These Last Days News - June 10, 2016
Kisah Menghantui Dari 5 Orang Kudus Dalam Melawan Setan ...
https://www.tldm.org/news29/haunting-stories-of-5-saints-who-battled-demons.htm
Stream.org reported
on May 22, 2016:
Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis; karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara.” (Ephesians 6.11-12)
Sadarlah dan
berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang
mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya. (1 Peter 5.8)
Dunia
spiritual itu nyata, dan ada pertempuran yang sedang terjadi, terutama saat ini.
Meskipun
setan dan semua iblisnya jarang menampakkan diri kepada orang-orang biasa, namun
ketika berhubungan dengan orang-orang yang teguh di dalam Tuhan, seperti
orang-orang kudus, maka iblis, kadang-kadang, juga membuat serangan terbuka
terhadap mereka. Tentu saja, Yesus telah mengalahkan setan dan semua kekuatan iblis
di dunia ini. Meskipun setan mengamuk, mencari jiwa-jiwa untuk ditarik ke dalam
neraka bersamanya, tetapi siapa pun yang tinggal di dalam Yesus tidak dapat
dipisahkan dari Tuhan.
Jadi jangan sampai kisah-kisah berikut ini membuat Anda takut. Sebaliknya, biarlah kisah-kisah ini menjadi pengingat bahwa setan dan segala godaannya untuk berbuat dosa, adalah nyata -- bahkan meski Anda tidak bisa melihatnya seperti orang-orang kudus ini.
1) St. Antonius Agung: "Singa itu mengaum, ingin menyerang"
Seorang
rahib yang tinggal di padang gurun, abad ke-3 dan ke-4; kita tahu tentang St.
Antonius dari sebuah biografi yang ditulis oleh St. Athanasius yang berjudul Life of St. Anthony. Dikatakan bahwa
ketika orang mengunjungi St. Antonius di rumahnya di padang gurun, “mereka
mendengar suara keributan, banyak sekali suara, dan, seolah-olah, ada bentrokan
senjata disitu. Pada malam hari mereka melihat gunung itu menjadi penuh dengan
binatang buas, dan dia juga bertarung seolah-olah melawan makhluk yang kelihatan,
dan dia berdoa melawan mereka."
Dalam
satu cerita, St Antonius Agung memutuskan untuk menghabiskan suatu malam
sendirian di sebuah makam yang besar. Sekelompok besar iblis turun ke atasnya
dan menyerang tubuhnya. Si iblis “menyayat dia dengan goresan-goresan sehingga
dia berbaring di tanah tanpa dapat berkata apa pun karena rasa sakit yang
berlebihan. Dia mengatakan bahwa penyiksaan itu sungguh berlebihan sehingga
tidak ada pukulan yang dilakukan oleh manusia yang dapat membuatnya tersiksa
seperti itu.”
Keesokan
harinya, seorang teman yang membawakan berbagai persediaan dan kebutuhan
baginya, menemukan dia dalam keadaan sangat lemah dan tidak sadar, dan teman
itu membawanya kembali ke desa terdekat. Tetapi malam itu, dia sadar kembali
dan meminta temannya untuk membawanya kembali ke kuburan. Setelah temannya
mengurung dia kembali di kubur, St Antonius berseru, “Inilah aku, Antony. Aku
tidak akan lari dari penyiksaanmu, karena meski jika kamu melakukan penyiksaan lebih
banyak, tidak ada yang bisa memisahkan aku dari kasih Kristus." Setan-setan
itu segera lari menjauh, dan beginilah cara Santo Athanasius menggambarkan apa
yang terjadi selanjutnya:
Pada
malam itu setan-setan membuat keributan sehingga seluruh tempat itu tampak
seperti diguncang oleh gempa bumi, dan mereka seolah-olah menghancurkan keempat
dinding tempat tinggal itu, dan sepertinya mereka masuk melalui dinding-dinding
itu, dimana mereka datang dalam rupa binatang buas dan makhluk yang merayap.
Dan
tempat itu tiba-tiba dipenuhi dengan berbagai makhluk yang berbentuk sebagai singa,
beruang, macan tutul, banteng, ular, keledai, kalajengking, dan serigala, dan
masing-masing bergerak sesuai dengan sifatnya. Singa itu mengaum, mau menyerang,
banteng itu tampak mau menyerang dengan tanduknya, dan ular itu menggeliat
tetapi tidak bisa mendekati orang suci itu, dan serigala yang melaju dengan kencang
tiba-tiba tertahan; semua suara-suara penampakan itu, dengan gempuran amarah
mereka, sangatlah mengerikan.
Meskipun
dia sangat kesakitan, namun dia menjawab dengan berani kepada iblis:
“Jika
ada kekuatan dalam dirimu, hal itu akan cukup jika salah satu saja dari kamu yang
datang. Tetapi karena Tuhan telah membuatmu lemah, kamu mencoba untuk membuatku
takut dengan kawananmu yang banyak itu. Dan bukti kelemahanmu adalah bahwa kamu
mengambil bentuk yang kasar dari binatang-binatang buas. Jika kamu mampu, dan
telah menerima kekuatan untuk melawan aku, janganlah menunda untuk menyerang;
tetapi jika kamu tidak mampu, mengapa kamu merepotkan aku dengan sia-sia?
Karena iman kepada Tuhan adalah meterai dan tembok pengaman bagiku.”
Tiba-tiba
saja atap ruangan itu terbuka dan cahaya terang memenuhi makam itu. Setan-setan
itu lenyap dan rasa sakitnya juga menghilang. Menyadari bahwa Tuhan telah
menyelamatkannya, dia kemudian berdoa, “Dimanakah Engkau? Mengapa Engkau tidak datang
sejak awal untuk membuat rasa sakitku berhenti?" Dan Tuhan menjawabnya:
“Antony, Aku ada di sini, tapi Aku menunggu untuk melihat pertarunganmu. Kamu
telah bertahan, dan tidak pernah dipukuli hingga kalah, Aku selalu menjadi penolongmu, dan akan membuat
namamu dikenal.”
St Athanasius menulis bahwa “.. setelah mendengar ini, Antony bangkit dan berdoa, dan menerima kekuatan sedemikian rupa sehingga dia merasa bahwa dia memiliki lebih banyak kekuatan dalam tubuhnya daripada sebelumnya. Dan dia saat itu berusia sekitar tiga puluh lima tahun."
2) St. Padre Pio: "Setan-setan ini tidak berhenti menyerangku."
Lahir
pada akhir abad ke-19, St. Padre Pio tinggal dan meninggal di Italia -- tetapi dia
dikenal dan dihormati di seluruh dunia ketika dia meninggal pada tahun 1968.
Seorang pastor yang suci, pembuat mukjizat, dan stigmatis. St. Padre Pio juga
sering diserang oleh iblis.
Menurut
pastor
Gabriele Amorth, seorang pengusir setan terkemuka di Vatikan, “Musuh
sejati Padre Pio adalah setan-setan yang mengepungnya. … Perjuangan besar dan
terus-menerus dalam hidup Padre Pio adalah melawan musuh Tuhan dan musuh jiwa:
iblis, yang berusaha untuk menangkap jiwanya." Bahkan di masa mudanya, St.
Padre Pio menikmati penglihatan surgawi yang luar biasa, tetapi dia juga
menderita serangan dari setan. Pastor Amorth menjelaskan:
Iblis sering
tampak kepadanya sebagai kucing hitam yang buruk, atau dalam bentuk hewan lain yang
amat menjijikkan. Maksud setan-setan itu adalah untuk membuatnya ketakutan. Di
lain waktu setan datang sebagai gadis muda, telanjang dan merayu, melakukan
tarian cabul, untuk menguji kesucian pastor muda itu. Tetapi Padre Pio
merasakan bahaya yang terbesar ketika iblis mencoba menipunya, dengan cara mengambil
bentuk salah satu atasannya (atasan provinsial atau pembimbing spiritualnya)
atau dalam bentuk sosok yang suci (Tuhan, Perawan Maria, atau Santo
Fransiskus).
Taktik
terakhir ini -- iblis yang muncul sebagai seseorang yang baik dan suci --
adalah masalah khusus. Berikut cara St. Padre Pio membedakan sebuah
penglihatan:
Dia mengalami
rasa takut tertentu ketika Sang Perawan atau Tuhan Yesus pertama kali muncul, dan
kemudian segera diikuti oleh rasa damai ketika penglihatan itu berhenti. Di
sisi lain, jika iblis dalam bentuk sosok yang suci muncul di hadapannya, akan langsung
menimbulkan perasaan senang dan tertarik, dan kemudian segera digantikan oleh
penyesalan dan kesedihan.
Setan
bahkan terkadang menyerang St. Padre Pio secara fisik. Dia menggambarkan hal ini
dalam satu surat yang dia tulis kepada seorang pastor yang dipercayainya:
Setan-setan
ini tidak berhenti memukul saya, bahkan membuat saya jatuh dari tempat tidur.
Mereka bahkan merobek baju saya untuk memukul saya! Tapi sekarang mereka tidak bisa
membuat saya takut lagi. Yesus mengasihi saya, Dia sering mengangkat saya dan
menempatkan saya kembali di tempat tidur.
Memang, jika kita selalu dekat dengan Tuhan, kita seharusnya tidak takut kepada setan.
3) St. Gemma Galgani: "Cakarnya yang brutal"
St.
Gemma Galgani adalah seorang mistikus Italia akhir abad ke-19 yang memiliki
pengalaman spiritual yang luar biasa. Dalam sebuah
surat kepada seorang pastor, dia menulis:
Selama
dua hari terakhir Yesus telah memberi tahu saya, setelah Komuni Kudus: “Putri-Ku,
iblis akan segera mengobarkan perang besar melawan kamu.” Kata-kata ini saya
dengar di dalam hati terus menerus. Tolong berdoalah untukku… Dia segera
menyadari bahwa doa adalah pertahanan terbaik. Sebagai tanggapan, setan
membuatnya merasakan sakit kepala yang hebat untuk membuat dia sulit tidur.
Kelelahannya yang sangat kemudian membuatnya tidur lebih sulit -- tetapi dia tetap
bertahan:
Betapa
banyak usaha yang dilakukan oleh setan itu untuk membuat saya tidak mungkin
berdoa! Kemarin malam dia mencoba membunuh saya, dan hal itu akan berhasil jika
Yesus tidak segera datang menolong saya. Saya merasa ketakutan dan menyimpan
gambar Yesus dalam pikiran saya…
Pada
satu saat, ketika dia sedang menulis surat, iblis ...merebut pena dari
tangannya dan merobek kertas itu lalu menyeretnya dari meja, mencengkeram
rambutnya dengan keras sedemikian rupa sehingga rambutnya tercabut oleh cakar-cakarnya
yang brutal. Kemudian dia juga menggambarkan serangan lain di dalam salah satu
tulisannya:
Setan itu setan datang
di hadapan saya sebagai raksasa yang sangat tinggi dan berkata kepada saya,
“Bagimu tidak ada lagi harapan keselamatan. Kamu berada di dalam tanganku!” Kemudian
saya menjawab bahwa Tuhan itu penuh belas kasih dan penyayang, dan karena itu
saya tidak takut apa pun.
Kemudian dia memberi
saya pukulan keras di kepala dan dengan marah dia berkata "Terkutuklah
dirimu!" dan kemudian dia menghilang. Saya kemudian pergi ke kamar saya
untuk beristirahat, dan di sana saya mendapati dia lagi. Dia mulai memukul saya
lagi dengan tali yang bersimpul-simpul, dan dia ingin agar saya mematuhi dia,
sementara dia menyarankan kejahatan kepada saya. Saya berkata tidak, dan dia
memukuli saya lebih keras lagi, membenturkan kepala saya dengan keras ke tanah.
Pada titik tertentu, terlintas di benak saya untuk berseru “Bapa yang Kekal,
melalui darah Yesus yang amat berharga, bebaskanlah aku!"
Kemudian
saya tidak tahu lagi apa yang terjadi. Binatang hina itu menyeret saya dari
tempat tidur dan melemparkan saya, kepala saya membentur lantai dengan kekuatan
sedemikian rupa hingga sangat menyakitkan. Saya menjadi pingsan dan tetap
berbaring di sana sampai beberapa lama, dan kemudian saya sadar. Yesus aku bersyukur
kepada-Mu!
Tapi St. Gemma Galgani tetap percaya kepada Yesus. Dia bahkan menggunakan rasa humor untuk melawan iblis. Dia menulis ini kepada seorang pastor: Jika Anda melihat setan, ketika dia melarikan diri dengan membentuk wujud beberapa wajah, Anda akan meledak dengan tawa... Rupanya sangat jelek!…. Dan Yesus mengatakan kepada saya untuk tidak takut kepadanya.
4) St. John Vianney: “Hal itu karena aku memprtobatkan jiwa-jiwa kepada Tuhan yang maha baik.”
St.
John Vianney tinggal di Prancis pada awal abad ke-19. Dia sangat dihormati
karena karya-karya sucinya sebagai seorang imam sehingga dia menjadi santo
pelindung para imam. Dan tampaknya dia secara teratur bertempur melawan setan.
Suatu
kali, saudara perempuannya bermalam di rumahnya di dekat gereja
parokinya. Saudaranya ini terbangun oleh suara ketukan aneh di dinding dan
mejanya. Dia pergi kepada St. John Vianney, yang mendengarkan pengakuannya pada
larut malam, dan John Vianney menjelaskan:
Oh,
anakku, kamu seharusnya tidak takut: Itu adalah Grappin ["garpu
rumput"; nama panggilannya untuk Setan]. Dia tidak bisa menyakitimu.
Adapun terhadap saya, dia menyiksa saya dengan berbagai cara. Kadang-kadang dia
mencengkeram kakiku dan menyeretku berkeliling ruangan. Itu karena saya mempertobatkan
jiwa-jiwa kepada Tuhan yang maha baik.
Dalam
contoh lain, St. John Vianney sedang berada di gereja parokinya untuk
mendengarkan pengakuan dosa ketika seseorang melaporkan kepadanya bahwa kamar
tidurnya telah terbakar. Tanggapannya?
“Grappin (setan) sangat marah. Dia tidak bisa menangkap burung itu sehingga dia membakar kandangnya. Itu pertanda bagus. Kita akan memiliki banyak orang berdosa yang bertobat hari ini.”
5) St Teresa dari Avila: "Tanduk mereka melingkar di sekitar tenggorokan imam saat dia merayakan Misa"
St.
Teresa dari Avila adalah seorang mistikus Spanyol abad ke-16 dan saat ini dia dihormati
sebagai Doktor Gereja atas wawasannya yang luar biasa tentang kehidupan
spiritual. Dan dalam doa dan meditasinya, dia secara teratur berhadapan dengan
iblis.
“Suatu
bentuk yang amat keji,” tulisnya,
“mulutnya mengerikan. Dari tubuhnya nampak muncul nyala api yang besar, tetapi tidak
menimbulkan bayangan." Dia pernah melihat
dengan mata jiwanya dua setan berwujud mengerikan yang tampak memiliki tanduk
di sekitar tenggorokan seorang pastor saat pastor itu merayakan Misa.
Bagi St.
Teresa dari Avila, manifestasi visual dari setan ini jarang terjadi. “Saya
jarang melihatnya dalam bentuk tubuh jasmani seperti itu,” tulisnya, “tetapi
saya sering melihatnya tanpa bentuk apa pun, seperti dalam penglihatan yang
telah saya gambarkan, di mana tidak ada bentuk yang terlihat, tetapi objek itu
saya ketahui ada di sana.”
Senjatanya untuk melawan kekuatan jahat ini? Doa,
kerendahan hati, dan -- yang cukup menarik -- air suci, yang dia klaim, dari
pengalamannya, adalah senjata yang sangat efektif.
*****
“Ada kebutaan yang jauh lebih buruk daripada kehilangan penglihatan fisik, yaitu kebutaan hati. Begitu banyak orang yang menuju api neraka secara membabi buta. Manusia berusaha untuk menghancurkan bukti tentang neraka, tetapi orang-orang itu akan segera mengalami kebenaran: Neraka itu ada dan Surga itu ada. Dosa-dosa daging mengirim lebih banyak jiwa ke dalam neraka." - Yesus, Bayside, 2 Oktober 1970
“Kamu hanya memiliki dua tujuan yang terakhir: Surga atau neraka. Ketahuilah bahwa setan akan berusaha untuk menghapus realitas keberadaan kerajaannya, neraka, dari pikiranmu. Jika dia membuat lelucon tentang keberadaannya di antara kamu, dia sedang menipu kamu agar kamu berbuat dosa dan menjauhkan Roh Terang dari dirimu. Dan ketika kamu melepaskan dirimu dari Roh Terang itu, berarti kamu melepaskan dirimu dari kehidupan kekal di dalam Kerajaan Bapamu, Allah yang Mahatinggi di Surga." - Our Lady of the Roses, Bayside, 1 Februari 1975
*****
Ned
Dougherty, 6 Nopember 2020
Janji
Kosong Sosialisme: Kekristenan Tanpa Kristus
Giselle
Cardia, 3, 5, 8 Desember 2020