BAHKAN
NERAKA PUN MERUJUK KEPADA KERAHIMAN ALLAH
Neraka Adalah Bukti Bahwa
Martabat Manusia Adalah Tinggi.
Doa-doa
Offertorium berbicara tentang bagaimana Allah “dengan begitu luar biasa
menganugerahkan martabat tinggi kepada sifat manusia” [1]. Keabadian Neraka memanifestasikan bukti
dari martabat yang mulia ini dalam dua cara. Yang pertama adalah bahwa jiwa
manusia adalah kekal. Satu-satunya waktu yang masih diciptakan Tuhan dari
ketiadaan adalah penciptaan jiwa kita yang kekal di dalam rahim ibu kita.
Sesuai sifatnya, Tuhan telah membuat jiwa kita abadi. Jiwa akan tetap ada setelah
kematian. Renungkanlah kebenaran yang amat dalam ini. Keberadaan Anda, jiwa
Anda, benar-benar abadi dan akan ada selamanya dalam keabadian. Tetapi Anda
harus memilih sendiri bentuk keabadian ini: keabadian di dalam kebahagiaan karena
penglihatan akan Allah, atau siksaan yang kekal karena terpisah dari Allah.
Kemudian, kita melihat bagian kedua dari martabat
manusia yang mulia: kehendak bebasnya.
Nasib yang kekal dari jiwa Anda yang kekal bergantung pada pilihan Anda sebelum
Anda mati. Pilihan ini akan menentukan nasib Anda. Tuhan tidak akan memaksa
Anda. "Kualitas belas kasihan Allah tidaklah dibatasi." [2]. Tuhan tidak akan merusak
martabat manusia dengan mengirim manusia ke Surga dengan paksa. Sebab pemaksaan
ini akan menghancurkan sifat dasar dari belas kasih, yang merupakan tindakan kasih
yang bersifat bebas.
Karena itu,
keabadian Neraka adalah bukti bahwa jiwa abadi manusia adalah bebas. Di
kedalaman siksaan yang telah menunggu orang-orang yang terkutuk, nasib mereka
masih memperlihatkan kemuliaan Allah. Sementara itu, dalam masyarakat, terutama
saat ini, yang mempromosikan pengabdiannya pada kebebasan manusia dan hak-hak
asasi manusia, maka hukuman abadi telah diabaikan oleh manusia, dan dengan
demikian kebebasan dan keabadiannya juga diabaikan. Tidak pernah sebelumnya dimana
martabat manusia begitu hancur atas nama martabat itu sendiri, seperti halnya
retorika dari zaman modern yang kosong dan jahat sekarang ini.
Meski
begitu, Tuhan masih menawarkan pengampunan secara gratis; namun orang yang terkutuk, menolaknya.
Dalam hal ini kita melihat kebencian mereka, seperti yang dikatakan St.
Alfonsus, “Orang-orang yang terkutuk itu begitu keras kepala dalam dosa-dosa
mereka, sehingga bahkan jika Allah memberikan pengampunan, kebencian mereka
terhadap-Nya akan membuat mereka menolak pengampunan itu.” [3]
Menolak Analisa Psikologis
Mengenai Neraka: Tuhan Memang Menghukum Orang Berdosa
Kebenaran atau
fakta bahwa jiwa abadi manusia dengan bebas dan keras kepala memilih Neraka
tidak akan mengaburkan tindakan Tuhan bagi mereka: Allah tetap menghukum yang
terkutuk. Ada beberapa orang yang ingin mengaburkan tindakan Tuhan dalam hal hukuman
kekal, seolah-olah manusia adalah satu-satunya penentu nasibnya yang kekal.
Memang, orang yang terkutuk juga menginginkan surga - tetapi mereka tidak menginginkan Tuhan. Mereka ingin untuk
terus berdosa dan mereka akan menuai
hasil kejahatan mereka. Kemudian untuk membenarkan kesalahan mereka, mereka
dengan terburu-buru berharap agar semua
manusia akan diselamatkan.
Seorang rasul
mengecam kebodohan ini:
Janganlah sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya
dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. Sebab
barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya,
tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh
itu. (Gal 6: 7-8).
Beberapa umat Katolik lupa bahwa Tuhan
bersabda: “…maka Aku membalas dendam kepada lawan-Ku, dan mengadakan pembalasan
kepada yang membenci Aku.”(Ul 32:41). Manusia bukanlah hakim.
Sebaliknya, Yesus Kristus berkata, “…Aku
memegang segala kunci maut dan kerajaan maut.” (Why 1:18) Atas sikap menyepelekan
terhadap penghakiman, dengarkanlah Sabda dari Putra Allah:
“Aku berkata
kepadamu, hai sahabat-sahabat-Ku, janganlah kamu takut terhadap mereka yang
dapat membunuh tubuh dan kemudian tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Aku akan
menunjukkan kepada kamu siapakah yang harus kamu takuti. Takutilah Dia, yang
setelah membunuh, mempunyai kuasa untuk melemparkan orang ke dalam neraka.” (Luk. 12:
4–5)
Tuhanlah
yang memegang kuasa atas nasib kekal Anda. Karena itu, janganlah mengikuti
jalan orang berdosa yang tertipu bahwa dirinya dapat terus memperolokkan Allah
dan memenangkan bagi dirinya sendiri ganjaran di dunia yang akan datang. St.
Paulus bersikeras melawan anggapan orang berdosa ini:
“Sebab jika
kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran,
maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu. Tetapi yang ada ialah
kematian yang mengerikan akan penghakiman dan api yang dahsyat yang akan
menghanguskan semua orang durhaka. Jika ada orang yang menolak hukum Musa, ia
dihukum mati tanpa belas kasihan atas keterangan dua atau tiga orang saksi. Betapa
lebih beratnya hukuman yang harus dijatuhkan atas dia, yang menginjak-injak
Anak Allah, yang menganggap najis darah perjanjian yang menguduskannya, dan
yang menghina Roh kasih karunia? Sebab
kita mengenal Dia yang berkata: "Pembalasan adalah hak-Ku. Akulah yang akan
menuntut pembalasan." Dan lagi: "Tuhan akan menghakimi umat-Nya. Ngeri
benar, kalau jatuh ke dalam tangan Allah yang hidup.” (Ibr. 10: 26–31)
Keabadian Neraka
Adalah Pasti
Semakin banyak bidaah dan pendosa yang berusaha
mempersulit kesederhanaan pengertian Neraka dengan lebih banyak melakukan spekulasi,
menerapkan teologi yang muluk-muluk, studi sejarah, sumber-sumber
daya, serta berbagai pemikiran ulang yang rumit. Namun mereka tidak mencari
satu-satunya jawaban yang benar agar tidak masuk Neraka: BERTOBAT! Seperti dikatakan oleh St. Alphonsus, “Ini bukanlah opini
yang dipertentangkan di antara para teolog; ini adalah dogma-dogma iman yang
dengan jelas terungkap dalam Kitab Suci.” [4] Seperti
ada tertulis, “Enyahlah dari
hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal
yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya.” (Mat 25:41) “Maka asap
api yang menyiksa mereka itu naik ke atas sampai selama-lamanya, dan siang
malam mereka tidak henti-hentinya disiksa… " (Why 14:11)
“Mereka ini akan menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya,
dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatan-Nya.” (2Tes 1:9)
Jika Neraka
itu tidak kekal, maka ia tidak akan menghalangi kita untuk berbuat dosa. Ia
tidak akan mendorong kita untuk bertobat. Sejauh mana dosa akan membutakan kita
terhadap akibatnya, tidak dapat dilebih-lebihkan. Pada saat pencobaan, Kitab
Suci memberi tahu kita tentang dosa: "Sekali-kali kamu tidak akan mati, (Kej 3:4), dan kita
percaya itu! Sesungguhnya, kebutaan karena dosa akan menyebabkan manusia mau menerima
hukuman dan kemudian berbuat dosa terus jika hukuman (neraka) itu hanya sementara.
Sampai sejauh mana orang-orang berdosa akan memenuhi keinginan dosa mereka?
Bukankah dosa Daud menuntunnya untuk menipu dan membunuh? Meski begitu,
rasionalisasi dan pembenaran atas dosa tidak ada habisnya. Alasan pembenaran yang
diberikan pada saat orang mengalami pencobaan untuk berbuat dosa, tidak dapat
dihitung banyaknya.
“Berdiam dirilah
di hadapan Tuhan ALLAH! Sebab hari TUHAN sudah dekat…. Hari kegemasan hari itu,
hari kesusahan dan kesulitan, hari kemusnahan dan pemusnahan, hari kegelapan
dan kesuraman, hari berawan dan kelam.. (Zef. 1:7, 15) Di Neraka, tidak ada jalan untuk
kembali. Tidak ada jalan keluar. “Mereka akan keluar dan akan memandangi bangkai orang-orang yang telah
memberontak kepada-Ku. Di situ ulat-ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak
akan padam, maka semuanya akan menjadi kengerian bagi segala yang hidup.” (Yes 66:24) Dan Yesus
berseru kepada orang fasik: “Hai kamu
ular-ular, hai kamu keturunan ular beludak! Bagaimanakah mungkin kamu dapat
meluputkan diri dari hukuman neraka?” (Mat 23:33)
Carilah Pengampunan Sebelum
Penghakiman
Namun Allah
kita tidak menakuti kita dengan api Neraka agar kita dapat dikutuk. Seperti
yang Dia katakan melalui Nabi:
“Bertobatlah, dan lakukan penebusan dosa
untuk semua kesalahanmu: maka kesalahan itu tidak akan menjadi kehancuranmu.
Singkirkanlah segala pelanggaranmu, yang telah engkau lakukan, dan buatlah bagi
dirimu sendiri hati yang baru, dan roh yang baru: dan mengapa kamu akan mati,
hai kaum Israel? Karena aku tidak menginginkan kematian orang yang mati,
demikianlah firman Tuhan ALLAH, kembalilah kamu dan hiduplah.” (Ez. 18:
30–32)
Api neraka
ditunjukkan kepada kita sehingga kita dapat menjauhkan diri darinya di dunia
yang akan datang. Dalam kekerasan hati kita, api Neraka yang kekal adalah
rahmat bagi orang berdosa di dunia, untuk memberi mereka pertobatan yang
diperlukan bagi kehidupan kekal. Janganlah mengabaikan belas kasihan bagi jiwamu
sendiri, tetapi renungkanlah api Neraka. St. Thomas More berdoa untuk “memperhatikan
dan mempertimbangkan api neraka yang kekal.” [5]
St.
Alphonsus mengatakan:
Barangsiapa
yang mengarahkan pikirannya tentang keabadian, dia tidak akan senang dengan segala
kesejahteraan di dunia, juga tidak merasa terganggu oleh berbagai kesulitan;
karena dia tidak memiliki keinginan di dunia ini, maka dia tidak perlu takut:
dia hanya menginginkan keabadian yang bahagia, dan hanya takut keabadian yang
menyedihkan. [6]
St
Agustinus mengamati bahwa orang yang berpikir tentang keabadian namun tidak
bertobat, telah kehilangan semua iman atau telah kehilangan semua nalarnya [7]. Hari Tuhan sudah dekat. Siapa
yang tahu berapa lama hidupmu akan berlangsung? Bertobatlah kepada Tuhan,
karena Dia sangat murah hati dalam mengampuni orang berdosa yang menyesal.
Pertimbangkanlah
kehidupan kekal atau kematian kekal, dan janganlah tertipu oleh kesenangan
sesaat dari hidup ini. Ketika Thomas More dihukum mati oleh raja Henry VIII,
istrinya, Louisa, datang kepadanya
dengan tujuan menggoda dia untuk mematuhi perintah kerajaan. “Katakan, Lousia,” jawab orang suci itu, “berapa tahun aku
bisa berharap, dimana sekarang saya sudah sangat tua, berharap untuk bisa hidup?”
“Kamu mungkin,”
kata dia, “bisa hidup selama dua puluh tahun lagi, oh wanita bodoh!” serunya, “apakah
kamu ingin saya mengutuk jiwa saya sendiri selamanya karena tidak bersedia
menderita siksaan dua puluh tahun? [8]
*****
Timothy
S. Flanders is the author of Introduction to the Holy Bible for
Traditional Catholics. In 2019 he founded The Meaning of Catholic, a lay apostolate. He holds a degree in classical
languages from Grand Valley State University and has done graduate work with
the Catholic University of Ukraine. He lives in the Midwest with his wife and
four children.
Permisi Ya Admin Numpang Promo | www.fanspoker.com | Agen Poker Online Di Indonesia |Player vs Player NO ROBOT!!! |
ReplyDeleteKesempatan Menang Lebih Besar,
|| WA : +855964283802 || LINE : +855964283802