TATA DUNIA BARU
Oleh A. Ralph Epperson
Bab 7
Ular, Bintang Dan Matahari
Maka
siswa sejarah harus menemukan makna tersembunyi di balik simbol-simbol dalam
literatur Masonik dan dalam upacara inisiasi rahasia untuk memahami Ordo
Masonik.
Salah
satu simbol pertama yang perlu diperhatikan adalah simbol ular, yang juga
disebut naga.
Manly
P. Hall menulis bahwa penggunaan simbol ini sudah setua manusia purba, ketika
dia menulis ini dalam bukunya yang berjudul, THE SECRET TEACHINGS OF ALL AGES: "Di antara hampir semua
bangsa kuno ini, ular telah diterima sebagai simbol kebijaksanaan. .. " (131)
Di
sini Hall menyatakan bahwa ular itu adalah simbol "kebijaksanaan." Patut
diingat bahwa Lord Maitreya, pemimpin New Age masa depan, juga akan mengklaim dirinya
memiliki "kebijaksanaan."
Hall
melanjutkan: "Pemujaan ular dalam berbagai bentuknya telah meresap ke dalam
hampir seluruh bagian bumi."
"Ular
adalah simbol dan prototipe dari Juruselamat Universal, yang menebus dunia
dengan memberi ciptaan pengetahuan tentang dirinya serta perwujudan baik dan
jahat." (132)
Dan kemudian Hall menghubungkan ular dengan Misteri-misteri Kuno
yang telah dibahas sebelumnya. Dia melanjutkan dengan komentar bahwa ular itu
disembah oleh para imam agama itu: "Para Imam dari Misteri-misteri dilambangkan
sebagai ular, kadang-kadang disebut juga dengan nama Hydra." (133)
Dia
kemudian menunjukkan bahwa Misteri-misteri Kuno telah diwariskan kepada
berbagai budaya lain, hingga ia dibawa ke masa sekarang: "Raja-raja Ular (perhatikan
bahwa Hall menulis dua kata ini dengan huruf besar, seperti yang dilakukan orang
untuk menyebut dewa atau bangsawan) memerintah atas bumi ini.
Para
Raja-raja Ular inilah yang mendirikan Sekolah-sekolah Misteri yang kemudian
muncul sebagai Misteri-misteri Mesir dan Brahmana ... Ular adalah simbol mereka
... Mereka adalah Anak-Anak Cahaya yang sejati, dan dari mereka telah turun
garis panjang para ahli dan inisiat yang telah terbukti mumpuni dan bertindak sesuai
dengan hukum." (134)
Penulis lain, Wilfred Gregson, memberi tahu pembacanya
mengapa Hall memakai huruf besar pada dua kata "Raja Ular" ketika dia
menulis: "Satu simbol dari keunggulan besar di seluruh peradaban kuno
adalah ular, di mana ia melambangkan 'Kearifan Ilahi'." (135)
Begitulah
Hall memiliki alasan untuk memakai huruf besar, karena dia telah menemukan
bahwa ular itu mewakili keilahian.
Perhatikan
juga bahwa Gregson, meskipun dia memilih untuk tidak menggunakan kata
"ular", tetapi dia menegaskan bahwa penggunaan huruf kapital oleh
Hall adalah benar ketika dia menyatakan bahwa ada hubungan antara
"Kebijaksanaan Ilahi" dan ular.
Hall
juga membuat hubungan yang sama dalam komentar-komentar ini: "Ular itu
benar dan sejalan dengan prinsip-prinsip kebijaksanaan, karena itu ia menggoda
manusia agar menyadari tentang dirinya sendiri." (136)
Seekor
ular "sering digunakan oleh orang dahulu untuk melambangkan
kebijaksanaan." (137)
Simbol
ular memiliki kebenaran tersembunyi lainnya, demikian menurut Kenneth
Mackenzie. Dia mengidentifikasi kebenaran dalam kutipan ini ketika dia
menggambarkan seekor Ular Yang Kurang Ajar: "Itu adalah sejenis Mediator,
dan sebuah janji penebusan."
Kata
‘Brazen’ didefinisikan sebagai "berani, atau kurang ajar." Dan kata ‘kurang
ajar’ didefinisikan sebagai "tanpa malu-malu tetap berani atau tidak
sopan."
Patut
diingat bahwa Lucifer adalah seorang kerubim yang telah diurapi di surga, yang kemudian
jatuh ke dalam dosa karena dia mencari kekuatan ilahi. Kisah ini tercakup dalam
Yesaya 14: 12-14 dari Perjanjian
Lama: "Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur, putera
Fajar, engkau sudah dipecahkan dan jatuh ke bumi… Engkau yang tadinya berkata
dalam hatimu: Aku hendak naik ke langit, aku hendak mendirikan takhtaku
mengatasi bintang-bintang Allah, dan aku hendak duduk di atas bukit pertemuan,
jauh di sebelah utara.
Oleh
karena itu, dapat dikatakan dengan jelas bahwa Lucifer akan dianggap ‘tanpa
malu-malu tetap berani atau tidak sopan.’
Tampaknya
Brazen Serpent bisa jadi adalah Lucifer itu!
Penulis lain, John Anthony West, menulis sebuah buku
berjudul, SERPENT IN THE SKY, di mana
dia juga menghubungkan ular dengan ‘kebijaksanaan.’ Dia menulis: "... ular
melambangkan intelek, sifat yang dengan apa bisa membedakan manusia. Ada
kecerdasan yang lebih tinggi dan lebih rendah.
Jadi,
secara simbolis, ada ular yang merangkak, dan ular dengan intelek yang lebih
tinggi, yang memungkinkan manusia untuk mengenal Tuhan - ular surgawi, ular di
langit." (138)
Penyembahan
berhala yang agak terselubung terhadap ular di langit, di dalam pondok-pondok
Mason, disinggung oleh penulis Masonik lainnya, Kenneth Mackenzie, dalam
bukunya yang berjudul, THE ROYAL MASONIC
CYCLOPAEDIA. Dia menulis: "Di antara tuduhan yang disukai terhadap
Ordo Kesatria Templar, bagi apa Jacques de Molay telah menderita kemartiran,
adalah berupa pemujaan berhala atau gambar yang disebut sebagai Baphomet.
Telah
dikemukakan bahwa Baphomet tidak lain adalah Ancient of Days, atau Pencipta.
Tidak
bisa dikatakan lebih banyak lagi di sini tanpa kita mengungkapkan hal-hal yang tidak
benar, tentang apa yang kita maksudkan dengan Mason, karena kita terikat untuk menyimpan,
menyembunyikan dan tidak pernah mengungkapkan." (139) Jadi, menurut Mason
ini, ular, entah bagaimana, merupakan simbol dari subjek penyembahan Masonik,
dan ternyata fakta ini adalah rahasia yang tidak dapat diungkapkan oleh kaum
Mason ke seluruh dunia.
Seorang pendeta Kristen, Pendeta Alexander Hislop, menulis
sebuah buku yang mencakup beberapa diskusi tentang masalah penyembahan ular.
Dalam buku itu, yang berjudul TWO
BABYLONS, dia menjelaskan bahwa penyembahan ular bukanlah sesuatu yang baru.
Itu adalah praktek kuno.
"Bersama
dengan matahari (simbol ini akan dibahas kemudian) sebagai dewa api-agung, dan
pada waktu tertentu, diidentifikasi dengan dia, adalah ular yang disembah.
Dalam mitologi dunia primitif, ular secara universal adalah simbol dari
matahari.
...
karena matahari adalah penerang agung dari dunia fisik, maka ular dianggap
sebagai pencerah spiritual yang agung, dengan memberi manusia 'pengetahuan
tentang yang baik dan yang jahat.' (140)
Dia
kemudian mendiskusikan sebuah koin yang dicetak di Tirus, pusat kebudayaan kuno
Fenisia. (Koin ini juga merupakan subjek artikel dalam majalah The Good News edisi September 1986.) Koin
itu menggambarkan seekor ular yang terjerat di sekitar tunggul pohon. Di
sebelah kiri tunggul berdiri tumpah ruah yang kosong, dan di sebelah kanan ada
pohon palem yang tumbuh subur. Ular pada koin itu adalah simbol dari dewa yang
kuat yang oleh orang Roma disebut Aesculapius. Nama itu berarti ‘ular yang memerintah
manusia.’
Artikel
itu kemudian melaporkan: "Dalam mitologi, Aesculapius diyakini sebagai
anak dari Matahari, dan dengan demikian ia adalah 'enlightener' (pencerah) umat
manusia.
Sementara legenda itu berlanjut, Aesculapius akhirnya
diserang oleh petir yang dilemparkan oleh Zeus yang marah, raja para dewa, dan Aesculapius dilemparkan
ke dunia bawah." (141) Tunggul pohon melambangkan dewa ‘yang jatuh’ dan
kerajaannya yang hancur. Dalam mitologi banyak peradaban kuno, gambar pohon
tumbang digunakan untuk melambangkan pemenggalan atas dewa atau pahlawan besar,
atau seseorang yang terputus di tengah-tengah kekuatan mereka. Ular pada koin
itu terlihat melilit di sekitar tunggul yang mati, mengerahkan kekuatannya dalam
upaya untuk mengembalikan kerajaannya yang jatuh.
Cornucopia
adalah simbol kuno dari sesuatu yang banyak atau melimpah, tapi cornucopia itu kosong pada koin. Hal ini diartikan
bahwa kelimpahan telah terputus atau terhenti karena ‘dewa’ yang agung telah dihentikan.
Namun implikasinya adalah bahwa ‘tanduk kelimpahan’ akan kembali ketika
"dewa" yang jatuh itu dikembalikan kepada posisi "yang sah",
posisinya semula.
Pohon
palem yang ditunjukkan pada koin adalah simbol kemenangan. Jadi tampaknya koin
itu dicetak untuk menggambarkan kembalinya dewa ular yang telah jatuh ke dunia.
Alkitab
berbicara tentang seekor ular yang jatuh dalam kitab Wahyu, pasal 12, ayat 9.
Namun, dalam kasus ini, ular itu berhubungan dengan simbol ular yang lain:
"si naga besar."
Dan naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis atau
Satan, yang menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke
bumi, bersama-sama dengan malaikat-malaikatnya.
Apakah
ular yang disembah dalam Misteri-misteri Kuno dan digunakan sebagai simbol
dalam upacara-upacara Masonik, adalah simbol Setan, iblis? Seperti yang telah
dibahas, memang ada bukti bahwa inilah kasusnya.
Simbol
lain yang perlu dianalisis adalah bintang.
Pada
halaman yang berseberangan dengan halaman 124 pada ENCYCLOPAEDIA karya Mackey
ada gambar yang menunjukkan "simbol-simbol Freemasonry."
Termasuk
dalam dua puluh simbol Masonik yang ditampilkan disitu adalah gambar dari
bintang jatuh.
Dapat
dikatakan bahwa bintang cemerlang atau bintang jatuh akan menjadi salah satu bintang
yang bergerak cepat di alam semesta. Salah satu arah dimana ia bisa bergerak adalah
menuju bumi. Jika bergerak ke arah bumi, maka ia disebut "bintang jatuh.
Lucifer
adalah "malaikat yang jatuh," menurut Yesaya, seorang nabi Perjanjian
Lama, yang menulis ini dalam Yesaya 14:12: "Wah, engkau sudah jatuh dari langit, oh
Lucifer…
Perhatikan
bahwa Yesaya juga mengatakan bahwa Lusifer jatuh dari surga. Dan bagian lain
dari Alkitab melaporkan bahwa dia jatuh ke bumi.
Jadi,
dapat dibayangkan bahwa simbol bintang "jatuh" atau
"menyala" bisa menjadi simbol Lucifer.
Berbagai penulis telah menggunakan tulisan mereka untuk
mendiskusikan bintang sebagai simbol. Profesor Adam Weishaupt, pendiri
Illuminati, adalah orang yang menjelaskan apa yang dia anggap sebagai bintang
sebagai simbol: "... Bintang menyala adalah Obor Penalaran." (142)
Mackey
menulis bahwa bintang: ",,,adalah simbol Tuhan."
Dia
kemudian menghubungkan bintang yang menyala itu dengan simbol lain ketika dia
menulis: "Bintang Yang Terbakar ... mengarahkan kita kepada matahari
..." (143)
Dan kemudian dia menghubungkannya dengan upacara inisiasi
rahasia di dalam pondok Masonik: "Pada Tingkat Keempat dari Ritus yang
sama (Ritus Skotlandia Freemasonry), Bintang Terang itu sekali lagi dikatakan
sebagai simbol cahaya Kuasa Ilahi yang menunjuk kepada jalan kebenaran." (144)
Dan Hutchens, penulis Masonik yang telah menulis buku terbaru
tentang Masonry, lebih lanjut menafsirkan simbol bintang: "Bintang sebagai
jenis dari segudang sinar matahari yang menerangi sistem dunia lain yang tak
terhitung jumlahnya, adalah lambang Cahaya Masonik dalam pencarian yang dilakukan
oleh setiap Mason – sebagai pengetahuan yang benar tentang Keilahian, dan
hukum-hukum-Nya yang mengendalikan alam semesta." (145)
Terkait erat dengan simbol bintang adalah simbol matahari.
Albert Pike mengidentikkan hal itu dengan penyembahan masa lalu dalam kutipan
ini dari tulisan-tulisannya: "Penyembahan matahari menjadi dasar dari
semua agama kuno." (146)
"...
ribuan tahun yang lalu, kaum pria memuja Matahari ... Awalnya mereka melihat di
luar bulatan matahari untuk mencari Tuhan yang tak terlihat ... Mereka
mempersonifikasikan Tuhan itu sebagai Brahma, Amun, Osiris, Bel, Adonis,
Malkarth, Mithras, dan Apollo. Krishna adalah Dewa Matahari Hindu." (147)
"...
bangsa Galia menyembah Matahari dengan nama Belin atau Belinis." (148)
"Matahari
adalah simbol kuno dari kekuatan yang memberi hidup dan daya untuk berkembang dari
Dewa. Matahari adalah manifestasi dan gambarnya yang kelihatan." (149)
"Matahari
adalah tanda hieroglif Kebenaran, karena ia adalah sumber Cahaya." (150)
Maka
Albert Pike mengidentifikasi matahari sebagai simbol dewa yang harus disembah.
Dia memilih untuk mengkapitalisasi huruf pertama dalam kata, "s,"
sebagai orang yang akan mengakui nama suatu dewa.
Albert
Mackey mengulangi pendapat Pike dengan komentar-komentar seperti ini tentang
"penyembahan matahari:"
"...
agama itu adalah yang tertua dan yang paling umum dari semua agama kuno.
Eusebius mengatakan bahwa Fenisia dan Mesir adalah yang pertama yang menganggap
dan mengakui sifat keilahian dari matahari."
"Hampir
tidak ada simbol-simbol Mason yang lebih penting dalam penandaan mereka atau
lebih luas dalam aplikasi mereka daripada matahari, sebagai sumber cahaya
material, dimana hal ini mengilhami pikiran Mason tentang cahaya intelektual
yang selalu dicari-cari olehnya.
Kemudian,
di dalam Masoneria, Matahari disajikan kepada kita yang pertama sebagai simbol
cahaya, tetapi kemudian secara lebih tegas lagi, sebagai simbol penguasa yang
berdaulat." (151)
Jadi,
matahari adalah simbol dari sesuatu yang hanya diketahui oleh orang-orang
beriman dalam agama yang dikenal sebagai Misteri Kuno.
Orang-orang
yang percaya ini, yang disebut sebagai pakar, tentu tahu bahwa orang-orang
tidak akan menerima agama misteri mereka, jadi mereka harus menyembunyikannya
dari mereka. Karenanya, tugas itu (menyembunyikan misteri ini) menjadi salah
satu tugas untuk menciptakan agama di sekitar keyakinan yang mereka tahu akan
diterima oleh orang banyak, karena hal itu adalah masuk akal, setidaknya sejauh
para ahli menjelaskannya. Tetapi tujuan dasarnya adalah untuk menciptakan agama
populer sebagai penutup untuk penyembahan rahasia mereka.
Agama
rahasia itu akan dibangun di sekitar kepercayaan kepada matahari.
Matahari
akan menjadi sarana yang sempurna untuk membangun sebuah agama di sekitarnya
karena sifat dasarnya. Matahari bisa terlihat jelas dan memiliki peran yang
sangat penting dalam kehidupan manusia. Ia terbit di pagi hari (tampaknya
dilahirkan) dan kemudian terbenam di malam hari, (tampaknya mati) dan kemudian
tampak "dilahirkan kembali" keesokan paginya. Ia juga tampak
berkeliaran di langit, bergerak lebih jauh ke utara (atau selatan) setiap
malam. Kemudian kembali ke posisi yang ditetapkan baginya dua kali setahun.
Jadi
matahari tampaknya memiliki kelahiran atau kematian yang utama, dua kali setiap
hari dan dua kali setiap tahun.
Akan
sangat mudah bagi para ahli untuk menjelaskan kepada orang-orang bahwa hanya
sesuatu yang lebih besar dari manusia, dewa, yang memiliki kemampuan untuk mati
dan hidup kembali. Jadi, para ahli itu akan mengajarkan orang-orang bahwa
mereka harus berdoa kepada dewa atau mereka akan memilih untuk tidak kembali.
Mereka mendorong pemujaan matahari sehingga matahari akan kembali kepada umat
manusia lagi, baik sekali sehari, atau setiap enam bulan sekali.
Albert Pike mengonfirmasi pandangan ini dengan penjelasan
mengapa manusia purba memuja matahari: "Bagi mereka (manusia purba) ...
perjalanan Matahari, bersifat sukarela dan bukan mekanis ..." (152)
Jadi
manusia purba menganggap matahari sebagai sesuatu yang bergerak secara
sukarela. Dengan kata lain, matahari tidak harus kembali lagi setiap pagi.
Manusia harus dengan cepat menentukan bahwa karena matahari tidak harus
kembali, maka manusia harus mulai memintanya agar ia muncul kembali. Manusia
pasti sudah tahu betapa pentingnya matahari bagi kehidupan dan kesejahteraannya
dan dia pasti telah memutuskan untuk berkesimpulan bahwa jika matahari memilih
untuk tidak kembali, maka semua umat manusia akan binasa. Jadi itu adalah
lompatan mudah dari sebuah keyakinan bahwa matahari yang diperlukan itu adalah sebuah
entitas yang memilih untuk bergerak melintasi langit di siang hari, dengan
keyakinan bahwa ia akan kembali hanya jika manusia berdoa agar ia kembali.
Tetapi
ada sesuatu yang lebih menarik untuk menganggap bahwa Pike tidak menjelaskan apa-apa
dengan komentar itu.
Tentunya,
untuk membuat agama yang baru itu berhasil, orang-orang yang beriman kepadanya harus
mampu memprediksi gerakan matahari. Tidaklah terlalu lama sebelum beberapa
orang awam mulai menyadari bahwa matahari bukanlah makhluk yang sebenarnya atau
dewa yang harus disembah, tetapi matahari adalah sesuatu yang bergerak sesuai
dengan hukum yang tepat. Jika orang-orang awam mengetahui aturan ini, mereka
tidak akan membutuhkan para ahli yang telah menghitung siklus periodik
matahari. Jadi, untuk menjaga kekuatan mereka tetap utuh, mereka akan
mengajarkan kepada orang-orang bahwa jika manusia tidak mengakomodasi keinginan
mereka, mereka akan memastikan bahwa matahari tidak kembali.
Mereka
bahkan bisa memprediksi, karena pengukuran mereka menjadi lebih canggih, waktu
dan tanggal yang tepat ketika bulan akan berjalan di antara matahari dan bumi, hingga
menyebabkan matahari "menghilang" (gerhana matahari).
Mereka
kemudian bisa menipu orang-orang untuk mempercayai bahwa mereka adalah penyebab
dari hilangnya matahari itu. Mereka kemudian dapat menjelaskan kepada
orang-orang bahwa jika mereka tidak terus membayar mereka dengan semacam tanda penghargaan
tertentu, maka mereka tidak akan melakukan syafaat atau tindakan pengantaraan atas
nama mereka, dan matahari tidak akan muncul kembali.
Untuk
menjaga pikiran orang-orang biasa agar tidak tahu bahwa seluruh agama mereka adalah
penipuan, para ahli akan melakukan upacara yang indah dan penuh hiasan di
sekitar pemujaan matahari. Dan mereka mengharapkan orang-orang membayar mereka
untuk ritual yang rumit itu. Dan untuk membuat ritual mereka valid, para ahli
selalu mengklaim bahwa matahari mematuhi doa-doa mereka, dengan demikian mereka
meyakinkan orang-orang akan kebutuhan mereka untuk mempertahankan jumlah para
pengikutnya. Orang-orang akan terus memberikan penghargaan tertentu kepada para
ahli ini selama mereka tampaknya berhasil.
Sekarang,
jika para ahli tahu bahwa matahari adalah simbol dari sesuatu yang tidak
didukung oleh orang banyak, seperti keyakinan bahwa Lucifer, iblis, adalah dewa
yang mereka sembah, maka mereka harus melanjutkan dengan sandiwara mereka,
sehingga orang-orang tidak akan memutuskan untuk berhenti beribadah. Karena
jika orang-orang itu mengetahuinya, mereka tidak akan lagi mendukung kegiatan
mereka. Mereka harus menjaga kepercayaan mereka dari orang-orang, dan
menyembunyikan ibadah rahasia mereka dalam simbol-simbol tersembunyi.
Maka
beribadah melalui penyembahan matahari adalah sebuah agama yang penuh dengan kemakmuran.
Hutchens
menulis tentang sikap seperti itu dalam bukunya:
Di Tabernakel, para saudara,
berpakaian hitam, berduka citalah
Osiris,
yang mewakili matahari, cahaya,
kehidupan, kebaikan dan keindahan.
Mereka merenungkan cara bumi untuk
kembali merasa senang dengan kehadirannya.
Pike
menghubungkan matahari dengan Osiris, yang dikatakan oleh Hutchens sebagai
layak untuk berkabung: "Tiga lampu
di Altar (di dalam Kuil Masonik) mewakili Osiris, Isis dan Horus. Osiris
diwakili oleh Matahari." (154) Mackey melangkah lebih jauh dan memberi
tahu pembacanya bahwa: "Osirus adalah matahari ..." (155)
Dalam
bukunya yang berjudul, INTRODUCTION TO FREEMASONRY, Carl
H. Claudy, sang penulis, dia sendiri adalah seorang Mason, menghubungkan
penyembahan matahari dengan upacara di dalam Pondok Masonic: "Pondok ...
membuat dia (yang berarti sang inisiat) berada di jalan yang mengarah kepada Cahaya,
tetapi itu adalah tugas baginya untuk ...melakukan perjalanan melalui jalan
berliku ke Timur simbolik." (156)
Matahari
fisik terbit di timur, dan kaum Mason menjelaskan bahwa pencarian mereka akan
cahaya dimulai di timur. Perhatikan bahwa Claudy mengkapitalisasi kata
"Timur," tampaknya ini sebagai penghormatan kepada tempat di mana
mereka percaya bahwa dewa ini berada.
Para
Mason memberitahu dunia bahwa mereka mengelilingi (didefinisikan sebagai
berjalan di sekitar) lantai Bait Suci selama upacara inisiasi mereka. Claudy
menjelaskan mengapa ritual ini dilakukan: "Ketika si calon pertama-tama
mengitari ruang penginapan di sekitar altar, dia berjalan selangkah demi
selangkah bersama ribuan orang-orang yang telah menyembah Yang Mahatinggi
dengan cara peniruan yang sederhana.
Jadi,
pemikiran tentang perjalanan berkeliling bukan lagi sekadar parade, tetapi ia
adalah upacara yang penting, menghubungkan semua orang yang mengambil bagian di
dalamnya dengan aspirasi spiritual dari masa lalu yang suram dan jauh." (157)
Dia lebih lanjut memberitahu pembacanya tentang mengapa upacara ini adalah
bagian dari kegiatan mereka: "Para pemula berjalan mengelilingi altar yang
berisi bakaran api yang adalah Allahnya, dari timur ke barat dengan melalui selatan
(perhatikan bahwa utara tidak termasuk dalam upacara ini. Signifikansi dari pengabaian
arah utara itu akan dibahas kemudian) Begitulah perjalanan berkeliling menjadi
bagian dari semua perayaan agama mereka."
Di
bagian lain dari bukunya yang berjudul INTRODUCTION TO
FREEMASONRY, Claudy melaporkan bahwa gaya berjalan ini dapat dilacak kepada
agama kuno di masa lalu. Dia menulis: "Perjalanan berkeliling... ada pada upacara-upacara
Mesir kuno." (158) Jadi, praktek para Mason modern ini didasarkan pada
praktek-praktek keagamaan kuno di zaman dahulu.
Jadi
para Mason mengatakan kepada kami bahwa anggota pemula berjalan berkeliling
dalam lingkaran karena dia menyembah matahari. Kemudian mereka memberi tahu
kami bahwa mereka melakukannya untuk alasan yang sama.
Ada alasan tertentu bahwa arah utara sebagai lokasi yang akan
dikunjungi dalam perjalanan mereka di sekitar lantai kuil tidak termasuk dalam
upacara inisiasi mereka, dan enam penulis Masonik terkenal telah memberi tahu
kami mengapa demikian.
Kapten
William Morgan menawarkan pembacanya penjelasan dengan komentar ini dari
bukunya: "... oleh karena itu bagi kita, kaum Masonik, istilah utara adalah
sebuah tempat kegelapan." (159)
Mackey
menegaskan pernyataan itu dalam bukunya: "Utara, secara aturan Masonik,
disebut sebagai tempat kegelapan." (160)
Dan Pike mengkonfirmasikan komentar yang dibuat oleh dua
Mason lainnya dengan pernyataan ini: "Untuk semua Mason, Utara segera
menjadi tempat kegelapan, dan cahaya terang dari Pondok mereka, tidak ada yang
di Utara." (161)
Dan Kenneth Mackenzie menambahkan pikirannya yang menegaskan:
"Utara selalu dihargai sebagai tempat kegelapan." (162)
Hutchens
menjadi penulis Mason kelima yang mengkonfirmasi detail ini: "Seperti
dalam tingkatan yang lain, ritual penutupan memberikan ringkasan atas pelajaran
yang diajarkan dalam tingkatan itu. Kami mendengar di Barat elang berkumpul dan
malapetaka tirani sudah dekat. Di Selatan, kebenaran berjuang melawan kesalahan
dan penindasan. Di Utara, fanatisme dan intoleransi berkurang. Di Timur,
orang-orang mulai tahu hak-hak mereka dan menjadi sadar akan martabat mereka
dan bahwa sinar matahari akan segera menyinari puncak gunung-gunung." (163)
Hutchens
memberi tahu pembacanya bahwa Utara adalah tempat "fanatisme dan
intoleransi" bermukim. Apa yang dia maksudkan dengan ini dan apa yang
diwakili oleh simbol Utara akan dibahas dalam paragraf-paragraf selanjutnya
dari penelitian ini.
Dan penulis Mason keenam
yang menegaskan bahwa Utara adalah tempat kegelapan adalah Carl Claudy, yang
menulis ini dalam bukunya berjudul, INTRODUCTION TO FREEMASONRY:
"... tempat kegelapan, Utara." (164)
Dan alasan mengapa kaum Mason tidak memasukkan arah Utara
dalam ritus mereka ditemukan dalam Alkitab dalam Yesaya 14:13: "Aku (yang
berarti Lucifer) hendak naik ke langit, aku hendak
mendirikan takhtaku mengatasi bintang-bintang Allah, dan aku hendak duduk di
atas bukit pertemuan, jauh di sebelah utara.
Tuhan
dari Alkitab duduk di Utara, dan Lucifer berharap suatu hari untuk memperoleh
tahta Allah untuk menjadi miliknya. Tetapi, sampai saat itu, "Utara adalah
tempat kegelapan."
Tetapi,
sementara utara adalah wilayah yang dikecualikan, timur adalah "tempat
cahaya," dan harus dihormati. Hutchens memberi tahu pembacanya mengapa
demikian: "... Timur - sumber cahaya dan dengan demikian sumber pengetahuan."
(165)
Albert Mackey mengutip Etienne Francois Bazot, seorang
penulis Masonik Perancis dalam bukunya ENCYCLOPAEDIA: "Penghormatan yang
dimiliki oleh kaum Mason untuk Timur ... mengandung hubungan dengan agama
primitif yang kemerosotan pertamanya adalah berupa penyembahan matahari." (166)
Rex
Hutchens kemudian memberitahu pembacanya bahwa Mason memasang lampu-lampu di
sekitar ruang Pondok mereka selama upacara inisiasi untuk tingkat ke 25, yang
disebut Knight of the Sun. Dia menulis: "Langit-langit ruangan harus
dihias untuk mewakili langit dengan bulan, planet-planet utama dan rasi bintang
Taurus dan Orion. Sebuah cahaya tunggal yang kuat, berupa bola kaca yang besar,
mewakili matahari, berada di Selatan.
Dalam
arti fisik cahaya yang lebih besar berasal dari matahari dan transparansi
memberikan cahaya yang lebih suram...secara simbolis, matahari atau cahaya
terang adalah mewakili Kebenaran dan cahaya yang lebih suram adalah
representasi simbolis manusia akan Kebenaran." (167) Mackey lebih lanjut
membahas ritus perputaran ini, sebagaimana dia menyebutnya, dalam ENCYCLOPAEDIA-nya. Dia mengatakan bahwa
ritus itu:". .. ada di dalam Freemasonry.
...
orang-orang selalu berjalan tiga kali mengelilingi altar sambil menyanyikan sebuah
lagu suci. Dalam melakukan prosesi ini, perhatian besar dilakukan untuk bergerak
meniru jalannya matahari." (168)
Dia
kemudian membantu pembaca memahami praktek ini di kuil-kuil Masonik:
"Ritus Perputaran ini tidak diragukan lagi merujuk pada doktrin pemujaan
matahari ..." (169)
Dan di bagian lain dari buku-buku yang dia tulis, Mackey
secara langsung mengatakan bahwa ritus tersebut terhubung
dengan penyembahan matahari.
Inilah
yang ditulisnya dalam sebuah buku berjudul, MANUAL
OF THE LODGE: "Paradigma di antara bangsa-bangsa berhala mengacu pada
doktrin-doktrin agung dari Sabaisme atau penyembahan matahari." (170)
Sabaisme
didefinisikan oleh Mackey dalam ENCYCLOPAEDIA
sebagai: "SABAISME: Penyembahan matahari, bulan dan bintang-bintang, 'isi
langit.' Ajaran ini dipraktekkan di Persia, Kasdim, India dan negara-negara
Oriental lainnya, pada periode awal sejarah dunia." (171)
Dia
kemudian menambahkan komentar yang agak tersamar: "... dan meskipun dogma
penyembahan matahari tidak tentu ada dalam Freemasonry, kami menemukan kiasannya
dalam Ritus Perputaran yang dilestarikannya ..." (172)
Seseorang
dapat mengerti apa yang dimaksud Mackey dengan komentar itu: Mason tidak menyembah matahari, mereka
menyembah Matahari!
Jadi,
dia mengatakan yang sebenarnya, tetapi menyembunyikannya dalam bahasa simbolis.
Hutchens
kemudian memberikan informasi secara sukarela bahwa pada tingkat ke 12 dari 32 tingkat,
Ritus Perputaran selalu dipertahankan. Dia menulis: "Dalam semua Scottish Rite Degrees
sejauh ini, kandidat telah membuat dua puluh satu putaran yang ditentukan di
sekitar altar; tingkat ini menambah tujuh untuk total dua puluh delapan putaran.
Praktek
ini, yang disebut circumambulation, perjalanan
berputar, berasal dari zaman dahulu dan sudah ada di antara orang-orang Romawi,
Semit, Hindu, dan lain-lain.
Hal
ini dianggap sebagai ritual pemurnian.
Matahari
dipercaya bergerak mengelilingi bumi; para inisiat meniru gerakan matahari
ketika mereka membuat putaran di sekitar altar." (173)
Selanjutnya,
pada tingkat kesembilan, simbol-simbol lain dari matahari dilibatkan dalam
upacara. Hutchens mengatakan kepada pembacanya: "Setelah kewajiban dilakukan,
sembilan lilin kuning dinyalakan. Kuning
adalah wakil dari matahari, karenanya ia adalah cahaya dan pengetahuan." (174)
Dalam
tingkat kesepuluh, simbol-simbol lebih lanjut yang mewakili matahari digunakan,
menurut penulis ini: "Ada tiga set yang masing-masing terdiri dari lima
lampu: lilin berwarna kuning, yang berarti pengetahuan dan juga sebagai warna
matahari, mewakili Dewa." (175)
Petunjuk
lain bahwa matahari dan ular adalah simbol yang dikenal dari Pondok Masonik
diberikan oleh judul-judul dari dua di antara 32 tingkat di dalam Pondok Masonik.
Inisiasi
tingkat 25 disebut Knight of the Brazen Serpent, dan inisiasi derajat 28
disebut Knight of the Sun.
Ada
simbol lain dari matahari di dalam Pondok Masonik. Guru yang Penuh Ibadah, yang
setara dengan Presiden dari Pondok, duduk di sisi timur bait suci. Kami diberi
tahu mengapa "Guru yang Beribadah mewakili matahari saat terbit, karena
dia sebagai Pengawas Senior (perwira lain dari Pondok) mewakili matahari pada
pengaturannya, dan Pengawas Junior (petugas lain dari Pondok) mewakili matahari
di meridian (titik setengah jalan.)" (176)
Individu
dan organisasi lain selain Pondok-pondok Masonik juga terlibat, dalam berbagai
tingkatan, dengan penyembahan matahari, atau dengan pengakuan bahwa matahari
memainkan peran sentral dalam pemahaman mereka tentang sifat dunia.
Elizabeth
Clare Nabi, digambarkan sebagai pemimpin dalam Gerakan New Age, dan dia telah
menulis ini dalam newsletter yang dia terbitkan yang disebut THE COMING REVOLUTION: "… penyembuhan bangsa-bangsa dimulai dengan
penyembuhan diri kita sendiri. Kita harus menarik keluar dari Great Central Sun
- Cahaya abadi dimana kita telah urapi sejak awal." (177)
Adolf
Hitler, kepala pemerintah Jerman sebelum dan selama Perang Dunia II, dan yang
bertanggung jawab langsung atas pembunuhan lebih dari 50 juta orang, adalah juga
seorang pemuja matahari.
Pada
awal hidupnya, dia bergabung dengan organisasi rahasia bernama Thule Society.
Dan empat puluh tahun setelah perang, beberapa sejarawan akhirnya menyelidiki
keyakinan-keyakinannya yang aneh itu.
Dua
dari penulis ini, Michel Bertrand dan Jean Angelini, telah menghasilkan sebuah
buku berjudul, THE OCCULT AND THE THIRD
REICH, dan salah satu kesimpulan mereka adalah: "Dalam kosmologi Nazi,
matahari memainkan peran utama ... sebagai simbol sakral dari Arya, berbeda
dengan simbolisme feminin dan magis dari bulan, yang dipuja oleh bangsa
Semit."
Partai
Nazi adalah nama Partai Pekerja Sosialis Jerman Nasional, partai yang bergabung
dengan Hitler. Ia kemudian menjadi partai pengendali pemerintah Jerman sebelum
dan selama perang.
...
Fuhrer (bahasa Jerman untuk ‘pemimpin’, dalam hal ini yang berarti Hitler) melihat pada orang-orang Yahudi,
dengan rambut hitam dan berkulit gelap, sebagai sisi gelap dari spesies
manusia, sementara bangsa Aryans yang berambut pirang dan bermata biru
merupakan sisi terang dari kemanusiaan. Maka Hitler melakukan pemusnahan (makna
untuk kata ‘menghilangkan’) dari dunia semua material dari unsur-unsur yang tidak
murni ... untuk membawanya kembali kepada kemuliaan." (178)
Tetapi
penyembahan matahari, sebagaimana dikatakan oleh kaum Mason, bukanlah hal baru.
Alkitab juga berbicara tentang itu. Yehezkiel adalah nabi dari Perjanjian Lama
yang menulis selama periode 571 hingga 592 SM. Dia menceritakan tentang
bagaimana dia dibawa oleh Tuhan untuk melihat sebuah praktek pemujaan yang
terjadi di dekat Kuil.
Ini
adalah apa yang dia tulis dalam Yehezkiel 8: 15-16: " Kemudian dibawa-Nya aku ke pelataran dalam rumah TUHAN; sungguh, dekat
jalan masuk ke bait TUHAN, di antara balai Bait Suci dan mezbah ada kira-kira
dua puluh lima orang laki-laki, yang membelakangi bait TUHAN dan menghadap ke
sebelah timur sambil sujud pada matahari di sebelah timur.
Dan
Yehezkiel menunjukkan bahwa Tuhan Allah menganggap praktik ini "sebuah kekejian."
Ada
referensi lain untuk penyembahan matahari dalam Perjanjian Lama, kali ini dalam
Ulangan 17: 2-4, 7. Referensi itu berbunyi sebagai berikut: "Apabila di
tengah-tengahmu di salah satu tempatmu yang diberikan kepadamu oleh TUHAN,
Allahmu, ada terdapat seorang laki-laki atau perempuan yang melakukan apa yang
jahat di mata TUHAN, Allahmu, dengan melangkahi perjanjian-Nya, dan yang pergi
beribadah kepada allah lain dan sujud menyembah kepadanya, atau kepada matahari
atau bulan atau segenap tentara langit, hal yang telah Kularang itu; dan
apabila hal itu diberitahukan atau terdengar kepadamu, maka engkau harus
memeriksanya baik-baik. Jikalau ternyata benar dan sudah pasti, bahwa kekejian
itu dilakukan di antara orang Israel, …. Saksi-saksi itulah yang pertama-tama
menggerakkan tangan mereka untuk membunuh dia, kemudian seluruh rakyat.
Demikianlah harus kauhapuskan yang jahat itu dari tengah-tengahmu."
Jadi
Allah dalam Alkitab telah menjelaskan bahwa penyembahan matahari adalah sesuatu
yang Da tidak ingin makhluk-Nya melakukannya.
Alkitab
bahkan lebih jauh mengatakan, dalam kedua contoh itu, bahwa Dia menganggap
praktek itu sebagai "kekejian" atau "kejahatan".
Tetapi
untuk menunjukkan sejauh mana praktek ini telah menguasai komunitas Kristen,
"doa" berikut ini didaraskan pada pemakaman baru-baru ini di sebuah gereja
Kristen lokal: "Sekarang kamu tidak akan merasakan hujan, karena Ibumu,
bumi, akan melipatkan lengannya di sekitarmu.
Sekarang kamu tidak akan
merasakan dingin, karena Bapamu, Matahari, akan selalu menghangatkan kamu."
Penyembahan matahari itu berlanjut.
Karena beberapa gereja Kristen ada yang berdoa kepada dewa Matahari dalam
pelayanan gereja mereka. Dan mereka tidak mengerti siapa yang mereka doakan.
Secara gampangnya, Dewa Matahari
yang mereka serukan itu adalah Lucifer!
No comments:
Post a Comment