JANGAN
MENGACAUKAN INFALIBILITAS KEPAUSAN DENGAN KETIDAKSEMPURNAAN
(KONDISI TANPA
CACAT CELA)
13 Desember
2019
By Gustavo Solimeo
Ada banyak kebingungan tentang sifat dan ruang lingkup kharisma
infalibilitas Paus.
Banyak umat Katolik dengan pengajaran agama rata-rata, berpikir bahwa Paus
yang Berkuasa adalah sempurna dalam segala hal yang ia katakan atau lakukan.
Namun, ini bukanlah apa yang ditegaskan oleh doktrin Katolik.
Dua Konsep Berbeda Yang Sering Dikacaukan.
Dengan demikian, sebagian besar umat Katolik mengacaukan ‘Infallibility’ dan ‘Impeccability.’ Ini adalah dua hak istimewa yang berbeda:
‘Infallibility’ adalah kekebalan dari kesalahan.
‘Impeccability’ adalah kondisi tidak mampu berbuat dosa. Seseorang menjadi tidak
bisa berbuat dosa.
Yang pertama (infalibilitas) diberikan kepada Paus; yang terakhir
(kondisi tanpa cacat cela) tidak.
Hanya Bunda Maria yang diberikan keistimewaan unik dari kesempurnaan ini (Impeccability):
selain dikandung tanpa Dosa Asal. Memang, Maria, dengan hak istimewa yang
khusus dari Allah, bebas dari semua dosa, bahkan dosa ringan, selama seluruh
hidupnya.
Bahkan Santo Petrus, Paus pertama dan seorang Rasul, tidak dibebaskan dari
kelemahan karena Dosa Asal, seperti yang dapat disaksikan ketika Santo Paulus
"secara terang-terangan menentang dia" (Gal 2:11) karena tindakan
disiplin tertentu yang ambigu yang disebabkan oleh kekurangan dan kelemahannya.
Kondisi yang Diperlukan untuk Infalibilitas.
Dengan demikian, tidak semua yang dikatakan atau dilakukan oleh Paus
adalah sempurna. Persyaratan tertentu haruslah dipenuhi agar pernyataan itu
sendiri tidak dapat salah.
Konstitusi Pastor Aeternus dari Konsili Vatikan Pertama (1869-1870),
memuat definisi dari infalibilitas kepausan. Dokumen itu menegaskan bahwa: Paus tidak bisa salah ‘ketika ia berbicara ex cathedra, yaitu, ketika ia menjalankan tugas sebagai imam
dan guru dari semua orang Kristen berdasarkan otoritas kerasulannya yang
tertinggi, ia mendefinisikan doktrin iman atau moral yang harus dipegang oleh
Gereja universal.’
(Konstitusi Pastor Aeternus dari Konsili Vatikan Pertama bisa dibaca di : http://www.catholicplanet.org/councils/20-Pastor-Aeternus.htm)
Ada empat syarat yang harus dipenuhi agar pernyataan Magisterium kepausan
tidak bisa salah:
1. bahwa Paus berbicara sebagai Doktor dan Gembala universal;
2. bahwa dia menggunakan kepenuhan otoritas kerasulannya;
3. bahwa dia mengungkapkan keinginan untuk mendefinisikan;
4. bahwa hal-hal yang didefinisikan berhubungan dengan Iman atau
moral.
Pernyataan apa pun yang tidak memenuhi keempat persyaratan ini tidak
memiliki hak kekebalan dari kesalahan. Tentu saja, keempat kondisi ini tidak
ada dalam sebagian besar tindakan dan dokumen Magisterium kepausan biasa.
Apalagi dalam kata-kata, gerak tubuh, dan sikap Paus dalam kehidupan
sehari-hari mereka.
Memandang Gereja Sebagaimana Adanya
Selain itu, infalibilitas adalah kemampuan yang berada dalam diri pribadi
Paus yang diberkati dengan kecerdasan dan kehendak bebas. Dia mungkin atau
mungkin juga tidak menggunakan kekuatan ini sesuai keinginannya.
Konstitusi Pastor Aeternus yang sama juga menetapkan batas-batas dari
infalibilitas kepausan: “Roh Kudus tidak menjanjikan kepada para penerus Petrus
bahwa melalui pewahyuan-Nya mereka dapat memperkenalkan doktrin baru, tetapi
bahwa, dengan pertolongan-Nya mereka dapat terus menjaga dan dengan setia
menjabarkan Wahyu, Deposit Iman, yang telah disampaikan melalui para Rasul.”
Karena itu, umat beriman harus memandang Gereja sebagaimana Tuhan kita
Yesus Kristus menjadikan dan mendirikan-Nya, bukan seperti yang mereka
bayangkan. Umat Katolik yang saleh harus mengenal, mencintai, mengagumi, dan
menghormati Gereja sebagaimana Dia sesungguhnya, yakni: Tubuh Mistik Kristus.
Umat Katolik harus mengagumi Gereja dalam kesempurnaan dogma-dogma-Nya,
kesucian sakramen-sakramen-Nya, kesatuan-Nya dan kekatolikan misi-Nya. Akan
tetapi, kasih, kekaguman, dan hormat ini hendaknya tidak membuat mereka
berusaha untuk menyembunyikan kekurangan dan ketidaksempurnaan yang mungkin ada
dalam elemen manusia-Nya.
Elemen Manusia Tidak Mengaburkan Yang Ilahi
Memang, Kristus mengijinkan adanya kelemahan semacam itu, seperti yang
dinyatakan oleh Paus Pius XII:
“Dan jika kadang-kadang di Gereja muncul sesuatu yang menunjukkan
kelemahan sifat manusia kita, hal itu tidak boleh dikaitkan dengan konstitusi
yuridisnya, tetapi lebih kepada kecenderungan yang disesalkan terhadap kejahatan yang
ditemukan dalam diri setiap individu, yang diizinkan oleh Pendiri Ilahinya, bahkan
kadang-kadang di dalam diri anggota-anggota yang paling dimuliakan dari Tubuh
Mistik-Nya, dengan tujuan untuk menguji kebajikan Gembala yang tidak kurang
dari pada kawanan dombanya, dan bahwa semuanya itu dapat meningkatkan jasa iman
Kristen mereka.”
(Pope Pius XII, Encyclical Mystici Corporis Christi ─ On the Mystical Body
of Christ, June 29, 1943, n. 66. Retrieved from:
Gereja sendiri, dalam Litani para Orang Kudus, mengakui adanya 'kapasitas
untuk menyimpang dari jalan yang benar' ini, ketika Dia mengundang umat beriman
untuk berdoa agar Bapa Suci dan para imam lainnya tidak menyimpang dari iman
yang benar :
Ut domnum Apostolicum et omnes ecclesiasticos ordines in sancta religione
conservare digneris,
R. Te rogamus, audi nos
Agar Engkau melindungi Uskup Tahta Apostolik, dan semua pejabat Gereja di
dalam iman yang kudus,
R. Kami mohon kepada-Mu, dengarkanlah kami.
Dengan demikian, elemen manusiawi dari Gereja mungkin gagal dan bahkan
benar-benar gagal karena Paus dan anggota hirarki tidak diberkati dengan
kondisi tanpa cacat cela (impeccability). Sebagai manusia, mereka bisa
berbuat dosa karena dikaruniai kehendak bebas, mereka dapat menerima atau menolak
tindakan kasih karunia. Namun demikian, ketiadaan kondisi tanpa cacat cela dari
kepausan tidak mempengaruhi infalibilitas kepausan.
Di tengah krisis saat ini, umat beriman harus selalu menghormati Hirarki
Suci, tanpa syarat mematuhi Iman yang benar, dan cinta dengan dedikasi yang
ekstrem kepada Gereja, Yang sepenuhnya adil dan tidak ternoda dalam konstitusi
ilahi-Nya dan dalam realitas mistik dan supranatural-Nya, menjadi sebagaimana
adanya Dia yang adalah Mempelai Kristus.
No comments:
Post a Comment