VATIKAN MEMPERKENALKAN KANDANG NATAL YANG MENGERIKAN DI LAPANGAN SANTO PETRUS
11 Dec 2020
ROMA
- Vatikan memamerkap pemandangan palungan Natal tahun 2020 di Lapangan Santo
Petrus pada hari Jumat, hingga menyebabkan para pengunjung segera menjauh
terpencar-pencar; mereka merasa tersinggung dan merasa dihinakan.
Para pengamat menilai terjadi pelecehan melalui
tontonan yang menyedihkan itu, dan orang-orang saling mengucapkan julukan yang
paling tepat untuk menggambarkan adegan suasana Natal yang amat mengerikan itu.
Ada yang mengatakan itu adalah "mummi
Maria," "Weeble Jesus" (‘weeble’ adalah mainan anak-anak berbentuk
oval yang diperkenalkan oleh Hasbro pada tahun 1970-an). Ada lagi orang-orang
yang menyebut sosok-sosok dalam kandang Natal itu sebagai "makhluk dari
planet Mars," "gulungan kertas toilet," dan "astronot"
untuk menggambarkan tokoh-tokoh berbentuk silinder yang dimaksudkan untuk
mewakili Keluarga Kudus, para Majus, dan para gembala di Betlehem.
Yang lain lagi melihat pada satu sosok yang
tidak menyenangkan yang memakai helm, dan mengatakan itu sebagai "Gunung" dari serial televisi Game of Thrones, sementara orang-orang yang
lain memunculkan ingatan tentang Robot dari kisah film Lost in Space: Sekilas tentang Kandang Natal Vatikan. Pembukaan
resmi dilakukan besok. Sepertinya itu merupakan beberapa suku cadang mobil,
mainan anak-anak, dan astronot. pic.twitter.com/4ZeBkf1Huy
- The Catholic Traveller (@MountainButorac) December 10, 2020
Seperti yang ditulis
oleh seorang Italia yang marah, di media sosial, tentang adegan palungan
Vatikan, “Keburukan adalah hal pertama yang Anda saksikan, diikuti oleh
kurangnya kehangatan keluarga dan adanya jarak yang ditampilkan oleh
sosok-sosok silindris itu. Jika Anda ingin menilai secara kasar, maka
sosok-sosok silinder itu mengingatkan puncak-puncak dari bangunan pemujaan Setan
yang dikutuk dalam Alkitab."
Secara tradisional, adegan palungan Natal dimaksudkan
untuk membangkitkan perasaan kesalehan dan pengabdian umat beriman -- bukan rasa
kasihan dan menjijikkan atas kelahiran Yesus di Betlehem, dan dengan demikian
karya yang sangat disesalkan ini tidak hanya menyinggung kepekaan estetika,
tetapi juga sangat merendahkan penghormatan religius dari umat beriman.
Pihak Vatikan mengatakan, Kandang Natal
yang dipamerkan di Lapangan Santo Petrus ini diciptakan oleh para mahasiswa dan
fakultas dari FA Grue Art Institute, sebuah sekolah menengah untuk desain yang
dikelola negara, yang pada dekade 1965-1975 memusatkan kegiatan skolastiknya
pada tema-tema Natal.
“Kami percaya bahwa pengalaman Kandang Natal
tahun ini, yang disumbangkan oleh Sekolah Tinggi Artistik, benar-benar
merupakan panggilan yang kuat bagi semua orang untuk berusaha lebih banyak
dalam pelatihan generasi baru, baik di tingkat sekolah menengah dan atas, dan juga
untuk dunia universitas,” kata Uskup Lorenzo Leuzzi dalam sebuah pernyataan
yang dijamin akan mendapatkan komentar yang luas.
Elizabeth Lev, seorang sejarawan seni Amerika
yang tinggal dan mengajar di Roma, mengatakan kepada Breitbart News bahwa dia pikir pilihan kandang Natal seperti itu adalah
salah.
“Kelahiran Yesus merayakan peristiwa Inkarnasi,
Tuhan yang datang ke dunia sebagai daging, bukan dalam bentuk totem (patung
pujaan suku primitiv) seperti itu,” kata Dr. Lev. “Di akhir tahun yang sangat
sulit ini, orang-orang akan mencari keindahan, sesuatu untuk mengangkat,
menginspirasi, dan menyatukan mereka, sedangkan pemandangan yang ditawarkan di
Lapangan Santo Petrus ini memberi mereka sesuatu yang sama sekali bertentangan.”
"Sosok-sosok cacat dalam Kandang Natal Vatikan
itu tidak memiliki semua keanggunan, proporsi, kerentanan, dan kecerahan yang selalu
dicari banyak orang di palungan Yesus di saat Natal," katanya. “Inti dari
liburan ini adalah pribadi kedua dari Tritunggal Mahakudus (Sang Putra) yang mengambil
bentuk manusia, lahir sebagai bayi dari daging dan darah, namun tidak ada yang bersifat
lebih manusiawi di dalam bentukan-bentukan yang kita lihat di hadapan kita saat
ini.”
“Konteks juga berperan penting pada karya-karya
ini yang latar belakangnya dikelilingi oleh barisan tiang-tiang megah ciptaan Bernini,
didampingi dengan figur-figur monumental para santo, dengan Basilika Santo
Petrus di latar belakang yang berisi patung-patung indah berumur seribu tahun,”
lanjut Lev.
“Ini merupakan tahun yang kelam dan banyak orang
yang imannya tertantang. Mungkin lebih baik memberi mereka dengan simbol-simbol
untuk berkumpul dan menyatu, daripada disuguhi objek-objek ejekan seperti ini,”
katanya. “Adegan ini menuntun orang untuk menumpahkan cemoohan pada ikon yang
mewakili Keluarga Kudus. Sangat disayangkan karena kami tidak dapat menemukan
sesuatu yang bisa menginspirasi, setidaknya yang berupa kelembutan, atau
sesuatu yang penuh penghormatan."
Selain itu, Lev menyimpulkan, "Dalam konteks polemik tahun lalu atas patung Pachamama, tampaknya juga tidak baik untuk menggunakan gambaran-gambaran sosok yang bisa membingungkan orang-orang dan meningkatkan rasa perpecahan."
*****
Giselle
Cardia, 3, 5, 8 Desember 2020
Kisah
Menghantui Dari 5 Orang Kudus
Dalam Melawan Setan
Viganò:
Kristus Raja Telah Dilucuti Mahkota-Nya
Teman-teman
Baru Francis : Kaya Dan Busuk
Kardinal
Pell: Perlahan, Vatikan Akan Bangkrut