Sunday, December 27, 2020

Perawan Maria menampakkan diri kepada seorang tahanan

 


 

These Last Days News - October 23, 2013

 

Perawan Maria menampakkan diri kepada seorang tahanan, berkulit hitam, Claude Newman, yang mengantre untuk menerima hukuman mati

 

 

Kisah nyata Claude Newman berikut ini terjadi di Mississippi pada tahun 1944. Kisah itu diceritakan oleh Pastor O'Leary, seorang imam dari Mississippi, yang terlibat langsung dengan peristiwa tersebut. Dia telah meninggalkan untuk anak cucu rekaman audio ini. Ini adalah kisah yang ditranskripsikan di sini.

 

Claude Newman adalah seorang pria negro yang bekerja di ladang untuk seorang pemilik tanah. Dia menikah ketika berusia 17 tahun, dengan seorang wanita pada usia yang sama. Suatu hari, dua tahun kemudian, dia keluar untuk membajak sawah. Seorang teman pekerja, berlari kepadanya untuk memberi tahu Claude bahwa istrinya berteriak-teriak dari dalam rumahnya. Claude segera berlari ke rumahnya dan menemukan seorang pria sedang menyerang istrinya. Claude menjadi marah, mengambil kapak dan membelah kepala pria itu. Ketika orang-orang menggulingkan pria itu, mereka menemukan bahwa itu adalah karyawan favorit pemilik tanah tempat Claude bekerja. Claude ditangkap. Dia kemudian dijatuhi hukuman karena pembunuhan dan dihukum mati di kursi listrik.

 

Sementara dia di penjara menunggu eksekusi, dia tinggal di blok sel dengan empat tahanan lainnya. Suatu malam, kelima pria itu duduk-duduk sambil mengobrol dan mereka kehabisan bahan percakapan. Claude melihat sebuah medali pada tali di leher tahanan lain. Dia bertanya apa itu, dan bocah Katolik itu memberitahunya bahwa itu adalah medali. Claude berkata, "Apa medali itu?" Bocah Katolik itu tidak dapat menjelaskan apa itu medali atau apa tujuannya. Pada saat itu, dan dengan marah, bocah Katolik itu menarik medali dari lehernya sendiri dan melemparkannya ke lantai di dekat kaki Claude dengan umpatan dan kutukan, dan menyuruh Claude untuk mengambil sendiri barang itu.

 

Claude mengambil medali itu, dan dengan izin dari petugas penjara, meletakkannya di tali pada lehernya sendiri. Baginya, itu hanya perhiasan kecil, tapi dia ingin sekali memakainya.

 

Pada malam hari, saat tidur di atas ranjangnya, dia terbangun oleh satu sentuhan lembut di pergelangan tangannya. Dan di sana, berdirilah, seperti yang diceritakan Claude kepada pastor beberapa saat kemudian, berdirilah seorang wanita yang paling cantik yang pernah Tuhan ciptakan. Awalnya dia sangat ketakutan. Wanita itu menenangkan Claude, dan kemudian berkata kepadanya, "Jika kamu ingin aku menjadi Ibumu, dan kamu ingin menjadi anakku, panggillah seorang pastor Gereja Katolik." Dengan kalimat ini, wanita itu menghilang.

 

Claude segera menjadi ketakutan, dan mulai berteriak, "hantu, hantu", dan melarikan diri ke sel salah satu tahanan lainnya. Dia kemudian mulai berteriak bahwa dia ingin bertemu dengan seorang imam Katolik.

 

Pastor O'Leary, pastor yang menceritakan kisah ini, dipanggil keesokan paginya. Dia tiba dan bertemu Claude yang menceritakan apa yang terjadi pada malam sebelumnya. Kemudian Claude, bersama empat pria lainnya di blok selnya, meminta pelajaran agama Katolik.

 

Awalnya, Pastor O'Leary sulit memercayai cerita itu. Para tahanan lain memberi tahu pastor itu bahwa segala sesuatu dalam cerita itu adalah benar. Tapi tentu saja, mereka tidak melihat atau mendengar sendiri penampakan Bunda Maria. Pastor O'Leary berjanji untuk mengajari mereka katekismus, seperti yang mereka minta. Dia kembali ke parokinya, memberi tahu rektor apa yang terjadi, dan kembali ke penjara keesokan harinya untuk memberikan pelajaran dan beberapa nasihat.

 

Saat itulah sang pastor mengetahui bahwa Claude Newman tidak dapat membaca atau menulis sama sekali. Satu-satunya cara dia tahu apakah sebuah buku menghadap ke atas, adalah jika buku itu berisi gambar. Claude tidak pernah sekolah. Dan ketidaktahuannya tentang agama bahkan lebih dalam. Dia sama sekali tidak tahu tentang agama. Dia tidak tahu siapa Yesus itu. Dia tidak tahu apa-apa kecuali bahwa Tuhan itu ada.

 

Claude mulai menerima berbagai pelajaran dan nasihat, dan para tahanan lain membantunya belajar. Setelah beberapa hari, dua suster dari sekolah paroki Pastor O'Leary mendapat izin dari sipir untuk datang ke penjara itu. Mereka ingin bertemu Claude, dan mereka juga ingin mengunjungi para wanita di penjara. Di lantai lain penjara itu, para suster kemudian mulai mengajar katekismus kepada narapidana wanita.

 

Beberapa minggu berlalu, dan tibalah saatnya Pastor O'Leary akan memberikan instruksi tentang Sakramen Pengakuan. Para suster juga ikut duduk di kelas. Imam itu berkata kepada para tahanan, "Oke, nak, hari ini saya akan mengajari kalian tentang Sakramen Pengakuan."

 

Claude berkata, "Oh, aku tahu tentang itu!"

 

"Wanita itu memberitahu aku," kata Claude, "bahwa ketika kita pergi mengaku dosa, kita berlutut bukan di hadapan seorang imam, tetapi kita sedang berlutut di depan Salib Putranya. Dan bahwa ketika kita benar-benar menyesal atas dosa-dosa kita, dan kita mengakui dosa-dosa kita, Darah yang Dia tumpahkan akan mengalir ke atas kita dan membasuh kita hingga terbebas dari segala dosa."

 

Pastor O'Leary dan para suster yang duduk disitu tercengang dengan mulut terbuka lebar. Claude mengira mereka marah dan berkata, "Oh, jangan marah, jangan marah, saya tidak bermaksud memamerkan hal ini."

 

Pastor itu berkata, "Kami tidak marah. Kami hanya heran. Kamu telah melihat dia lagi?"

 

Claude berkata, "Pergilah ke sel-blok, dan menjauhlah dari yang lain."

 

Ketika mereka sendirian, Claude berkata kepada pastor, "Dia mengatakan kepada saya bahwa jika Anda meragukan saya atau menunjukkan keraguan, saya harus mengingatkan Anda bahwa ketika Anda berbaring di selokan di Belanda, pada tahun 1940, Anda bersumpah kepada Wanita itu yang masih dia tunggu pelaksanaan sumpah Anda hingga kini." Pastor O'Leary segera ingat, dan berkata "Claude, beri tahu saya dengan tepat apa sumpah saya itu." Begitulah, hal ini kemudian meyakinkan Pastor O'Leary bahwa Claude memang mengatakan hal yang sebenarnya, dalam penglihatannya tentang Bunda Maria.

 

Mereka kemudian kembali ke kelas katekismus, untuk membahas tentang Pengakuan Dosa. Dan Claude terus mengatakan kepada tahanan lainnya, "Kamu tidak perlu takut untuk mengaku dosa. Saat itu kamu akan benar-benar berkata kepada Tuhan tentang dosa-dosamu, bukan kepada pastor ini, atau pastor mana pun. Kita mengatakan kepada Tuhan tentang dosa-dosa kita." Kemudian Claude berkata, "Kamu tahu, Wanita itu berkata [bahwa Pengakuan Dosa adalah] sesuatu seperti telepon. Kita berbicara melalui pastor kepada Tuhan, dan Tuhan berbicara kembali kepada kita melalui pastor."

 

Kira-kira seminggu kemudian, Pastor O'Leary bersiap untuk mengajar di kelas dalam penjara tentang Sakramen Mahakudus. Para suster juga ikut hadir untuk ini. Claude menceritakan bahwa Wanita itu juga telah mengajarinya tentang Komuni Kudus, dan dia bertanya apakah dia dapat memberi tahu pastor apa yang dikatakan wanita itu. Pastor itu segera setuju. Claude menuturkan, "Wanita itu mengatakan kepada saya bahwa dalam Komuni Kudus, saya hanya akan melihat apa yang tampak seperti sepotong roti. Tetapi Wanita itu mengatakan kepada saya bahwa ITU ADALAH BENAR-BENAR DAN SUNGGUH PUTRANYA. Dan bahwa Dia (Yesus) akan hadir dan ada bersamaku hanya untuk beberapa saat, sebagaimana Dia hadir dan ada bersama Wanita itu, sebelum Dia lahir di Betlehem.

Dan bahwa saya harus menghabiskan waktu saya seperti yang Wanita itu lakukan, di sepanjang waktunya bersama Dia, dengan mengsihi-Nya, menyembah-Nya, berterima kasih kepada-Nya, memuji-Nya, dan meminta berkat-Nya. Seharusnya saya tidak usah merasa terganggu oleh orang lain atau apa pun. Tetapi aku harus menghabiskan waktu beberapa menit itu bersama Yesus."

 

Akhirnya mereka menyelesaikan pelajarannya, Claude diterima di dalam Gereja Katolik, dan tibalah waktunya bagi Claude untuk dieksekusi, melalui kursi listrik. Dia akan dieksekusi pada lima menit setelah jam dua belas, tengah malam.

 

Sheriff bertanya kepadanya, "Claude, kamu memiliki hak istimewa untuk mengajukan permintaan terakhir. Apa yang kau inginkan?" "Baiklah," kata Claude, "kalian semua gemetar. Kepala penjara itu juga gemetar. Tapi kamu tidak mengerti. Aku tidak akan mati. Hanya tubuhku ini yang mati. Aku akan tinggal bersama Wanita itu. Jadi, bolehkah saya mengadakan pesta?"

 

"Apa maksudmu?", tanya sheriff heran.

 

"Pesta!" kata Claude. "Maukah Anda mengizinkan pastor untuk membawa beberapa kue dan es krim dan akankah Anda mengizinkan para tahanan di lantai dua dilepaskan di ruang utama sehingga kita semua bisa bersama-sama dan mengadakan pesta?"

 

"Seorang tahanan mungkin akan menyerang pastor," kata sipir memperingatkan.

Claude berpaling kepada orang-orang yang berdiri di dekatnya dan berkata, "Oh tidak, mereka tidak akan melakukannya. Maukah kalian?"

Maka pastor itu mengunjungi sebuah paroki yang kaya, dan umat Katolik disitu menyediakan es krim dan kue. Mereka mengadakan pesta.

 

Setelah itu, karena Claude memintanya, mereka melakukan ibadah doa Jam Kudus. Pastor telah membawa buku-buku doa dari Gereja dan mereka semua bersama-sama melakukan doa Jalan Salib, dan mendaraskan ibadah Jam Kudus, tanpa Sakramen Mahakudus.

 

Setelah itu, para tahanan pria dimasukkan kembali ke sel mereka. Pastor pergi ke kapel untuk mengambil Sakramen Mahakudus sehingga dia bisa memberi Claude dengan Komuni Kudus.

 

Pastor O'Leary kembali ke sel Claude. Claude berlutut di satu sisi jeruji, pastor itu berlutut di sisi yang lain, dan mereka berdoa bersama sementara jam berdetik menuju saat eksekusi Claude.

 

Lima belas menit sebelum eksekusi, sheriff berlari menaiki tangga sambil berteriak, "Hentikan, Hentikan, Gubernur telah memberikan penangguhan hukuman selama dua minggu!" Claude tidak tahu bahwa sheriff dan Jaksa Wilayah berusaha mendapatkan penundaan eksekusi agar Claude dapat menyelamatkan hidupnya. Ketika Claude tahu hal ini, dia justru menangis.

 

Pastor dan sheriff mengira itu adalah reaksi kegembiraan karena dia tidak akan dieksekusi. Tetapi Claude berkata, "Oh, kalian semua tidak tahu. Dan pastor, Anda juga tidak tahu. Jika Anda pernah melihat kepada wajah Wanita itu, dan menatap matanya, Anda tidak akan ingin hidup di hari yang lain."

 

Claude kemudian berkata, "Kesalahan apa yang telah saya lakukan beberapa minggu terakhir ini sehingga Tuhan menolak saya pulang kepada-Nya?" Dan pastor itu menceritakan bahwa Claude terisak-isak seperti orang yang hancur hatinya.

 

Sheriff meninggalkan ruangan itu. Pastor tetap tinggal dan memberi Claude Komuni Kudus. Claude akhirnya diam. Lalu Claude berkata, "Mengapa? Mengapa saya harus tetap di sini selama dua minggu?"

 

Pastor itu tiba-tiba mendapat ide.

 

Dia mengingatkan Claude tentang seorang tahanan di penjara itu yang sangat membenci Claude. Tahanan ini telah menjalani kehidupan yang sangat tak bermoral, dan dia juga dijatuhi hukuman mati. Dia telah dikirim untuk dieksekusi.

 

Pastor itu berkata, "Mungkin Bunda Maria ingin kamu mempersembahkan penolakan orang ini, ketika kamu nanti sudah ada bersama Wanita itu, demi pertobatan orang ini." Pastor itu melanjutkan, "Mengapa kamu tidak mempersembahkan kepada Tuhan setiap saat kamu terpisah dari Wanita itu, demi tahanan ini, sehingga dia tidak akan dipisahkan dari Tuhan untuk selama-lamanya."

 

Claude setuju, dan dia meminta pastor untuk mengajarinya kalimat doa untuk membuat persembahan. Pastor itu menurut. Saat itu, hanya dua orang yang tahu tentang persembahan ini, yaitu Claude dan Pastor O'Leary.

 

Keesokan harinya, Claude berkata kepada pastor itu, "Tahanan itu membenci aku sebelumnya, tapi oh pastor... betapa dia tidak membenciku sekarang!" Pastor itu berkata, "Nah, itu pertanda baik."

 

Dua minggu kemudian, Claude dieksekusi.

 

Pastor O'Leary berkomentar, "Saya belum pernah melihat seseorang meninggal dengan sukacita dan bahagia seperti ini. Bahkan saksi resmi dan wartawan surat kabar pun kagum. Mereka berkata, mereka tidak mengerti bagaimana orang bisa pergi dan duduk di kursi listrik namun wajahnya berseri-seri dengan kebahagiaan."

 

Kata-kata terakhirnya kepada Pastor O'Leary adalah, "Pastor, aku akan mengingatmu. Dan kapan pun Anda memiliki permintaan, tanyakan padaku, dan aku akan bertanya kepada Wanita itu."

 

Dua bulan kemudian, tahanan pria, kulit putih, yang membenci Claude, akan dieksekusi. Pastor O'Leary berkata, "Orang ini adalah orang paling kotor dan paling tidak bermoral yang pernah saya temui. Kebenciannya kepada Tuhan dan segala sesuatu yang bersifat spiritual," kata pastor itu, "berada diluar nalar. "

 

Tepat sebelum eksekusinya, dokter setempat meminta kepada orang ini untuk setidaknya berlutut dan mengucapkan doa Bapa Kami, sebelum sheriff datang menjemputnya.

 

Namun tahanan itu meludahi wajah si dokter.

 

Ketika dia diikat di kursi listrik, sheriff berkata kepadanya, "Jika ada yang ingin Anda katakan, katakan sekarang."

 

Orang yang terhukum itu mulai menghujat.

 

Tiba-tiba orang yang dihukum itu berhenti menghujat, dan matanya tertuju pada sudut ruangan, dan wajahnya berubah menjadi sangat ngeri.

 

Dia berteriak.

 

Memandang kepada sheriff, dia lalu berkata, "Sheriff, carikan aku seorang pastor!"

 

Sekarang, Pastor O'Leary berada di ruangan itu, karena undang-undang mengharuskan seorang pastor hadir saat eksekusi. Namun, pastor itu menyembunyikan dirinya di belakang beberapa wartawan karena pria yang dihukum itu mengancam akan mengutuk Tuhan jika dia melihat seorang pastor.

 

Pastor O'Leary segera mendatangi pria yang dihukum itu. Ruangan itu kosong dari semua orang, dan pastor mendengar pengakuan dosa dari pria itu. Pria itu berkata bahwa dia adalah seorang Katolik, tetapi kemudian dia menjauh dari agamanya ketika dia berusia 18 tahun karena kehidupannya yang tak bermoral.

 

Ketika semua orang kembali ke ruangan itu, sheriff bertanya kepada pastor, "Apa yang membuatnya berubah pikiran?"

 

"Aku tidak tahu," kata Pastor O'Leary, "aku tidak bertanya kepadanya."

 

Sheriff berkata, "Yah, aku tidak akan pernah tidur jika tidak mengetahui alasannya."

 

Sheriff menoleh kepada orang yang dihukum itu dan bertanya, "Nak, apa yang berubah dalam pikiranmu?"

 

Tahanan itu menjawab, "Ingatkah dengan orang kulit hitam itu ¬ Claude - yang sangat saya benci? Dia berdiri di sana [dia menunjuk ke suatu tempat dalam ruangan itu], di sudut itu. Dan di belakangnya, ada seorang Wanita dengan tangannya yang diletakkan di masing-masing bahu Claude, dia adalah Bunda Yang Terberkati. Dan saat itu Claude berkata kepada saya, "Saya mempersembahkan kematian saya dalam persatuan dengan Kristus di kayu Salib demi keselamatanmu. Bunda Maria telah memperoleh untukmu hadiah ini, untuk melihat tempatmu di dalam Neraka jika kamu tidak mau bertobat." Saya ditunjukkan tempat saya di Neraka, dan saat itulah saya berteriak."

 

 

*****

 

LDM, 21 Desember 2020

LDM, 23 Desember 2020 – Triduum

Uskup Agung Viganò: Sebuah Sarang Pencuri

Forum Ekonomi Dunia Mendiskusikan KTT 'Great Reset' Yang Dijadwalkan Januari 2021

Kisah Nyata Kelahiran Yesus Kristus Dari Maria Yang Dalam Keadaan Murni...

Francis - Tidak Ada Tempat Untuk Anda Di Neraka

Enoch, 25 Desember 2020