seorang teolog benedictin
berbicara soal kebingungan di dalam gereja, ‘Amoris Laetitia’
by David Nussman • ChurchMilitant.com • July
11, 2018
Pastor Giulio
Meiattini, OSB
Pastor Giulio Meiattini
berbagi pemikirannya tentang perdebatan yang
sedang mengguncang Gereja saat ini.
ROMA (ChurchMilitant.com) -
Seorang teolog Benediktin mengeluh tentang kebingungan yang sedang berlangsung
di dalam Gereja mengenai
pemberian Ssakramen kepada
umat yang bercerai dan menikah lagi secara sipil.
Pastor Giulio Meiattini, seorang biarawan Benediktin dan
seorang profesor teologi, berbagi pemikirannya tentang kebingungan yang
sedang di dalam Gereja saat
ini, dalam sebuah wawancara dengan majalah
Catholica, majalah internasional yang berpusat di Paris. Pilh Kutipan dari wawancara ini dibagikan dalam sebuah
laporan oleh L'Espresso.
Imam Benediktin ini berkata
tentang keadaan Gereja saat ini: "Situasi
kebingungan tampak sangat
nyata."
Dia mengomentari kecenderungan modern untuk menciptakan
ambiguitas dalam nama ‘kearifan,’ dengan perkataannya: "Oleh karena itu, tindakan pembedaan harus dilakukan lebih dahulu mengenai sifat dari situasi ini: dapatkah kebingungan, ketidaksepakatan di antara para uskup tentang
poin-poin doktrinal yang sensitif, merupakan buah-buah Roh? Bagi saya,
sepertinya tidak."
Dalam wawancara ini, pastor Meiattini berpendapat bahwa Amoris Laetitia telah salah dalam mengartikan hubungan antara moralitas dan Sakramen-sakramen:
Di antara tuntutan etis dan landasan sakramental dari
eksistensi Kristen, pusat itu tidak diragukan lagi adalah Sakramen-sakramen,
yang merupakan komunikasi atau penyampaian rahmat yang menyelamatkan kepada umat beriman, dan dalam hal ini rahmat itu disambut oleh umat beriman dan merubah mereka, juga merupakan tindakan pemuliaan , doksologi. ... Jadi etika
bukanlah kata pertama dan bukan
yang terakhir.
Namun, dalam Amoris
Laetitia, logika yang berlawanan yang diikuti:
Titik awal adalah kategori yang diambil dari hukum alam dan prinsip-prinsip
etika umum (faktor pelemahan, hubungan antara norma universal dan situasi
subyektif, non-imputabilitas, dll.), Dan dari premis-premis utama ini ditariklah akibat-akibat bagi praktik pastoral Sakramen-sakramen.
Dengan cara ini, dimensi simbolis dan sakramental, yang seharusnya mengakar,
merangkul dan melampaui lingkup moral, menjadi kehilangan
makna dan peranannya
dan ia menjadi sekadar tambahan
bagi etika.
Pastor Meiattini lebih lanjut menjelaskan masalah ini dalam
hubungannya dengan Amoris Laetitia:
Keadaan
kebingungan ini ditimbulkan
oleh fakta bahwa secara konkret dosa
perzinahan telah kehilangan makna publiknya
yang terkait dengan aspek kesaksian dari sakramen,
dan ia kemudian dialihkan kepada "forum internal" tanpa perlu menjelaskan kepada umat mengapa suatu pasangan
yang secara terbuka bertentangan dengan tanda kesetiaan sakramental, diijinkan secara terbuka menerima Ekaristi.
Dia juga membahas skandal yang sedang berlangsung di
Jerman saat ini, dari para uskup Jerman
yang menganjurkan untuk memberikan
Komuni Kudus kepada umat Protestan yang menikah dengan pasangan Katolik:
Arah yang sedang terbentuk
di sekitar interkomuni
antara Katolik dan Protestan mematuhi logika yang sama: Ini bukanlah realisme simbolis yang menentukan keputusan, tetapi
evaluasi sederhana dari kondisi interior seseorang. Jika seorang Protestan mungkin berada dalam keadaan rahmat
(berdasarkan adanya
faktor-faktor yang meringankan
mereka, misalnya ketidaktahuan,
tanggung jawab yang lebih kecil karena dia adalah umat non-Katolik, cara hidup yang jujur, dll.), mengapa dia tidak dapat menerima
Ekaristi dari Gereja Katolik?
Dia melanjutkan, "Mungkin seseorang tidak menyadari
bahwa mengajukan pertanyaan dengan cara ini dapat mengarah pada argumen yang
sama untuk seorang Buddhis atau seorang Hindu yang menjalani kehidupan yang
baik dan adil. Tapi hal ini merusak hubungan antara moralitas dan sakramen yang pada akhirnya dapat menyebabkan konsepsi eklesiologis yang
bukan merupakan ajaran Katolik."
Merusak hubungan antara moralitas dan sakramen pada
akhirnya akan dapat menyebabkan konsepsi
eklesiologis yang bukan merupakan ajaran Katolik. Tweet
Pastor
Meiattini adalah seorang biarawan di
biara Benediktin La Madonna della Scala yang terletak di Noci, sebuah kota di
Italia selatan. Dia adalah seorang profesor di Seminari Teologi San Luigi Papal
dari Italia Selatan di Naples, serta mengajar di Pontifical Atheneum dari St Anselmus di Roma.
Wawancara
media Catholica dengan pastor Meiattini juga memunculkan pemikiran
tentang krisis di dalam Gereja
dari kepala editor majalah ini,
Bernard Dumont. Dumont berbicara tentang sikap pengecut dari
para klerus untuk mengatasi kebingungan di dalam Gereja.
Dia menulis
tentang kecenderungan modern untuk selalu "diangkat
ke tingkat magisterium ... kata apa pun yang berasal dari Paus Francis,"
daripada menggunakan definisi infalibilitas paus yang tepat.
Mengenai upaya saat ini untuk menata kembali Gereja, Dumont mengatakan, "Reformasi saat ini diartikan
sebagai kepatuhan yang lebih lengkap kepada
kebutuhan modernitas."
No comments:
Post a Comment