Uskup Agung Australia, Julian Porteous, gigih membela ajaran Katolik soal perkawinan
Fri Jul 6, 2018 - 11:30 am EST
USKUP AGUNG MENOLAK SEORANG JESUIT, PENDUKUNG ‘PERKAWINAN’ HOMOSEX,
YANG MAU BERPIDATO DALAM SEBUAH KONFERENSI DI WILAYAHNYA.
TASMANIA, Australia, July 6, 2018 (LifeSiteNews)
– Seorang uskup agung Australia, Julian Porteous, telah
melarang seorang imam Jesuit yang mendukung "perkawinan" homoseksual,
untuk berbicara di sebuah konferensi di keuskupan agungnya, dan akibatnya dia menghadapi
kritikan dari media sekuler karena larangannya itu.
Uskup
Agung Hobart, Julian Porteous, yang
pada
tahun 2015 menghadapi interogasi pemerintah karena membagikan pamflet yang
menjelaskan ajaran Katolik yang sejati tentang pernikahan, mengirim surat
kepada atasan dari pastor Frank Brennan, yang memberitahukan kepadanya tentang
keputusannya tersebut.
Pastor
Brennan dijadwalkan untuk berbicara di sebuah konferensi di mana Uskup Porteous
juga akan berbicara tentang pernikahan.
Brennan,
kepala Pelayanan Sosial Katolik Australia, mendukung "perkawinan"
sesama jenis yang
bertentangan dengan ajaran Gereja, dimana dia menyebut dukungannya itu
adalah demi "kebaikan bersama."
Tetapi
Uskup agung itu “menganggap tidak pantas bagi Pastor Brennan untuk berbicara dalam
konferensi itu, karena sikapnya secara terbuka mengenai pernikahan sesama
jenis,” kata seorang juru bicara keuskupan agung kepada media Australia. Namun,
Brennan belum dilarang secara resmi pada semua
ceramahnya di wilayah itu.
ABC
News melaporkan bahwa ada seorang "mantan imam Katolik" yang juga dilarang
berbicara di beberapa keuskupan, telah membela Brennan.
Komentator
lain menyerang Uskup Agung Porteous sebagai "munafik," dan menuduh
bahwa meski uskup agung melarang bawahannya berbicara tentang penafsiran ulang atas
pernikahan, seharusnya dia membiarkan para imam yang menentang Gereja
tradisionil untuk menyebarluaskan ketidaksetujuan mereka.
Gereja
Katolik mengajarkan bahwa aktivitas seksual antara orang-orang yang berjenis
kelamin sama adalah "secara intrinsik tidak wajar" dan
"bertentangan dengan hukum alam."
“Perbuatan
homosex menutup kemungkinan untuk menerima karunia kehidupan. Tindakan homosex tidak
muncul dari sikap saling melengkapi secara afektif dan seksual yang tulus,”
demikian Katekismus Gereja Katolik mengajarkan (CCC 2357). "Dalam keadaan
apa pun tindakan itu tidak bisa disetujui."
(CCC
2357 Perbuatan
homosex adalah melawan hukum kodrat, karena kelanjutan kehidupan tidak mungkin
terjadi waktu persetubuhan. Perbuatan itu tidak berasal dari satu kebutuhan
benar untuk saling melengkapi secara afektif dan seksual. Bagaimanapun
perbuatan itu tidak dapat dibenarkan.)
"Dalam
situasi di mana relasi homoseksual telah diakui secara hukum atau telah
diberikan status hukum dan hak milik pernikahan, maka tindakan penolakan yang jelas
dan tegas adalah sebuah kewajiban," demikian Paus Benediktus XVI menulis,
sebagai Kardinal Joseph Ratzinger, ketika
dia menjadi kepala dari Kongregasi untuk Doktrin Iman. “Seseorang harus
menahan diri dari segala bentuk kerjasama formal dalam pemberlakuan atau
penerapan undang-undang yang sangat tidak adil dan sedapat mungkin dari
kerjasama material pada tingkat penerapannya. Dalam hal ini, semua orang dapat
menggunakan haknya untuk menolak alasan ini.”
Para
uskup memiliki wewenang untuk melarang atau mengijinkan umatnya berbicara di
gereja dalam keuskupan mereka, dan memberikan atau menolak izin imam-imam untuk
mempersembahkan Misa dan memberikan Pengakuan Dosa di keuskupan-keuskupan
mereka.
No comments:
Post a Comment