Sunday, January 26, 2020

USKUP BELANDA: PAUS BENEDIKTUS BERKEWAJIBAN UNTUK BERBICARA MEMBELA SELIBAT IMAM


ROBERT MUTSAERTS, USKUP BELANDA: PAUS BENEDIKTUS BERKEWAJIBAN UNTUK BERBICARA MEMBELA SELIBAT IMAM

"Jika ada ambiguitas," kata Uskup Robert Mutsaerts, "Anda harus menciptakan kejelasan."

Thu Jan 16, 2020 - 8:42 pm EST

·        
Bishop Robert Mutsaerts of Den Bosch,
Netherlands.Omroep Brabant / YouTube

By Jeanne Smits, Paris correspondent


16 Januari 2020 (LifeSiteNews) - Uskup Belanda, Robert Mutsaerts, uskup auxilier dari 's-Hertogenbosch (Den Bosch), mengatakan bahwa dia ‘memahami’ alasan mengapa Paus Benediktus berkontribusi dalam debat soal selibat imam dalam buku yang dia tulis bersama dengan Cardinal Sarah, Des profondeurs de nos cœurs (Dari Kedalaman Hati Kita).

"Jika ada ambiguitas, Anda harus menciptakan kejelasan," katanya dalam sebuah wawancara dengan LifeSiteNews (baca wawancara lengkap di bawah).

"Tidak peduli imam atau uskup yang bersangkutan, itu adalah tugas mereka - dan semakin tinggi Anda berada dalam hierarki, semakin tinggi tanggung jawab Anda, dan juga tugas Anda untuk berbicara," kata uskup Belanda, yang terkenal dengan caranya sendiri: blak-blakan.

Uskup Mutsaerts beberapa waktu yang lalu, 12 November 2019, ikut menandatangani "Protes terhadap tindakan sakrilegi dari paus Francis" sebagai reaksi publik setelah skandal Pachamama dalam Sinode Amazon. Dia tidak ragu-ragu untuk menyampaikan kritik terhadap ‘perubahan paradigma’ ini, dan dia juga menyebut Sinode Amazon sebagai sebuah pertemuan yang paling politis sepanjang sejarah Gereja. Uskup Mutsaerts sebelumnya juga mencela Sinode Kaum Muda, yang tidak memiliki ‘kredibilitas’ apapun dengan banyaknya penyalahgunaan seks, katanya kepada LifeSite saat itu. Di internet, dia telah menulis secara teratur dan bersemangat di blognya ‘Paarse Pepers’ (Purple Peppers) yang banyak mengecam "pergeseran paradigma" saat ini di dalam Gereja.

Dalam wawancara yang baru dengan LifeSite, Uskup Mutsaerts berbicara tentang peran penting selibat imam dan tidak bermanfaatnya menghapuskan aturan itu pada saat panggilan terhadap kaum muda semua adalah ‘termasuk tipe ortodoks,’ jauh dari paham liberalisme pasca-Vatikan II di Belanda.

Lebih jauh, dia menunjukkan bahwa krisis di dalam Gereja saat ini, di atas segalanya, adalah karena tidak adanya iman dan ketidaktahuan akan realitas Yesus Kristus, Putra Allah.




 *****







* LDM, 19 Januari 2020

No comments:

Post a Comment