Para Mitra Baru Paus Menjajakan Kejahatan Intrinsik
https://www.churchmilitant.com/news/article/popes-inclusive-partners-peddle-intrinsic-evils
by Jules Gomes • ChurchMilitant.com • December 11, 2020
Pembentukan Dewan untuk kapitalisme inklusif penuh (CICV) dengan agenda kaum globalis yang pro-aborsi dan LGBT +
VATICAN CITY (ChurchMilitant.com)
- Berusaha untuk mengatur ulang (reset) ekonomi di bawah slogan
"kapitalisme inklusif," paus Francis telah menciptakan sebuah koalisi
dari beberapa korporasi yang mendukung aborsi dan LGBTIQ +.
Mitra Francis, MasterCard, telah menciptakan nama jalan: the LGBTIQ+
Diluncurkan pada Hari Raya Maria Dikandung Tanpa Noda, "Dewan untuk Kapitalisme Inklusif bersama
Vatikan" (CICV) terdiri
dari 27 pemimpin bisnis top dunia dan berniat untuk "menciptakan sistem
ekonomi yang lebih adil, berkelanjutan, dan tepercaya."
CICV mencantumkan "perilaku
etis" sebagai salah satu "prinsip-prinsip
pemerintahannya" dan bertugas "menjawab tantangan paus Francis untuk
menerapkan prinsip moralitas dalam praktik bisnis dan investasi."
Pendukung 'perbuatan Etis' justru
Mendorong Amoralitas
Paus, bagaimanapun, masih belum merinci masalah moral fundamental dengan mitra utamanya di CICV, jenis perbuatan apa saja yang termasuk dalam kategori "perilaku etis," meskipun Gereja mengutuk tindakan aborsi dan homoseksualitas sebagai "kejahatan intrinsik" dan pornografi sebagai "pelanggaran berat."
Mayoritas "pengawal" paus (sebutan bagi para anggota dewan CICV)
termasuk Rockefeller Foundation, Ford Foundation, Kering group, Allianz,
MasterCard, Estée Lauder, Guardian Life Insurance Company of America, bendahara
negara bagian California Fiona Ma dan Johnson & Johnson -- yang tercatat suka
mempromosikan aborsi, panseksualitas, Marxist Black Lives Matter
(BLM), dan aliran pengungsi yang tidak terkendali.
Penulis biografi kepausan dan ahli teori politik, Paul Kengor, mengatakan
kepada Church Militant bahwa
"banyak dari 'para pengawal' ini sangat
sesat dalam masalah sosial-moral penting yang sangat berharga bagi Gereja:
“Dalam masalah-masalah etika seperti ini (aborsi, LGBT) mereka berada jauh
di luar dan, pada kenyataannya, mereka sangat melanggar ajaran-ajaran Gereja. Hal
ini menjadikan mereka sangat mencurigakan di mata saya dan di mata banyak umat
Katolik yang setia. Jika kita tidak dapat mempercayai mereka pada masalah
sosial-moral paling vital saat ini, lalu bagaimana kita bisa mempercayai mereka
sebagai 'pengawal' dari 'kapitalisme' yang bertanggung jawab?”
Sementara Kengor mempertanyakan bagaimana Francis berniat untuk
"'mereformasi' 'kapitalisme' melalui para 'pengawal' kaum elit globalis
ini," Alexander Tschugguel, direktur St. Boniface Institute,
memperingatkan umat Katolik untuk "sangat prihatin dengan apa yang saat
ini dijual kepada kita semua di bawah slogan 'kapitalisme inklusif'."
Berbicara kepada Church Militant,
Tschugguel menjelaskan:
Saya pikir bukan kebetulan bahwa dewan yang baru dibentuk ini, didirikan tidak
lama setelah Forum Ekonomi Dunia (WEF) mulai mempromosikan gagasan 'Great Reset.
Proposal yang diajukan oleh WEF dan dewan baru ini berusaha untuk merongrong inisiatif bebas dan kepemilikan
pribadi. Mereka bertentangan dengan ajaran sosial Katolik, khususnya ajaran
Paus Leo XIII.
"Apa yang ada di balik 'Great Reset' dan 'kapitalisme inklusif'
hanyalah komunisme murni," kata Tschugguel memperingatkan, yang menjadi terkenal karena membuang patung pachamama ke sungai Tiber selama Sinode
Amazon yang lalu.
Homoseksualitas, pergaulan bebas, dan pengabaian moralitas Kristiani lainnya, telah diidentifikasi dalam Catatan Kongres AS sebagai langkah mendasar dalam melemahkan negara-negara berdaulat hingga pengambilalihan oleh komunis, karena mereka melemahkan keluarga dan meningkatkan ketergantungan pada Negara.
Jika
kita tidak dapat mempercayai mereka pada masalah sosial-moral paling vital saat
ini, lalu bagaimana kita dapat mempercayai mereka sebagai 'pengawal' dari
'kapitalisme' yang bertanggung jawab? Tweet
Umat Katolik
di media sosial banyak mengecam paus Francis karena "kemitraan
yang tidak seimbang" dengan organisasi seperti Rockefeller
Foundation yang mendukung pseudosains
rasis egenetika di Jerman Nazi, tetapi
"hari ini, mereka bertindak seolah-olah sisi buruk dari warisan mereka tidak
pernah terjadi."
Rockefeller
Foundation, sekarang ikut ambil bagian dalam CICV, juga mendanai dua gerakan sexual
revolusioner yang paling merusak di Amerika: Dr. Alfred Kinsey dan
"agenda kebebasan seksual berbasis pemerkosaan anak" serta Margaret
Sanger, pendiri raksasa aborsi Planned Parenthood.
The initiative pushes "sustainable development," a U.N.
push to eliminate private property
Yayasan
filantropi saat ini mendanai
Dana Tindakan Aborsi Aman (SAAF), dengan bangga menugaskan
peneliti Riya Garg "untuk meningkatkan pelayanan aborsi seseorang"
dan merupakan "mitra
utama" dalam memungkinkan "layanan keluarga berencana
pasca-aborsi ditingkatkan di seluruh dunia."
Presiden Rockefeller Foundation, Dr. Rajiv Shah, berpidato dan mensponsori "Unfinished Business: An LGBTQ + Summit," pada awal bulan Juni lalu.
Apa
yang ada di balik 'Great Reset' dan 'Inclusive Capitalism'
tidak
lain adalah komunisme murni. Tweet
Ford
Foundation didirikan dengan "tujuan utama" untuk menghindari pajak
harta benda dengan menempatkan "95% saham perusahaan di bawah nama yayasan
sosial," tulis David Horowitz dan Jacob Laksin dalam bukunya The New Leviathan: How the
Left-Wing Money Machine Shapes American Politics and Threatens America's Future.
"Dalam beberapa tahun terakhir, kegemaran Ford Foundation untuk
mendanai hal-hal radikal [termasuk kebencian anti-Israel] telah sedemikian
ekstrim sehingga bahkan kaum liberal yang mendukung Ford dan filantropinya
telah berbicara menolak sebagian pemberiannya," kata
Horowitz dan Laskin, menggarisbawahi ironi dari "yayasan sayap kiri yang
dibangun dengan uang sayap kanan."
Menurut database
dalam urusan hibah, Ford memberi Jaringan Epidemiologi Lapangan Afrika (AFEN) $ 1 juta untuk "hak dan
kesehatan seksual dan reproduksi" dan $ 800.000 kepada AIDS United, yang
mengkampanyekan "keadilan reproduksi."
Paus Francis dari
Dewan Kapitalisme Inklusif
AFEN berpendapat
bahwa "konseling pra-aborsi wajib, merupakan penghalang untuk mengakses
layanan aborsi yang aman" serta kampanye untuk mengakhiri praktik ini di
Afrika.
Pada tahun
2019, Estée Lauder's Make-up Art Cosmetics, menjanjikan
$ 500.000 kepada Planned Parenthood selama dua tahun untuk membantu memperluas
program obrolannya yang menyediakan informasi tentang aborsi. Perusahaan
kosmetik tersebut juga setuju untuk menyumbangkan 100% pendapatan dari lipstik
VIVA GLAM kepada raksasa aborsi itu.
Pada tahun
2016, lembaga think tank Center of the American Experiment
melaporkan bahwa "gerakan Black Lives Matter akan menerima
pendanaan jutaan dolar dari Ford Foundation."
CICV
menjanjikan "perdamaian dan keadilan" sebagai area "prioritas
utama," terutama berkampanye untuk "hak LGBTQ +," aktivis BLM,
perubahan iklim, dan kebijakan pintu terbuka bagi kaum imigran.
"Selama lebih dari 25 tahun, Johnson & Johnson telah menjadi pemimpin dalam mendukung komunitas LGBTQ + melalui kebijakan karyawan, praktik bisnis, dan advokasi publiknya," karena "perusahaan bertujuan untuk menjadi sekutu yang kuat selama Pride Month - dan seterusnya," situs web-nya menyatakan.
Kekhawatiran yang mencolok adalah bahwa kemitraan ini berujung sebagai sumber keuntungan dalam hal hubungan masyarakat, bagi para eksekutif yang terlibat. Tweet
Pada 2019, kampanye MasterCard menambahkan 10 rambu jalan baru di bawah Christopher Street dan Gay Street di New York City. Papan nama baru itu berbunyi: Jalan Lesbian, Jalan Biseksual, Jalan Transeksual, Jalan Queer, Jalan Interseks, Jalan Aseksual, Jalan Non-Biner, Jalan Panseksual, Jalan Two Spirit, Jalan +, dan Jalan #Acceptance. Semua nama ini berkonotasi dengan penyimpangan sexual.
Kemudian pada diskusi panel dengan Komisi Hak Asasi Manusia Kota New York, MasterCard meluncurkan kartu True Name yang memungkinkan individu gay dan transgender atau non-biner, mendapatkan kartu debit, kredit atau prabayar dengan nama pilihan mereka tertera disitu.
Grup mewah
global, Kering, menyatakan komitmennya
untuk "mempromosikan keberagaman dan inklusivitas LGBTQIA + dalam
grup," dan mengatakan "sangat bangga merayakan dan mendukung Pride Month," yang biasanya
diisi dengan berbagai kegiatan pawai LGBTQ.
Alexander Tschugguel memperingatkan tentang paham komunisme di dalam CICV
Salesforce,
sebuah perusahaan perangkat lunak berbasis cloud Amerika yang berkantor pusat
di San Francisco, mendukung BLM dan
mempromosikan "dosa
asal sayap kiri baru" serta
penyimpangan
yang tidak disadari.
Para Elit Mendapat Manfaat Terbanyak Dari 'Inklusi'
Dalam studi
akademisnya "Dari
Toleransi menuju Kesetaraan: Bagaimana Elit Membawa Amerika kepada Pernikahan
Sesama Jenis," Darel Paul menggambarkan "perusahaan
Amerika" sebagai "sekutu paling kuat normalisasi" agenda gay. "Perusahaan
terbesar di negara ini mulai menormalisasi (menganggap normal) keluarga LGBT
dengan memberikan tunjangan kerja kepada pasangan sesama jenis," tulis
Profesor Paul. "Mungkin kontribusi perusahaan yang paling luas
jangkauannya terhadap normalisasi adalah peningkatan penggunaan iklan bertema
LGBT kepada khalayak umum."
"Homoseksualitas
telah menjadi sangat normal di antara perusahaan-perusahaan Fortune 500 sehingga mereka bahkan
memasarkan produk yang umumnya terkait dengan anak-anak, dengan iklan yang inklusif
gay," kata Paul.
"Dan
sayangnya, mengapa Francis memilih orang-orang seperti itu ketika ada jutaan
pebisnis Katolik yang setia kepada iman mereka, mendukung 'kapitalisme' yang
bertanggung jawab dan setia pada ajaran sosial-moral Gereja?" tanya
Kengor, dalam komentarnya kepada Church
Militant.
Kengor
menjelaskan:
Sayangnya,
jawabannya adalah apa yang telah kita lihat selama masa kepausan Francis: Paus
ini mengelilingi dirinya dan merasa paling nyaman dengan kaum kiri. Realitas dan kecenderungan itulah yang telah membentuk
kepausannya dari awal hingga saat ini, menjadikannya sebagai kepausan politik
dan ideologis yang sangat menyiksa dan mengobarkan lautan kebingungan bagi umat
beriman di seluruh dunia. Inisiatif ini tampaknya merupakan cerminan lain dari keinginan
dan perbuatan Francis.
Majalah Forbes menggarisbawahi ironi CICV: "Orang yang sama yang menyerukan diakhirinya ketidaksetaraan kekayaan dan pendapatan adalah luar biasa kaya. Tentu saja, para pemimpin terkenal menyukai kapitalisme, hal itu sangat baik bagi mereka," dan majalah ini juga mencatat bahwa para ‘pengawal‘ paus "berada di urutan 1% teratas dari orang terkaya di dunia dan mereka itu adalah ‘orang-orang yang dipilih oleh paus Francis ketika dia berbicara soal menyebut ketidaksetaraan kekayaan."
Homoseksualitas telah menjadi sangat normal di antara perusahaan-perusahaan Fortune 500 sehingga mereka bahkan memasarkan produk yang umumnya terkait dengan anak-anak, dengan iklan yang inklusif gay. Tweet
"Kekayaan
mereka yang besar menimbulkan pertanyaan, karena mereka memiliki kemampuan
finansial, mengapa mereka tidak secara pribadi memimpin dengan memberi contoh?
Mengapa tidak menulis cek pribadi yang besar tanpa meminta penghapusan
pajak?" tanya Forbes. "Para elit kaya bisa mempertimbangkan untuk
menata rumah mereka sendiri sebelum mencoba mengubah dunia."
"Kekhawatiran
yang mencolok adalah bahwa kemitraan Francis dengan para elit global ini berujung
pada hubungan-masyarakat bagi para eksekutif yang terlibat. Mereka akan
menikmati sanjungan dan perhatian media yang menguntungkan dan sinyal kebajikan
‘betapa hebat dan perhatian mereka semua,’ " kata Forbes menyimpulkan.
Bersama paus
Francis, Cdl. Peter Turkson, kepala Dikasteri untuk Mempromosikan Pembangunan
Manusia Seutuhnya, telah ditunjuk untuk memberikan "bimbingan moral"
kepada dewan.
Cdl. Peter Turkson,
yang sebelumnya mengutuk penggunaan istilah "hak reproduksi" untuk tindakan
aborsi dan menolak ideologi gender dan homoseksualitas sebagai isu hak asasi
manusia, namun kini dia tidak mengutuk perbuatan aborsi dan agenda panseksual
dari "para pengawal kapitalisme inklusif."
*****
Rm 1:24 Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada
keinginan hati mereka akan kecemaran, sehingga mereka saling mencemarkan tubuh
mereka.
Rm 1:26 Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada hawa
nafsu yang memalukan, sebab isteri-isteri mereka menggantikan persetubuhan yang
wajar dengan yang tak wajar.
Rm 1:27 Demikian juga suami-suami meninggalkan
persetubuhan yang wajar dengan isteri mereka dan menyala-nyala dalam berahi
mereka seorang terhadap yang lain, sehingga mereka melakukan kemesuman,
laki-laki dengan laki-laki, dan karena itu mereka menerima dalam diri mereka
balasan yang setimpal untuk kesesatan mereka.
Rm 1:32 Sebab walaupun mereka mengetahui
tuntutan-tuntutan hukum Allah, yaitu bahwa setiap orang yang melakukan hal-hal
demikian, patut dihukum mati, mereka bukan saja melakukannya sendiri, tetapi
mereka juga setuju dengan mereka yang melakukannya.
Im 20:13 Bila seorang laki-laki tidur dengan laki-laki secara orang bersetubuh
dengan perempuan, jadi keduanya melakukan suatu kekejian, pastilah mereka dihukum
mati dan darah mereka tertimpa kepada mereka sendiri.
*****
Teman-teman
Baru Francis : Kaya Dan Busuk
Kardinal
Pell: Perlahan, Vatikan Akan Bangkrut
Vatikan
Memperkenalkan Kandang Natal Yang Mengerikan
Kardinal
Burke: Kekuatan-Kekuatan Yang Memaksakan Great Reset...