Cardinal Theodore McCarrick, speaking
here at the U.S. Bishop fall general
assembly in 2014, has been a prominent
liberal voice in the U.S. Church.
SEORANG PENULIS ‘VATICAN INSIDER’ BERTANYA:
MENGAPA USKUP-USKUP PREDATOR (PELAKU PEDOFILIA) DIPROMOSIKAN
UNTUK MENJADI KARDINAL?
VATICAN
CITY, 6 Juli 2018 (LifeSiteNews) -
Seorang wartawan Italia ternama mengajukan sebuah pertanyaan kepada banyak umat
Katolik: mengapa uskup-uskup yang melakukan penganiaya dan pelecehan kepada
umat yang berada di bawah asuhan mereka, diperbolehkan untuk menjadi kardinal?
Andrea
Tornelli, 54, mengangkat masalah itu pada minggu ini di majalah Vatikan
Insider, koran
La Stampa. Sambil menunggu untuk mendengar apakah Mgr.
Carlo Alberto Capella yang perbuatannya amat memalukan itu benar-benar dihukum
lima tahun, karena memiliki dan mendistribusikan pornografi anak (tetapi dia
masih akan mengajukan banding), wartawan Andrea Tornelli bertanya-tanya mengapa
para uskup yang dituduh dengan perbuatan yang lebih buruk itu belum dikirim ke
dalam penjara?
Menyebut
situasi ini sebagai sebuah "paradoks," Tornelli mengamati: "…seorang
uskup yang telah melampiaskan fantasi-fantasi sesatnya dengan menyusun gambar-gambar
porno dalam webnya harus menjalani hukuman lima tahun, sementara uskup-uskup yang
telah secara nyata melakukan pelecehan sexual terhadap anak-anak dan remaja
laki-laki dan merusak hidup mereka, dalam beberapa kasus, tidak pernah menghabiskan
bahkan satu hari pun di dalam sel penjara.”
Kemudian
Tornelli mengangkat kasus Kardinal
McCarrick, yang dituduh telah melakukan pelecehan
sexual terhadap bocah lelaki 45 tahun lalu di New York, dan melihat juga
kasus lain dimana ada tiga orang Kardinal yang diangkat dalam tahun-tahun
belakangan ini juga telah dituduh melakukan pelecehan sexual terhadap beberapa anak
laki-laki atau pemuda. Mereka itu adalah Hans
Hermann Groer, mantan Uskup Agung Wina; Keith
O’Brien, mantan Uskup Agung St. Andrews dan Edinburgh; serta George
Pell, kepala Sekretariat bidang Ekonomi.
Sementara
mengakui bahwa tuduhan terhadap Pell masih
diragukan, tetapi Tornelli mengamati bahwa tampaknya ada masalah dalam memilih
dan mengangkat para uskup. Dia mengatakan bahwa hal ini sangat jelas dalam
kasus McCarrick, dimana dia dikenal pernah melakukan pelecehan sexual terhadap
pria yang berada dibawah di bawah tanggung jawabnya:
"Apa
yang mengejutkan saya ... adalah informasi itu yang diterbitkan dalam
pernyataan Kardinal Joseph William Tobin, Uskup Agung Keuskupan Newark, yang
mengungkapkan bahwa 'Di masa lalu, ada tuduhan bahwa dia terlibat dalam perilaku
seksual dengan orang dewasa. Keuskupan agung ini dan Keuskupan
Metuchen menerima tiga orang imam yang diduga telah melakukan pelanggaran
seksual dengan orang dewasa puluhan tahun yang lalu; dan dua dari tuduhan ini telah
menyebabkan pelakunya dipindahkan ke tempat lain.'”
“Dalam
tiga kasus dari masa lalu Kardinal McCarrick - ketika dia masih menjadi uskup –
bukanlah kasus kecil yang terjadi, karena telah terjadi pelecehan sexual terhadap
para seminaris dan para imam yang melibatkan dirinya,” lanjut Tornelli.
Meskipun
wartawan itu mengakui bahwa Vatikan tidak pernah mendengar tuduhan bahwa McCarrick
telah melakukan pelecehan terhadap anak-anak, tetapi dia merasa sulit untuk
memahami bagaimana mungkin Vatikan "menunjuk seorang uskup dari Metuchen untuk
dipindah ke Newark, dan kemudian ... dari Newark dipindak ke Washington (dengan
promosi akan menjadi kardinal)” yang telah
membayar ganti rugi kepada ‘para korban pelecehan’ yang dilakukannya.”
Tornelli
mengamati bahwa hanya orang yang telah terbukti memiliki kepribadian matang
yang boleh menjadi imam, apalagi para uskup dan kardinal. Dia menggaris-bawahi
bahwa kasus pelecehan seksual terhadap anak-anak dan pemuda ini tidak terikat dengan
ideologi pribadi seseorang. Hans Hermann Groer, mantan Uskup Agung Wina,
dianggap sebagai seorang yang konservatif
- tetapi dia cacad dalam proses penunjukannya sebagai uskup.
"Kasus
McCarrick ... ini mewakili sinyal alarm yang penting, yang tidak hanya terkait
dengan masalah pedofilia atau pelecehan remaja, tetapi sekali lagi dia mempertanyakan
mereka yang bertanggung jawab atas proses itu dan kriteria yang menentukan
pilihan melalui apa uskup-uskup dipilih," kata Tornelli menyimpulkan.
Fokus perhatiannya untuk menulis
masalah yang menimpa para uskup yang aktif melakukan tindak pelecehan, bukan berarti
bahwa Tornelli membenci para uskup yang terlibat dalam tindakan pornografi.
Mengomentari dengan keras atas ucapan Capella bahwa dia telah beralih ke masalah
pornografi untuk mengatasi kesepiannya, Tornelli menulis, “Jelas uskup-uskup itu
memiliki kecenderungan untuk mengkonsumsi gambar-gambar buruk dan yang memalukan,
termasuk menonton anak-anak yang berperan dalam film-film itu, karena pornografi
anak bukanlah tempat berlabuh yang aman bagi orang yang mengalami krisis kepribadian
atau mengalami kesepian yang berlebihan.”
Silakan melihat artikel lainnya
disini : http://devosi-maria.blogspot.co.id/
No comments:
Post a Comment