These Last Days News - October 23, 2013
Perawan Maria menampakkan diri kepada seorang tahanan, berkulit hitam, Claude
Newman, yang mengantre untuk menerima hukuman mati
Kisah
nyata Claude Newman berikut ini terjadi di Mississippi pada tahun 1944. Kisah
itu diceritakan oleh Pastor O'Leary, seorang imam dari Mississippi, yang
terlibat langsung dengan peristiwa tersebut. Dia telah meninggalkan untuk anak
cucu rekaman audio ini. Ini adalah kisah yang ditranskripsikan di sini.
Claude
Newman adalah seorang pria negro yang bekerja di ladang untuk seorang pemilik
tanah. Dia menikah ketika berusia 17 tahun, dengan seorang wanita pada usia
yang sama. Suatu hari, dua tahun kemudian, dia keluar untuk membajak sawah. Seorang
teman pekerja, berlari kepadanya untuk memberi tahu Claude bahwa istrinya
berteriak-teriak dari dalam rumahnya. Claude segera berlari ke rumahnya dan
menemukan seorang pria sedang menyerang istrinya. Claude menjadi marah,
mengambil kapak dan membelah kepala pria itu. Ketika orang-orang menggulingkan
pria itu, mereka menemukan bahwa itu adalah karyawan favorit pemilik tanah
tempat Claude bekerja. Claude ditangkap. Dia kemudian dijatuhi hukuman karena
pembunuhan dan dihukum mati di kursi listrik.
Sementara dia di penjara menunggu eksekusi, dia tinggal
di blok sel dengan empat tahanan lainnya. Suatu malam, kelima pria itu
duduk-duduk sambil mengobrol dan mereka kehabisan bahan percakapan. Claude
melihat sebuah medali pada tali di leher tahanan lain. Dia bertanya apa itu,
dan bocah Katolik itu memberitahunya bahwa itu adalah medali. Claude berkata,
"Apa medali itu?" Bocah Katolik itu tidak dapat menjelaskan apa itu
medali atau apa tujuannya. Pada saat itu, dan dengan marah, bocah Katolik itu
menarik medali dari lehernya sendiri dan melemparkannya ke lantai di dekat kaki
Claude dengan umpatan dan kutukan, dan menyuruh Claude untuk mengambil sendiri barang
itu.
Claude mengambil medali itu, dan dengan izin dari
petugas penjara, meletakkannya di tali pada lehernya sendiri. Baginya, itu
hanya perhiasan kecil, tapi dia ingin sekali memakainya.
Pada malam hari, saat tidur di atas ranjangnya, dia
terbangun oleh satu sentuhan lembut di pergelangan tangannya. Dan di sana,
berdirilah, seperti yang diceritakan Claude kepada pastor beberapa saat
kemudian, berdirilah seorang wanita yang paling cantik yang pernah Tuhan
ciptakan. Awalnya dia sangat ketakutan. Wanita itu menenangkan Claude, dan
kemudian berkata kepadanya, "Jika kamu ingin aku menjadi Ibumu, dan kamu
ingin menjadi anakku, panggillah seorang pastor Gereja Katolik." Dengan kalimat
ini, wanita itu menghilang.
Claude segera menjadi ketakutan, dan mulai berteriak,
"hantu, hantu", dan melarikan diri ke sel salah satu tahanan lainnya.
Dia kemudian mulai berteriak bahwa dia ingin bertemu dengan seorang imam Katolik.
Pastor
O'Leary, pastor yang menceritakan kisah ini, dipanggil keesokan paginya. Dia
tiba dan bertemu Claude yang menceritakan apa yang terjadi pada malam
sebelumnya. Kemudian Claude, bersama empat pria lainnya di blok selnya, meminta
pelajaran agama Katolik.
Awalnya,
Pastor O'Leary sulit memercayai cerita itu. Para tahanan lain memberi tahu pastor
itu bahwa segala sesuatu dalam cerita itu adalah benar. Tapi tentu saja, mereka
tidak melihat atau mendengar sendiri penampakan Bunda Maria. Pastor O'Leary
berjanji untuk mengajari mereka katekismus, seperti yang mereka minta. Dia
kembali ke parokinya, memberi tahu rektor apa yang terjadi, dan kembali ke
penjara keesokan harinya untuk memberikan pelajaran dan beberapa nasihat.
Saat
itulah sang pastor mengetahui bahwa Claude Newman tidak dapat membaca atau
menulis sama sekali. Satu-satunya cara dia tahu apakah sebuah buku menghadap ke
atas, adalah jika buku itu berisi gambar. Claude tidak pernah sekolah. Dan
ketidaktahuannya tentang agama bahkan lebih dalam. Dia sama sekali tidak tahu
tentang agama. Dia tidak tahu siapa Yesus itu. Dia tidak tahu apa-apa kecuali
bahwa Tuhan itu ada.
Claude
mulai menerima berbagai pelajaran dan nasihat, dan para tahanan lain
membantunya belajar. Setelah beberapa hari, dua suster dari sekolah paroki
Pastor O'Leary mendapat izin dari sipir untuk datang ke penjara itu. Mereka
ingin bertemu Claude, dan mereka juga ingin mengunjungi para wanita di penjara.
Di lantai lain penjara itu, para suster kemudian mulai mengajar katekismus kepada
narapidana wanita.
Beberapa
minggu berlalu, dan tibalah saatnya Pastor O'Leary akan memberikan instruksi
tentang Sakramen Pengakuan. Para suster juga ikut duduk di kelas. Imam itu berkata
kepada para tahanan, "Oke, nak, hari ini saya akan mengajari kalian
tentang Sakramen Pengakuan."
Claude
berkata, "Oh, aku tahu tentang itu!"
"Wanita
itu memberitahu aku," kata Claude, "bahwa ketika kita pergi mengaku
dosa, kita berlutut bukan di hadapan seorang imam, tetapi kita sedang berlutut
di depan Salib Putranya. Dan bahwa ketika kita benar-benar menyesal atas
dosa-dosa kita, dan kita mengakui dosa-dosa kita, Darah yang Dia tumpahkan akan
mengalir ke atas kita dan membasuh kita hingga terbebas dari segala dosa."
Pastor
O'Leary dan para suster yang duduk disitu tercengang dengan mulut terbuka
lebar. Claude mengira mereka marah dan berkata, "Oh, jangan marah, jangan
marah, saya tidak bermaksud memamerkan hal ini."
Pastor itu
berkata, "Kami tidak marah. Kami hanya heran. Kamu telah melihat dia
lagi?"
Claude
berkata, "Pergilah ke sel-blok, dan menjauhlah dari yang lain."
Ketika mereka sendirian, Claude berkata kepada pastor,
"Dia mengatakan kepada saya bahwa jika Anda meragukan saya atau
menunjukkan keraguan, saya harus mengingatkan Anda bahwa ketika Anda berbaring
di selokan di Belanda, pada tahun 1940, Anda bersumpah kepada Wanita itu yang
masih dia tunggu pelaksanaan sumpah Anda hingga kini." Pastor O'Leary segera
ingat, dan berkata "Claude, beri tahu saya dengan tepat apa sumpah saya itu."
Begitulah, hal ini kemudian meyakinkan Pastor O'Leary bahwa Claude memang
mengatakan hal yang sebenarnya, dalam penglihatannya tentang Bunda Maria.
Mereka
kemudian kembali ke kelas katekismus, untuk membahas tentang Pengakuan Dosa.
Dan Claude terus mengatakan kepada tahanan lainnya, "Kamu tidak perlu
takut untuk mengaku dosa. Saat itu kamu akan benar-benar berkata kepada Tuhan tentang
dosa-dosamu, bukan kepada pastor ini, atau pastor mana pun. Kita mengatakan
kepada Tuhan tentang dosa-dosa kita." Kemudian Claude berkata, "Kamu
tahu, Wanita itu berkata [bahwa Pengakuan Dosa adalah] sesuatu seperti telepon.
Kita berbicara melalui pastor kepada Tuhan, dan Tuhan berbicara kembali kepada
kita melalui pastor."
Kira-kira seminggu
kemudian, Pastor O'Leary bersiap untuk mengajar di kelas dalam penjara tentang
Sakramen Mahakudus. Para suster juga ikut hadir untuk ini. Claude menceritakan
bahwa Wanita itu juga telah mengajarinya tentang Komuni Kudus, dan dia bertanya
apakah dia dapat memberi tahu pastor apa yang dikatakan wanita itu. Pastor itu
segera setuju. Claude menuturkan, "Wanita itu mengatakan kepada saya bahwa
dalam Komuni Kudus, saya hanya akan melihat apa yang tampak seperti sepotong
roti. Tetapi Wanita itu mengatakan kepada saya bahwa ITU ADALAH BENAR-BENAR DAN
SUNGGUH PUTRANYA. Dan bahwa Dia (Yesus) akan hadir dan ada bersamaku hanya
untuk beberapa saat, sebagaimana Dia hadir dan ada bersama Wanita itu, sebelum
Dia lahir di Betlehem.
Dan bahwa saya
harus menghabiskan waktu saya seperti yang Wanita itu lakukan, di sepanjang waktunya
bersama Dia, dengan mengsihi-Nya, menyembah-Nya, berterima kasih kepada-Nya,
memuji-Nya, dan meminta berkat-Nya. Seharusnya saya tidak usah merasa terganggu
oleh orang lain atau apa pun. Tetapi aku harus menghabiskan waktu beberapa
menit itu bersama Yesus."
Akhirnya
mereka menyelesaikan pelajarannya, Claude diterima di dalam Gereja Katolik, dan
tibalah waktunya bagi Claude untuk dieksekusi, melalui kursi listrik. Dia akan
dieksekusi pada lima menit setelah jam dua belas, tengah malam.
Sheriff
bertanya kepadanya, "Claude, kamu memiliki hak istimewa untuk mengajukan permintaan
terakhir. Apa yang kau inginkan?" "Baiklah," kata Claude,
"kalian semua gemetar. Kepala penjara itu juga gemetar. Tapi kamu tidak
mengerti. Aku tidak akan mati. Hanya tubuhku ini yang mati. Aku akan tinggal bersama
Wanita itu. Jadi, bolehkah saya mengadakan pesta?"
"Apa
maksudmu?", tanya sheriff heran.
"Pesta!"
kata Claude. "Maukah Anda mengizinkan pastor untuk membawa beberapa kue
dan es krim dan akankah Anda mengizinkan para tahanan di lantai dua dilepaskan
di ruang utama sehingga kita semua bisa bersama-sama dan mengadakan
pesta?"
"Seorang
tahanan mungkin akan menyerang pastor," kata sipir memperingatkan.
Claude berpaling kepada orang-orang yang berdiri di dekatnya dan berkata,
"Oh tidak, mereka tidak akan melakukannya. Maukah kalian?"
Maka
pastor itu mengunjungi sebuah paroki yang kaya, dan umat Katolik disitu menyediakan
es krim dan kue. Mereka mengadakan pesta.
Setelah
itu, karena Claude memintanya, mereka melakukan ibadah doa Jam Kudus. Pastor telah
membawa buku-buku doa dari Gereja dan mereka semua bersama-sama melakukan doa Jalan
Salib, dan mendaraskan ibadah Jam Kudus, tanpa Sakramen Mahakudus.
Setelah
itu, para tahanan pria dimasukkan kembali ke sel mereka. Pastor pergi ke kapel
untuk mengambil Sakramen Mahakudus sehingga dia bisa memberi Claude dengan Komuni
Kudus.
Pastor
O'Leary kembali ke sel Claude. Claude berlutut di satu sisi jeruji, pastor itu
berlutut di sisi yang lain, dan mereka berdoa bersama sementara jam berdetik
menuju saat eksekusi Claude.
Lima
belas menit sebelum eksekusi, sheriff berlari menaiki tangga sambil berteriak,
"Hentikan, Hentikan, Gubernur telah memberikan penangguhan hukuman selama
dua minggu!" Claude tidak tahu bahwa sheriff dan Jaksa Wilayah berusaha
mendapatkan penundaan eksekusi agar Claude dapat menyelamatkan hidupnya. Ketika
Claude tahu hal ini, dia justru menangis.
Pastor dan sheriff mengira itu
adalah reaksi kegembiraan karena dia tidak akan dieksekusi. Tetapi Claude
berkata, "Oh, kalian semua tidak tahu. Dan pastor, Anda juga tidak tahu.
Jika Anda pernah melihat kepada wajah Wanita itu, dan menatap matanya, Anda tidak
akan ingin hidup di hari yang lain."
Claude
kemudian berkata, "Kesalahan apa yang telah saya lakukan beberapa minggu
terakhir ini sehingga Tuhan menolak saya pulang kepada-Nya?" Dan pastor itu
menceritakan bahwa Claude terisak-isak seperti orang yang hancur hatinya.
Sheriff
meninggalkan ruangan itu. Pastor tetap tinggal dan memberi Claude Komuni Kudus.
Claude akhirnya diam. Lalu Claude berkata, "Mengapa? Mengapa saya harus
tetap di sini selama dua minggu?"
Pastor itu
tiba-tiba mendapat ide.
Dia
mengingatkan Claude tentang seorang tahanan di penjara itu yang sangat membenci
Claude. Tahanan ini telah menjalani kehidupan yang sangat tak bermoral, dan dia
juga dijatuhi hukuman mati. Dia telah dikirim untuk dieksekusi.
Pastor itu
berkata, "Mungkin Bunda Maria ingin kamu mempersembahkan penolakan orang
ini, ketika kamu nanti sudah ada bersama Wanita itu, demi pertobatan orang ini."
Pastor itu melanjutkan, "Mengapa kamu tidak mempersembahkan kepada Tuhan
setiap saat kamu terpisah dari Wanita itu, demi tahanan ini, sehingga dia tidak
akan dipisahkan dari Tuhan untuk selama-lamanya."
Claude
setuju, dan dia meminta pastor untuk mengajarinya kalimat doa untuk membuat
persembahan. Pastor itu menurut. Saat itu, hanya dua orang yang tahu tentang
persembahan ini, yaitu Claude dan Pastor O'Leary.
Keesokan
harinya, Claude berkata kepada pastor itu, "Tahanan itu membenci aku
sebelumnya, tapi oh pastor... betapa dia tidak membenciku sekarang!" Pastor
itu berkata, "Nah, itu pertanda baik."
Dua minggu kemudian, Claude
dieksekusi.
Pastor O'Leary berkomentar,
"Saya belum pernah melihat seseorang meninggal dengan sukacita dan bahagia
seperti ini. Bahkan saksi resmi dan wartawan surat kabar pun kagum. Mereka
berkata, mereka tidak mengerti bagaimana orang bisa pergi dan duduk di kursi
listrik namun wajahnya berseri-seri dengan kebahagiaan."
Kata-kata terakhirnya kepada Pastor
O'Leary adalah, "Pastor, aku akan mengingatmu. Dan kapan pun Anda memiliki
permintaan, tanyakan padaku, dan aku akan bertanya kepada Wanita itu."
Dua bulan kemudian, tahanan pria,
kulit putih, yang membenci Claude, akan dieksekusi. Pastor O'Leary berkata,
"Orang ini adalah orang paling kotor dan paling tidak bermoral yang pernah
saya temui. Kebenciannya kepada Tuhan dan segala sesuatu yang bersifat spiritual,"
kata pastor itu, "berada diluar nalar. "
Tepat
sebelum eksekusinya, dokter setempat meminta kepada orang ini untuk setidaknya
berlutut dan mengucapkan doa Bapa Kami,
sebelum sheriff datang menjemputnya.
Namun tahanan
itu meludahi wajah si dokter.
Ketika
dia diikat di kursi listrik, sheriff berkata kepadanya, "Jika ada yang
ingin Anda katakan, katakan sekarang."
Orang
yang terhukum itu mulai menghujat.
Tiba-tiba orang yang dihukum itu
berhenti menghujat, dan matanya tertuju pada sudut ruangan, dan wajahnya
berubah menjadi sangat ngeri.
Dia
berteriak.
Memandang kepada sheriff, dia lalu
berkata, "Sheriff, carikan aku seorang pastor!"
Sekarang, Pastor O'Leary berada di
ruangan itu, karena undang-undang mengharuskan seorang pastor hadir saat
eksekusi. Namun, pastor itu menyembunyikan dirinya di belakang beberapa
wartawan karena pria yang dihukum itu mengancam akan mengutuk Tuhan jika dia
melihat seorang pastor.
Pastor O'Leary segera mendatangi
pria yang dihukum itu. Ruangan itu kosong dari semua orang, dan pastor
mendengar pengakuan dosa dari pria itu. Pria itu berkata bahwa dia adalah
seorang Katolik, tetapi kemudian dia menjauh dari agamanya ketika dia berusia
18 tahun karena kehidupannya yang tak bermoral.
Ketika semua orang kembali ke
ruangan itu, sheriff bertanya kepada pastor, "Apa yang membuatnya berubah
pikiran?"
"Aku tidak tahu," kata
Pastor O'Leary, "aku tidak bertanya kepadanya."
Sheriff berkata, "Yah, aku
tidak akan pernah tidur jika tidak mengetahui alasannya."
Sheriff
menoleh kepada orang yang dihukum itu dan bertanya, "Nak, apa yang berubah
dalam pikiranmu?"
Tahanan itu menjawab, "Ingatkah
dengan orang kulit hitam itu ¬ Claude - yang sangat saya benci? Dia berdiri di
sana [dia menunjuk ke suatu tempat dalam ruangan itu], di sudut itu. Dan di
belakangnya, ada seorang Wanita dengan tangannya yang diletakkan di masing-masing
bahu Claude, dia adalah Bunda Yang Terberkati. Dan saat itu Claude berkata
kepada saya, "Saya mempersembahkan kematian saya dalam persatuan dengan
Kristus di kayu Salib demi keselamatanmu. Bunda Maria telah memperoleh untukmu
hadiah ini, untuk melihat tempatmu di dalam Neraka jika kamu tidak mau bertobat."
Saya ditunjukkan tempat saya di Neraka, dan saat itulah saya
berteriak."
*****
LDM,
23 Desember 2020 – Triduum
Uskup
Agung Viganò:
Sebuah
Sarang Pencuri
Forum
Ekonomi Dunia Mendiskusikan KTT 'Great Reset' Yang Dijadwalkan Januari 2021
Kisah
Nyata Kelahiran Yesus Kristus Dari Maria Yang Dalam Keadaan Murni...
Francis
- Tidak Ada Tempat Untuk Anda Di Neraka