GEMPA BUMI:
BUKU TULISAN BENEDICT XVI DAN KARDINAL SARAH TENTANG SELIBAT IMAM
NEWS:
Buku yang
menimbulkan ‘gempa bumi’
by Antonio Socci • ChurchMilitant.com • January 15, 2020
Gereja bisa berada di jalan menuju 'bunuh diri'
Buku
baru yang ditulis oleh Paus Emeritus Benedict XVI dan Kardinal Robert Sarah, From
the Depths of Our Hearts, telah menyebabkan ‘gempa bumi’ bahkan sebelum buku itu diterbitkan, disertai
rentetan kemarahan dari kelompok Bergoglianists tertentu, seolah-olah
Benediktus tidak memiliki hak untuk berbicara. Bergoglio sendiri, di masa lalu,
telah mengajak Benediktus untuk mengekspresikan dirinya.
Gempa
tersebut disebabkan oleh tinjauan awal yang diterbitkan di surat kabar tentang
pembelaan mereka (Benediktus dan Sarah) akan hidup selibat imam (yang mereka
definisikan sebagai ‘tidak boleh tidak’). Tetapi juga dengan nada umum mereka,
yang membuktikan gawatnya situasi ini, karena kedua ‘manusia Allah’ ini -
walaupun menunjukkan rasa hormat kepada Paus Argentina itu – nampak bahwa
mereka berkata keras kepada Bergoglio: "Berhenti!, Anda memimpin Gereja
keluar dari jalan, menuju ke dalam lumpur!"
Dengan
mengutip St. Agustinus, mereka menegaskan: "Kita tidak bisa lagi
diam."
Setelah
menahan diri begitu lama dalam menyaksikan sekian banyak perbuatan yang patut disesalkan
di Era Bergoglian (seperti berhala
Pachamama yang disembah di Basilika Santo Petrus selama Sinode Amazon) – dan setelah lama berusaha
melalui cara-cara rahasia dan persaudaraan untuk mencegah Bergoglio dalam mengejar
tindak revolusionernya yang memecah belah Gereja – maka mereka sekarang
menyatakan bahwa mereka memiliki tugas dari dalam hati nurani mereka di hadapan
Allah dan Gereja: "Adalah tugas suci kita untuk mengingat kembali
kebenaran imamat Katolik. Dalam masa-masa sulit ini, setiap orang harus takut
bahwa suatu hari Tuhan akan memberikan teguran pahit ini kepada dirinya:
'Terkutuklah kamu, karena kamu tidak berkata apa-pun.' "
Mengutip
kata-kata St. Catherine dari Siena, ‘pencambuk’ paus yang hebat, Benediktus dan
Sarah ingin mengingatkan semua anggota Gereja (terutama Bergoglio) untuk
memikirkan satu-satunya penghakiman yang diperhitungkan, yang bukan penghakiman
dari surat-surat kabar dan kekuatan dunia ini, tapi penghakiman dari Tuhan.
Karena
itu, adalah salah untuk mengejar tepuk tangan dari media, dari para intelektual
dan politisi arus utama; adalah penting untuk menyenangkan Tuhan, sesuatu yang
biasanya (seperti yang diperingatkan oleh Yesus di dalam Injil) membawa serta
kebencian dan ejekan dari kekuatan-kekuatan duniawi, bukan tepuk tangan.
Peringatan-Peringatan Yang Melampaui Masalah Selibat Saja
Tampaknya, bahwa buku itu tidak terbatas pada berteriak
"Berhenti!" kepada Bergoglio tentang tema selibat imam, dimana
Bergoglio akan segera
menerbitkan kesimpulan
akhir dari Sinode Amazon, dan
juga berteriak kepada para uskup Jerman,
yang telah meluncurkan sinode
revolutioner mereka (dalam kedua kasus ini, selibat imam menjadi
sasaran).
Benediktus dan kardinal Sarah juga membahas masalah-masalah ‘panas’ lainnya - mulai dari Ekaristi hingga liturgi - yang sama-sama mendapat kecaman dari ‘kaum revolusioner dan modernist.’
Benediktus dan kardinal Sarah juga membahas masalah-masalah ‘panas’ lainnya - mulai dari Ekaristi hingga liturgi - yang sama-sama mendapat kecaman dari ‘kaum revolusioner dan modernist.’
Sebenarnya,
kekuatan klerus saat ini berusaha menyesuaikan diri dengan denominasi Protestan
di Eropa utara, dan ini adalah alasan bahwa kontroversi berpusat pada sakramen-sakramen,
yang merupakan pilar Gereja Katolik. Bukan kebetulan bahwa imamat, selibat, dan
Ekaristi juga merupakan tanda dari pecahnya ajaran dan gereja Luther.
Tetapi
dengan mengikuti jalan ini adalah perbuatan bunuh diri bagi Gereja Katolik.
Selain itu, kegagalan total model Protestan (seperti ‘pastor yang menikah’)
sangat jelas terlihat di Eropa utara, yang sekarang sepenuhnya mengalami
keruntuhan dalam iman kristiani. Obral sedang ditawarkan - jubah dan istri, dua
barang dengan satu harga – ternyata tidak bisa berfungsi.
Hal
yang sama dapat dikatakan tentang gagasan progresif lama yang telah gagal di
Amerika Selatan, tentang ‘imam-sebagai-satu-dari-kita’ – dimana imam bisa
menjadi seorang politisi dan aktivis sosial. Runtuhnya secara vertikal jumlah panggilan
dan keanggotaan Gereja di Amerika Latin menunjukkan bahwa model ini mengarah
pada akhir dari riwayat Gereja.
Komitmen: Menuntut Tapi Menarik
Seorang
sosiolog Amerika yang berwibawa, Rodney Stark, yang menganalisis berbagai
denominasi di Amerika Serikat, telah menunjukkan bahwa berbagai proposal
keagamaan lebih menarik - baik dalam hal keanggotaan atau dalam hal jumlah
panggilan. Semakin ia ‘nampak berbeda’ menurut pandangan dunia, semakin ia
menawarkan kehidupan yang menuntut dan radikal.
Di dalam
Gereja Katolik saat ini, berkembangnya panggilan tidak terjadi sama sekali di
kalangan kaum progresif yang menganjurkan untuk merangkul dunia dan ideologi
duniawi. Di manakah panggilan berkembang? Di tempat-tempat yang - mengikuti
kharisma orang-orang kudus – yang menawarkan pengalaman Surga di bumi,
menghadirkan cita-cita yang sangat kuat (inilah tempat-tempat atau kelompok yang
dituduh Bergoglio sebagai fundamentalisme dan berusaha dihancurkan olehnya).
Inilah
sebabnya mengapa Benediktus dan Kardinal Sarah - yang juga menekankan martabat
perkawinan yang luar biasa, hingga diangkat menjadi sakramen oleh Yesus Kristus
- menegaskan bahwa imamat harus merupakan sumbangan dan penyerahan diri total
kepada Allah, bukan sebagian, untuk menjadi seperti Kristus dan hidup seperti Dia.
Itu adalah ‘pelepasan kehidupan keluarga duniawi’ dan mewartakan ‘langit yang baru
dan bumi yang baru,’ sedangkan, ‘kemungkinan menahbiskan pria yang menikah akan
menyebabkan munculnya bencana pastoral, kebingungan eklesiologis dan mengaburkan
pemahaman tentang imamat.’
Sejarah
telah menunjukkan bahwa tidak benar bahwa selibat diperkenalkan pada masa
setelah Masa Kerasulan, tetapi yang benar adalah sebaliknya: Sejak awal,
selibat adalah cita-cita kehidupan kerasulan, untuk mengikuti jejak Yesus
(sedangkan pada abad-abad berikutnya orang-orang Kristen Timur memperkenalkan
para imam yang sudah menikah, tetapi itu bukanlah Gereja Katolik).
Kardinal
Sarah telah mengatakan bahwa dengan intervensi ini, paus Benediktus ‘ingin
meyakinkan jutaan orang Kristiani yang merasa kehilangan arah’ dan bahwa dia
ingin menghibur begitu banyak imam yang kebingungan saat ini. Pada dasarnya ini
adalah peran dari Petrus. Maka bukanlah kebetulan bahwa dia menandatangani buku
ini dengan namanya sebagai paus: Benediktus XVI, bukan sebagai Ratzinger.
Antonio Socci
First printed in Libero on Jan. 14, 2020
Translated by Giuseppe Pellegrino
First printed in Libero on Jan. 14, 2020
Translated by Giuseppe Pellegrino
* Sudah
Pasti : Francis Akan Menghapus Selibat Di Amerika Selatan
* Seorang
Pastor Seharusnya Berbicara Kepada Kawanannya,
* Di dalam Lemari Vatikan – 20. Bab 18 – Seminaris
Permisi Ya Admin Numpang Promo | www.fanspoker.com | Agen Poker Online Di Indonesia |Player vs Player NO ROBOT!!! |
ReplyDeleteKesempatan Menang Lebih Besar,
|| WA : +855964283802 || LINE : +855964283802