NASIHAT
DARI USKUP AGUNG VIGANÒ KEPADA ALEXANDER
TSCHUGGUEL
(Alexander Tschugguel adalah pemuda Austria, 26 tahun, yang
membuang patung berhala pachamama ke sungai Tiber)
Alexander
yang terkasih, dan semua orang yang telah berkumpul untuk berdoa Rosario Kudus
di luar Katedral St. Stephen di Wina,
Tuhan
kita Yesus Kristus dan Perawan Maria menyertai Anda semua!
Kita
semua telah melihat penyembahan berhala memasuki bait Allah dan mereka mengklaim
sendiri bahwa pemujaan itu secara eksklusif adalah bagi Allah yang tunggal, hidup
dan benar.
Kita
telah melihat patung-patung kayu kecil, yang diidentifikasi sebagai berhala
Pachamama, dibawa dalam prosesi melalui jalan-jalan di Vatikan dan masuk ke
dalam gereja-gereja.
Alexander kita yang terkasih telah mengingat adanya peringatan bahwa Allah kita adalah Allah yang cemburu - cemburu karena Dia adalah ‘sahabat manusia,’ dengan mengingat kebenaran yang abadi dan tujuan hidupnya bagi kemuliaan kekal.
Peringatan itu, yang bergema
di seluruh halaman-halaman Kitab Suci, seharusnya memenuhi kita semua dengan
rasa hormat dan kagum: “Mezbah-mezbah mereka
haruslah kamu robohkan, tugu-tugu berhala mereka kamu remukkan, tiang-tiang
berhala mereka kamu hancurkan dan patung-patung mereka kamu bakar habis.!” (Ulangan 7, 5). Anda telah menenggelamkan patung-patung
berhala itu di dalam air sungai Tiber, “…sebab hal itu adalah
kekejian bagi TUHAN, Allahmu. Dan janganlah engkau membawa sesuatu kekejian
masuk ke dalam rumahmu, sehingga engkaupun ditumpas seperti itu; haruslah
engkau benar-benar merasa jijik dan keji terhadap hal itu, sebab semuanya itu
dikhususkan untuk dimusnahkan."
(Ul 7, 25-26).
Santo Paulus mengajarkan kepada
kita bahwa manusia disesatkan dan melakukan penyembahan berhala ketika, setelah
kehilangan imannya dan menjadi seorang murtad, dia mulai membenci pengetahuan
tentang Tuhan dan bersikeras pada penolakannya untuk memuliakan Dia - “Tuhan yang menciptakan dunia dan segala
sesuatu yang ada di dalamnya adalah Tuhan langit dan bumi ... Dia sendiri
memberi setiap orang kehidupan dan nafas dan yang lain-lainnya ... di dalam Dia
kita hidup, kita bergerak, kita ada, ... kita adalah keturunan Allah juga.” (Kis. 17, 22, 28)
Penyembahan berhala
menghambat kebenaran dalam ketidakadilan, menggelapkan pikiran dan menyesatkan
penilaian. Kemudian manusia, karena tirani dari hasrat binatangnya dan
hasratnya yang tidak diatur, meninggalkan dirinya sendiri demi mengejar segala bentuk
penyimpangan dan kenajisan, “Karena itu
Allah menyerahkan mereka kepada keinginan hati mereka akan kecemaran, sehingga
mereka saling mencemarkan tubuh mereka. Sebab
mereka menggantikan kebenaran Allah dengan dusta dan memuja dan menyembah
makhluk dengan melupakan Penciptanya yang harus dipuji selama-lamanya.”(Rm 1:24-25).
Sekali lagi, Wina, ibu kota
agung yang telah dua kali berhasil melawan kemajuan pasukan Ottoman dengan
senjata terang Allah dan iman, kini diminta oleh para penguasa kesesatan untuk
mentolerir provokasi homo-heretik dan penghujatan yang kesekian kalinya. Sekali
lagi, di depan altar Katedral Santo Stefanus, para aktivis gay dan kaum waria
diizinkan untuk mempertontonkan diri mereka – yaitu orang-orang yang seharusnya
kepada siapa Gereja Katolik menyampaikan kebenaran Kristus yang membebaskan serta
karunia kasih penebusan dari Juruselamat kita, yang secara bebas dipersembahkan
bagi semua orang yang, dari kedalaman jiwa mereka yang terluka dan pertobatan
mereka sendiri, berani mengakui diri mereka sebagai makhluk yang membutuhkan
keselamatan.
Maka saya dengan sepenuh hati
bergabung dalam doa-doa kawanan kecil
yang mungkin tetap tanpa seorang gembala, tetapi setiap anggotanya telah
mengindahkan panggilan dari Hati Maria, Yang Dikandung Tanpa Noda, untuk berdoa
Rosario Kudus demi mendapatkan pengampunan Tuhan atas semua kejahatan dan
penghinaan yang dilakukan terhadap-Nya.
Besarnya skandal yang dilakukan
saat ini tidak akan pernah bisa mengurangi kuasa Tuhan: karena itu, kita tidak
punya alasan untuk kehilangan keberanian atau pun iman. Dihadapkan dengan visi
menyeramkan dari Gereja yang tampaknya ingin membangun kembali dirinya sendiri
dengan cara yang menentang iman yang sejati dan bertentangan dengan kebenaran
pribadi manusia, yang mendukung dan
mempromosikan apa yang merendahkan martabat kehidupan dan mengarah kepada
hilangnya jiwa-jiwa, maka kami ingin melipatgandakan iman dan berdoa tanpa
henti kepada Bunda Allah Yang Tak Bernoda dan Bunda sejati kita sendiri: Vitam
praesta puram, iter para tutum, ut videntes Iesum sempre colletemur. Dengan mengajari
kita untuk memandang kepada Yesus, Perawan Maria memungkinkan kita untuk
bertekun di dalam iman sebagai Acies
ordinata, serangkaian jiwa militan, yang menderita dan yang berjaya,
bersatu untuk menegaskan kehormatan Gereja, kemuliaan Allah dan kebaikan jiwa-jiwa.
Begitulah, perekrutan sedang berlangsung." (Prof.Roberto de Mattei)
Ketika
kita bersiap untuk melewati batas tahun baru liturgi, Santo Bernardus menaruh
kata-kata bagi pengharapan kita yang tak tergoyahkan, tentang iman kita yang
pasti, ke dalam hati kita dan di bibir kita, sementara hati kita terbuka
terhadap semangat cinta kasih Kristus. Ini adalah solusi tertinggi dan
satu-satunya bagi penyebarluasan kedurhakaan saat ini.
Mulai sekarang dan seterusnya,
marilah kita rayakan dengan sepenuh hati kedatangan Tuhan kita Yesus Kristus
... Dia datang bukan hanya kepada kita, tetapi juga bagi kita ... kelimpahan
rahmat yang telah diberikan-Nya memungkinkan kita untuk melihat sejauh mana
kita membutuhkan Dia. Kita bisa menilai beratnya penyakit kita dengan melihat berapa
banyak biaya untuk menyembuhkannya ... karena itulah kedatangan Juruselamat mutlak
diperlukan. Keadaan di mana manusia kini mendapati diri mereka berada, membuat
kehadiran-Nya sangat diperlukan. Semoga Juruselamat datang dengan segera!
No comments:
Post a Comment