seorang uskup belanda berkata: sinode
amazon, niatannya adalah membentuk sebuah agama baru
https://panamazonsynodwatch.info/articles/revolution-in-the-church/dutch-bishop-blasts-synod-for-promoting-pantheism-and-making-jesus-a-hippie/
by Mgr. Rob Mutsaerts
Jika
Anda membaca Dokumen Kerja dari apa yang disebut Sinode Amazon, tampaknya hasil
yang dimaksudkan untuk sinode itu adalah sebuah agama baru. Semacam
eko-sosialisme, campuran ekologi, perubahan iklim, ekumenisme, viri probati,
penahbisan perempuan dan, ya, penyebutan tunggal tentang nama Yesus, tetapi
bukan sebagai Anak Allah, Juru Selamat, tetapi Yesus sang filsuf, revolusioner
dan hippie. Yesus mendapat tempat di Pantheon, sebagai salah satu dari banyak
dewa. Sinode para uskup untuk wilayah Pan-Amazon dengan anehnya tidak dilakukan
di wilayah Amazon, tetapi justru di Roma. Sungguh luar biasa bahwa banyak uskup
dan kardinal - semuanya dengan tanda tangan yang sama - diundang dari luar
Amazon. Dan kemudian ada sesuatu yang lain: Anda akan menemukan amat banyak
tujuan sekuler di dalamnya. Ekologi integral adalah salah satunya.
Dokumen Kerja sinode mencakup panteisme
(yang selama ini selalu ditolak oleh Gereja) dan mengakui bahwa takhayul berhala
adalah juga sebagai sumber wahyu, sebagai cara-cara alternatif untuk memperoleh
keselamatan; dengan demikian secara implisit hal itu mengatakan bahwa karya
keselamatan Kristus tidaklah unik dan tunggal; Kristus hanyalah salah satu dari
banyak sumber keselamatan. Secara keseluruhan, dokumen kerja sinode - yang telah
disetujui oleh Francis sendiri – telah menghapuskan Gereja dari identitasnya
seperti yang selalu kita pahami selama ini. Sinode ini sama sekali tidak
berbicara soal karya penebusan Yesus, tentang pertobatan, pengorbanan atau
kesakralan. Tindakan merangkul dan memeluk pepohonan ternyata lebih
dipertimbangkan dan diutamakan.
Baru-baru ini paus Francis mengatakan
bahwa dia ingin memulai debat dengan semua orang (menurut saya, asal nama Anda bukan
Burke, atau Müller, karena Burke dan Brandmüller masih menunggu jawaban untuk
beberapa pertanyaan sederhana - yang disebut ‘dubia’). Yang luar biasa adalah
bahwa bahkan media pun tidak dapat mentolerir kritik terhadap paus. Burke dkk.
dikecam oleh pers. Itu sangat mengejutkan ketika Anda tahu bahwa media yang
sama ini mengkritik John Paul II dan Benedict sebagai hal yang rutin. Namun,
siapa pun yang mengkritik Paus Francis dibingkai sebagai bagian dari rencana
untuk mengusir Paus pergi, hanya karena mereka telah mengajukan pertanyaan kepadanya.
Atas pertanyaan dari para jurnalis
tentang pernyataan Uskup Agung Vigano, paus Francis menjawab bahwa mereka harus
mencari tahu sendiri. Dan dia menganggap kritik dari Amerika sebagai suatu
kehormatan. Dia tidak takut akan perpecahan di dalam gereja, katanya kepada
wartawan dalam penerbangan kembali dari Afrika ke Roma.
Jika ternyata paus Francis bersikap seperti
itu, biar saja dia begitu. Saya sendiri, secara pribadi, takut akan perpecahan di
dalam gereja. Menurut saya, itu benar-benar hal terburuk yang dapat terjadi
pada Gereja. Dalam penerbangan kembali dari Mauritius, Paus menambahkan bahwa
kritik itu bermanfaat.
Dia kemudian mencatat bahwa “tidak hanya
orang Amerika yang mengkritik saya, tetapi ada juga kritik dari dalam kuria.”
Mengapa Paus tidak mau mengundang empat kardinal ‘dubia’ untuk membicarakannya?
Sebagai pembangun jembatan (pontifex) sebenarnya dia bisa membuat dirinya lebih
kredibel dan dia akan mampu mencegah banyak kebingungan. Namun, paus memilih
untuk membingkai semua itu untuk konsumsi pers dengan mencitrakan para
pengkritiknya sebagai kaum moralis yang kaku dan ideolog yang terpeleset.
Akhirnya adalah ini: betapa seringnya
saya mendengar ucapan paus Francis bahwa itu semua hanyalah masalah belas
kasihan. Saya tidak percaya hal itu. Itu adalah belas kasihan yang palsu.
Seseorang tidak akan mau atau ingin meliberalisasi selibat untuk menguduskan
imamat, kecuali dia mau mengabaikan sebuah aturan yang membutuhkan kesucian. Orang
banyak tidak ingin mengubah doktrin mengenai homoseksualitas, karena mereka
ingin berbelas kasih kepada orang yang berbeban berat karena dosa. Tetapi paus
Francis dan para pengikutnya justru ingin mengatakan bahwa dosa (homosex) bukan
lagi dosa. Orang banyak tidak mau dan tidak ingin mengizinkan seks di luar
pernikahan, karena mereka berpikir positif tentang seksualitas. Namun paus
Francis dan para pengikutnya tidak ingin mengakui pernikahan (pria dan wanita)
sebagai satu-satunya perjanjian pernikahan yang diakui Allah. Bersikaplah yang jujur!!!
Dan berhentilah dengan agenda-agenda tersembunyi Anda.
*****
Mgr.
Rob Mutsaerts is auxiliary bishop of Den Bosch.
Source: LifeSiteNews
No comments:
Post a Comment