KITA SEDANG MENYAKSIKAN PARA PEMIMPIN GEREJA KATOLIK BERUSAHA MELAWAN DAN MENGHANCURKAN
GEREJA KATOLIK
by Antonio Socci •
ChurchMilitant.com • January 18, 2020
Nasihat bagi ‘kawanan kecil’ yang tersisa
Joseph Roth menulis
novelnya yang berjudul The Antichrist
pada tahun 1934, pada zaman totalitarianisme, dan dia berbicara tentang
Antikristus sebagai racun dingin dan tanpa perasaan, yang menginfeksi semua
orang, merusak jiwa dan bahkan bahasa itu sendiri, yang kini telah kehilangan
kontak dengan kenyataan itu sendiri dan membingungkan antara mana yang hitam
dan mana yang putih, mana yang benar dan mana yang salah. "Subjek ideal dari
rezim totaliter," tulis Hannah Arendt, "bukanlah Nazi atau Komunis
yang ajarannya diyakinkan secara paksa, tetapi bahwa Antikris adalah orang yang
nalar pembedaannya antara fakta dan fiksi, benar dan salah, sudah tidak ada
lagi."
Hari ini tampaknya
kita telah mendapati bahwa diri kita telah berada dalam situasi ini.
Bukanlah kebetulan
bahwa Benediktus XVI berbicara tentang ‘kediktatoran relativisme.’ Dalam beberapa
tahun terakhir kediktatoran (relativisme) ini menjadi semakin mencekik dari pada
saat-saat sebelumnya. Tampaknya cahaya telah padam (terutama cahaya Gereja),
dan tampaknya bukan hanya pertanyaan tentang kebenaran telah tersapu bersih (bahkan
dianggap tidak pantas untuk mengingat bahwa kebenaran itu ada dan bahwa baik
dan buruk dan tatanan penciptaan itu ada), tetapi tampaknya juga bukti-buktinya
tidak lagi diakui.
Dalam
beberapa tahun terakhir, kediktatoran (relativisme) ini menjadi lebih mencekik
daripada saat-saat sebelumnya. Tweet
Tampaknya kita
menyaksikan pemenuhan ‘ramalan’ Chesterton, yang meramalkan tentang sebuah saat
di mana itu akan dianggap sebagai akhir dari dunia, hanya untuk menegaskan kebenaran
bahwa dua tambah dua sama dengan empat, atau dedaunan berwarna hijau di musim
panas. Iklim ideologis ini - di dunia dan di dalam Gereja - jelas tidak
diciptakan secara kebetulan, tetapi karena kekuatan ekonomi, politik dan media di
dunia ini telah sangat mendorong ke arah ini.
Kekuatan-kekuatan
ini lebih jauh menginginkan bahwa Gereja tidak lagi berbicara tentang ‘klaim
kebenaran’ yang melekat dalam Injil, dan pada saat yang sama mereka (kekuatan-kekuatan
itu) telah memberlakukan ‘satu cara berpikir yang benar’ yang secara dogmatis mendominasi dan tidak mengakui
pertanyaan atau diskusi yang kritis.
Bertindak
dengan Iman Yang Baik versus bertindak Menghancurkan Iman
Pada Mei 2013 di
Lateran, Benediktus XVI menjelaskan bahwa seorang paus tidak dapat dan tidak
boleh menggunakan Tahta Petrus untuk menegaskan gagasan dan pendapat
pribadinya, tetapi hanya dan selalu menyampaikan ajaran Gereja, karena paus
tidak lebih unggul dari Firman Tuhan, karena paus hanyalah pelayannya.
Seharusnya tidak ada lagi yang ditambahkan kepada hal ini.
Tetapi saya
membayangkan bahwa pada titik ini, seseorang dapat menolak saya dengan berkata bahwa
Bergoglio belum benar-benar melenceng ke luar dari mandat Petrus dan bahwa dia
hanya mencari aplikasi pastoral dari Iman yang disesuaikan dengan zaman. Tetapi
jelas di atas segalanya, bahwa apa yang disebut revolusi pastoral yang sedang
dilakukan oleh Bergoglio saat ini sebenarnya menghancurkan doktrin itu sendiri,
sehingga itu adalah sebuah fiksi yang licik.
Tetapi apa yang ada
dalam pikiran dan hati kepemimpinan saat ini? Secara alami, tidak ada orang yang
bisa menilai niat hati nurani individu. Namun harus dikatakan bahwa ketika
seseorang bertindak dengan itikad baik, maka dia pastilah bersedia untuk
mempertimbangkan dubia [keraguan] dari orang-orang di sekitarnya, bersedia untuk
mempertanyakan dirinya sendiri, dan di atas semua itu, dia harus bersedia untuk
mengenali adanya penolakan terhadap kenyataan.
Dalam hal ini dapat
juga diasumsikan - pada awalnya - bahwa ide ‘pastoral’ tentang ‘mendekati’
dunia untuk membawa orang-orang kedalam Gereja, mestinya dilakukan dengan
itikad yang baik, tetapi gagasan (samar-samar)
ini dengan cepat terbukti tidak berhasil
selama tahun-tahun pasca-konsiliar - terutama di Amerika Latin - dan sejak
awal, itu jelas merupakan jalan yang buruk. Hasil yang gagal total dari tahun
1960-an dan 1970-an telah dikonfirmasi dalam tujuh tahun terakhir, tetapi tidak
ada yang memiliki pikiran yang lainnya. Pada kenyataannya, telah diserukan dengan
keras bahwa revolusi harus diteruskan sampai selesai.
Ya, berbuat salah
itu manusiawi, tetapi bertahan dalam kesalahan, itu adalah jahat. Ketika kita
menambahkan kepada kebangkrutan dan
kegagalan ini dengan hasil-hasil penyerahan ideologis Gereja yang kini terbukti
jelas, kepada kekuatan-kekuatan dunia ini (yang jelas-jelas anti-Katolik), dan
ketika kita juga melihat tangan besi menghantam orang-orang itu, baik kaum
religius mau pun umat awam, yang ingin tetap setia kepada ajaran Gereja yang
abadi, saya bisa mengatakan bahwa kita sedang menyaksikan para pemimpin Gereja Katolik
sedang berusaha menentang dan menghancurkan Gereja Katolik.
Juga dalam hal ini,
tidak ada orang yang bisa berpura-pura mengetahui pemikiran pribadi Benediktus
XVI. Tentu saja, paus Francis tidak dipilih olehnya, tetapi oleh sebuah Kolese Kardinal
yang jelas tidak memiliki pengetahuan tentang kandidat selama konklaf dan
pra-konklaf, dimana ada banyak sekali detail yang masih perlu diklarifikasi.
Tetapi, sejauh menyangkut pengunduran diri dan pilihannya untuk menjadi ‘paus
emeritus,’ saya percaya bahwa, berdasarkan dokumen yang ada, sekarang jelas
bahwa Benediktus XVI tidak bermaksud untuk mengundurkan diri - atau benar-benar
mengundurkan diri - munus Petrine .
Sebagai uskup
agung, Georg Gänswein menjelaskan dalam konferensinya yang terkenal di
Universitas Gregorian:
Baik sebelum dan
sesudah pengunduran dirinya, Benediktus memahami tugasnya untuk berpartisipasi
dalam ‘pelayanan Petrus.’ Dia meninggalkan tahta kepausan, namun dengan langkah
yang diambil pada 11 Februari 2013, dia sama sekali tidak meninggalkan
pelayanan ini. ... Dia tidak meninggalkan jabatan Petrus, sesuatu yang sama
sekali tidak mungkin baginya setelah penerimaannya yang tidak dapat dibatalkan
terhadap jabatan itu pada April 2005.
Ini sepertinya
kata-kata yang meledak-ledak (dan tidak pernah ditolak oleh Paus Benediktus).
Kolaborator terdekat dari Benediktus XVI itu menjelaskan kepada kita bahwa bagi
Joseph Ratzinger, "penerimaan jabatan" Peter "tidak dapat
dibatalkan" dan meninggalkannya "sama sekali mustahil." Meskipun
Vatikan terus berpura-pura bahwa semuanya sudah jelas, tetapi kita – umat
Kristiani - diizinkan untuk mengajukan pertanyaan tentang apa yang sebenarnya
terjadi pada Februari 2013 dan apa nama tempat atau jabatan Benediktus XVI dalam
Gereja saat ini.
Gereja
versus Para Pejabat Gereja
Saya akan membedakan - seperti yang telah diajarkan oleh
orang-orang kudus kepada kita - Gereja dari para pejabat Gereja. Gereja tetap menjadi Mempelai Kristus, berhasrat untuk menyenangkan Allah; sedangkan sebagian dari para pejabat Gereja menunjukkan diri mereka sangat
berhasrat untuk menerima tepuk tangan sanjungan dari dunia, yaitu, kekuatan-kekuatan dunia ini. Pikiran tentang penghakiman
Allah tampaknya bahkan tidak terlintas dalam benak mereka (para pejabat
Gereja).
Seperti yang Anda
ingat, Paul VI menceritakan kesedihannya tentang situasi ini kepada temannya,
Jean Guitton:
Ada gangguan yang besar
pada saat ini di dunia dan di dalam Gereja, dan yang dipertanyakan adalah Iman.
Hal ini sering terjadi sekarang, ketika saya mengulangi kalimat misteri dari Yesus
dalam Injil St. Lukas: "Ketika Anak Manusia kembali, apakah Ia
masih menemukan iman di dunia?" Apa yang mengejutkan saya, ketika
saya merenungkan dunia Katolik, adalah bahwa kadang-kadang dalam agama Katolik,
jenis pemikiran non-Katolik tampaknya mendominasi, dan mungkin terjadi bahwa
dalam waktu dekat pemikiran non-Katolik ini di dalam agama Katolik akan
mendominasi sepenuhnya. Tetapi hal itu tidak akan pernah mewakili pemikiran
Gereja. Adalah penting bahwa kawanan kecil yang setia, terus ada, sekecil apa
pun itu.
Jadi, apa saran
untuk ‘kawanan kecil’ ini?
Teruslah bertobat
dan tetap setia dan bersatu: setia kepada Kristus, setia kepada Gereja, setia kepada
Katekismus Gereja Katolik, setia kepada kepausan, setia kepada apa yang selalu
diajarkan Gereja dan di mana-mana dari St. Peter hingga Benedict XVI.
Bersaksilah tentang
kebenaran seperti yang diminta Yesus kepada kita dalam Injil (yaitu, dengan
gagah berani), dan berdoa untuk pertobatan Bergoglio, agar dia dapat memeriksa kembali
langkah-langkahnya, memperbaiki dirinya sendiri, dan tidak melakukan penghancuran
lebih jauh terhadap Gereja Kristus.
Akhirnya, berdoalah
kepada Yesus Kristus, memohon kepada-Nya untuk secara nyata memberikan seorang paus
Katolik kembali kepada Gereja-Nya dan agar paus itu dapat memberikan kesaksian
bagi keselamatan dunia.
*****
Antonio Socci's latest book Il dio mercato, la Chiesa e l'Anticristo
(The Market As God, the Church, and the Antichrist) is a passionate and
wide-ranging analysis of the present situation of the Church, which the author
has called "a situation that is now beyond the limits of sustainability,
given the Bergoglian direction and the side-by-side presence of two popes who,
although showing each other ceremonial courtesy, say opposing things."
*****
* Apakah Kita Sedang Menyaksikan Sebuah
Angkatan
* LDM, 19 Januari 2020
Permisi Ya Admin Numpang Promo | www.fanspoker.com | Agen Poker Online Di Indonesia |Player vs Player NO ROBOT!!! |
ReplyDeleteKesempatan Menang Lebih Besar,
|| WA : +855964283802 || LINE : +855964283802