'Saya seorang Kristen.'
Setelah mereka mengirim saya kembali, saya duduk dan
memikirkannya. Ketika pria berikutnya keluar, saya bertanya kepadanya, 'Apakah
mereka bertanya kepada anda apakah anda seorang Kristen?'
Dia
berkata, 'Ya, mereka menanyakan hal itu.'
"Apa
yang kau katakan pada mereka?" tanya saya, dan dia menjawab, 'Saya
mengatakan kepada mereka 'Tidak (saya bukan orang Kristen), dan saya tidak
pernah berniat menjadi (Kristen)! '
Lalu
dia mengatakan hal yang aneh pada saya, 'Mereka bilang aku akan bisa naik lebih
tinggi,' dan dia pergi melalui pintu yang berbeda, dan dia nampak puas." (509)
Jadi menurut Mason tingkat ke-33 ini, ada dua lapisan di
dalam tingkat itu persis seperti yang ada di seluruh sisa Pondok Masonik.
Rupanya, orang yang menyatakan bahwa dirinya adalah seorang Kristen tidak akan
bisa melangkah lebih jauh.
Shaw,
sekarang adalah seorang pendeta Kristen. Dia melaporkan bahwa tidak ada yang
istimewa terjadi selama dua hari berikutnya, maka dia kembali ke rumahnya.
Tetapi
ada komentar menarik yang dia buat tentang siapa saja yang hadir selama tiga
hari upacara itu: "Ada beberapa pria yang sangat terkemuka di sana pada
hari itu, termasuk seorang Raja Skandinavia, dua mantan Presiden Amerika
Serikat, seorang penginjil internasional terkemuka, dua pendeta internasional
terkemuka lainnya, dan pejabat tinggi pemerintah federal ... " (510)
Sayangnya
bagi siswa Ordo Masonik ini, Pendeta Shaw tidak mengidentifikasi siapa
tuan-tuan ini.
Namun, dia menyatakan alasan mengapa dia meninggalkan
Masonry: "Setelah meninggalkan Freemasonry, setelah bergabung selama 19
tahun dan mencapai tingkat ke-33, saya merasa ... kewajiban untuk
memperingatkan orang-orang lain agar menghindari jebakan setan
Freemasonry." (511)
Pendeta
itu memiliki kesimpulan yang sama dengan penulis ini: Masonry adalah setan!
Mereka menyembah Lucifer, yang juga dikenal sebagai Setan, iblis!
Seseorang
telah mempublikasikan bagian dari upacara inisiasi dari tingkat ke-33. Bagian
ritual itu termasuk di halaman 363 dan 364 dari sebuah buku berjudul, OCCULT THEOCRASY, ditulis oleh Edith
Starr Miller. Buku ini tidak diterbitkan sampai setelah kematiannya pada tahun
1933.
Berikut
ini adalah apa yang terjadi di dalam upacara inisiasi tingkat ke-33: "Bagi
Inspektur Jenderal Grand Sovereign yang ke-33 adalah gelar terakhir dari Ritus.
Ordo adalah Pembalas Besar dari Grand Master yang dibunuh (tingkat ke-33 adalah
pembalas dari kematian Hiram Abif) dan juara agung kemanusiaan, karena Grand
Master yang tidak bersalah adalah manusia, manusia yang adalah Master, Raja
Alam, manusia yang dilahirkan dalam keadaan tidak berdosa dan tidak sadar.
(Hiram adalah simbol semua pria.)
Tapi
dia (Hiram Abif) telah jatuh di bawah pukulan tiga pembunuh, tiga bajingan
telah menggagalkan kebahagiaan dan haknya, dan kemudian memusnahkannya.
Tiga pembunuh yang terkenal itu adalah Hukum, Properti dan Agama.
(Inilah penjelasan yang benar dari ketiga pembunuh Hiram: mereka adalah Hukum,
yang berarti pemerintahan; Properti, yang berarti hak untuk memiliki harta pribadi;
dan Agama, konsep bahwa manusia harus hidup dengan kemutlakan moral Tuhan.)
Hukum, karena ia tidak selaras dengan hak-hak individu
manusia dan kewajiban manusia sosial dalam masyarakat, hak yang menjadi milik
semua orang. Tugas hanyalah konsekuensi langsung dari hak yang melekat pada
semuanya, untuk menikmati semua hak.
Harta,
karena bumi ini bukan milik siapa pun dan buah-buahnya adalah milik semua orang
secara proporsional, sebagaimana buah-buah itu dibutuhkan oleh masing-masing orang
untuk kebutuhan kesejahteraannya sendiri.
Agama,
karena agama hanyalah filsafat yang dikembangkan oleh orang-orang jenius dan
diadopsi oleh orang-orang, dengan keyakinan bahwa agama itu akan meningkatkan
kesejahteraan mereka.
Baik
hukum, properti maupun agama tidak dapat dikenakan pada manusia karena ketiganya
akan memusnahkan manusia dengan merampas hak-hak manusia yang paling berharga. Ketiganya
adalah pembunuh, dimana kepada ketiganya kami bersumpah untuk melakukan pembalasan,
dan kami menyatakan perang melawan ketiga musuh ini sampai mati dan tanpa henti.
Dari
ketiga musuh ini, adalah kepada agama kita harus melakukan serangan yang paling
mematikan, karena tidak ada orang yang pernah diselamatkan oleh agamanya.
Begitu Agama sudah mati, maka Hukum dan Properti (Kekayaan) akan jatuh ke dalam
kekuasaan belas kasihan kita, dan kita akan dapat meregenerasi masyarakat
dengan mendirikan mayat-mayat para pembunuh manusia, Agama Masonik, Hukum
Masonik, dan Kekayaan Masonik." (512)
Jadi,
rahasia terakhir Ordo Masonik telah dipublikasikan! Murid dari Ordo Mason
sekarang bisa tahu apa tujuan mereka.
Para
Mason muncul untuk menghancurkan hak milik pribadi; hak untuk menyembah Tuhan
dalam agama yang terorganisasi; dan hak untuk mendirikan pemerintahan
berdasarkan konsep bahwa pemerintah ada untuk melindungi hak-hak yang diberikan
Tuhan kepada manusia untuk memiliki hidup, kebebasan dan properti.
Para Mason mengajarkan: "Anda di sini
untuk berpikir, jika anda bisa berpikir; dan untuk belajar, jika anda bisa
belajar." (513)
Mereka yang ingin mengekspos Mason bisa berpikir! Dan mereka
bisa belajar!
Dan apa yang bisa mereka pelajari setelah
berpikir itu sederhana: Beberapa Mason memang memuja Lucifer!
Dan sebagian dari para Mason tingkat ke-33 ingin
menghancurkan kedelapan harta pribadi, hak atas pemerintahan yang tertib, dan
hak untuk menyembah Allah Alkitab!
Dan siswa Mason bisa tahu hal
ini karena beberapa Mason senior sudah memberi tahu mereka! Mereka diyakinkan dengan
kata-kata mereka sendiri!
No comments:
Post a Comment