PAUS FRANCIS – MENDEWAKAN PERUBAHAN -- DAN TATA DUNIA BARU
Guest Contributor January 20, 2016
By: Randy Engel
Pendahuluan
Menurut Radio Vatikan, pada hari Senin, 18 Januari 2016,
sehari setelah kunjungan Paus Fransiskus ke Sinagoga Agung Roma, Paus
menyampaikan homili di Misa hariannya di mana dia mengutuk orang-orang Kristen
yang “hatinya tertutup” dan meminta kepada para penentangnya untuk
"berubah," menyebut mereka sebagai "pemberontak yang keras
kepala" dan "penyembah berhala."
Seolah mengucilkan orang Kristen yang " dengan keras
kepala melekat kepada apa yang selalu dilakukan dan tidak mengizinkan orang
lain untuk berubah," dan belum sampai pada bagian terakhir dari ceramahnya
di kapel yang saat itu sedang tak memiliki tempat duduk ataupun tempat
berlutut, di Domus Sanctae Marthae, maka
Fransiskus berusaha merinci perbedaan antara apa yang "tidak boleh berubah karena hal itu adalah
mendasar," dan "apa yang harus
berubah agar dapat menerima pembaharuan dari Roh."
Sekarang, Katolik adalah agama Tradisi, Kitab Suci dan
Magisterium, kepenuhan Iman, yang diwariskan kepada kita dari zaman para Rasul.
Ia sejak dulu tidak pernah, dan tidak akan pernah menjadi agama
"evolusi" atau "perubahan" pada hal-hal yang terkait dengan
kebenaran dan moral dogmatis. Namun, Francis terus mempertahankan daya tarik
yang berlebihan terhadap "perubahan," yang akan sama dengan mendewakan
"perubahan". Seperti Hamlet-nya
Shakespeare yang berkata, “Ay,
there’s the rub!”
Peran perubahan dalam Tata Dunia Baru
Kita tahu bahwa sine
qua non (syarat mutlak) dari apa yang disebut Tata Dunia Baru adalah PERUBAHAN.
Bagaimana kita tahu ini? Untuk menjawab pertanyaan ini, membutuhkan penjelasan
yang panjang, yang bagi sebagian pembaca mungkin akan seperti sebuah wahyu baru
dan instruktif.
Pengungkapan kenyataan istimewa ini terjadi pada malam 20
Maret 1969. Tempat itu adalah kota kecil Pittsburgh, Pennsylvania di LeMont
Restaurant kelas atas, di Mount Washington. Acara itu adalah berupa pertemuan tahunan
Pittsburgh Pediatric Society. Pembicara tamu adalah Dr. Richard Day, Profesor
Pediatrics dari Mount Sinai Medical School di New York, dan mantan Direktur
Medis Nasional dari Planned Parenthood Federation of America di New York City.
Although the physicians in attendance
expected to hear a lecture on advances in neo-natal care, the title of Day’s
lengthy speech as it appeared on the printed program was “Family Planning:
Infant Mortality, Gene Frequency, Abortion and Other Considerations.”
The date of Day’s talk is extremely
significant.
Tanggal dari pidato Dr. Day ini sangatlah penting.
Hanya sembilan hari sebelumnya, Frederick S. Jaffe, Wakil
Presiden dari Planned Parenthood-World Population telah mengirim kepada Bernard
Berelson, Presiden Population Council Rockefeller, sebuah memorandum yang berjudul
"Aktivitas yang Relevan dengan Studi Kebijakan Kependudukan untuk AS"
Di antara contoh-contoh tindakan yang diusulkan untuk
mengurangi kesuburan penduduk di AS yang ditemukan dalam Tabel 1 dalam memorandum
yang ‘buruk’ itu adalah:
- Dorongan untuk melakukan homosex;
- Pemberian bahan kimia untuk mengurangi kesuburan pada suplai air minum warga;
- Tindakan aborsi dan sterilisasi sesuai permintaan;
•
Sterilisasi
wajib dan aborsi wajib pada kehamilan di luar nikah.
Dr. Day akan membicarakan semua topik ini dan lebih banyak
lagi pada malam di bulan Maret itu, tetapi kata pengantarnya hanya membicarakan
tema-tema umum yang menjadi ciri dari Sistem Dunia Baru (Tata Dunia Baru) yang
katanya, semua itu sudah ada, “dan tidak ada yang dapat menghentikan kita
sekarang.”
Penggunaan kata "kami" dengan jelas menunjukkan bahwa
Dr. Day menyebut dirinya sebagai Orang
Dalam dari Tata Dunia Baru (NOW).
Yang pertama dari keseluruhan tema ini berpusat pada
pentingnya PERUBAHAN di semua tingkat masyarakat dalam Tata Dunia Baru. Bukan
hanya perubahan kecil dalam masyarakat atau teknis atau pribadi, tetapi
perubahan besar, perubahan-perubahan yang mengguncang dunia, serta perubahan
hanya demi perubahan itu sendiri.
“Orang harus terbiasa dengan gagasan perubahan. Jadi orang
harus terbiasa untuk berubah, dan harus mengharapkan perubahan. Tidak ada yang permanen,” jelas Dr.Day.
Perubahan akan dimasukkan ke dalam konteks ‘populasi yang
tidak memiliki tradisi, tidak ada akar atau tambatan’ dan karena itu seluruh
populasi akan mengantisipasi, mengharapkan, dan menerima perubahan, tidak ada
pertanyaan yang diajukan, karena hanya itulah (perubahan) yang akan dikenal
oleh semua orang.
Sehubungan dengan perubahan spesifik yang terkait dengan
hukum dan kebiasaan, Dr. Day menjelaskan bahwa di bawah Tata Dunia Baru,
“Semuanya memiliki dua tujuan. Yang satu adalah tujuan nyata, yang akan
membuatnya (berubah) diterima oleh masyarakat, dan yang kedua, adalah tujuan
sesungguhnya, yang akan mendorong tujuan untuk menegakkan sistem baru dan
memilikinya.”
Di bawah rubrik "Seks tanpa reproduksi dan reproduksi
tanpa seks," Dr. Day meramalkan dengan akurasi 100%, empat tahun sebelum Roe vs Wade, bahwa aborsi akan
dilegalkan dan didanai dengan uang pajak rakyat.
Mengenai homoseksualitas, Dr. Day menjelaskan bahwa “Orang
akan diberi ijin untuk menjadi homoseksual. Mereka tidak perlu
menyembunyikannya lagi.”
Mengenai euthanasia, Dr. Day berbicara tentang diciptakannya "pil
kematian" untuk mengurangi beban populasi yang berusia lanjut.
Dr. Day soal Agama Ekumenis Tata Dunia Baru
Mengenai peran agama dalam Tata Dunia Baru, Dr.Day, seorang yang
mengaku atheis, mengatakan bahwa agama-agama utama saat ini sudah tidak
kompatibel lagi dengan perubahan yang akan datang, oleh karena itu agama-agama
itu "harus pergi, terutama agama Kristen."
Menurut Dr.Day, “Begitu Gereja Katolik Roma ditumbangkan, maka
sisa Kekristenan akan mengikutinya dengan mudah. Kemudian agama yang baru nanti
akan dapat diterima untuk digunakan di seluruh dunia. Agama baru ini akan
menggabungkan sesuatu dari semua agama yang lama untuk membuatnya mudah bagi masyarakat
untuk menerimanya, dan masyarakat akan merasa seolah berada di rumahnya sendiri.
Kebanyakan orang tidak akan terlalu peduli dengan agama. Mereka akan menyadari
bahwa mereka tidak membutuhkan agama.”
Mengenai Alkitab, Dr.Day mengatakan bahwa Alkitab akan dirubah
dan ditulis ulang agar sesuai dengan agama baru. Ini akan dilakukan dengan
mengganti kata kunci “dengan kata-kata yang memiliki berbagai nuansa makna.”
Idenya adalah bahwa tidak semua yang ada dalam Alkitab perlu ditulis ulang,
hanya kata-kata kunci saja diganti dengan kata lain. Dan keragaman makna yang
melekat pada kata apa pun akan dapat digunakan sebagai alat untuk mengubah
seluruh makna Kitab Suci, dan karena itu membuatnya dapat diterima oleh agama
baru ini. Kebanyakan orang tidak akan tahu bedanya ... dan jika ada sedikit orang
yang menyadari perbedaannya, mereka tidak akan terlalu penting.”
Mungkin pernyataan Dr.Day yang paling mengejutkan yang dibuat
dalam seluruh pidatonya adalah dengan mencermati komentar-komentar ini. Dr.Day
berkata, "Beberapa dari anda mungkin berpikir bahwa gereja tidak akan mendukung
ide ini," kemudian dia melanjutkan dengan mengatakan, "… gereja-gereja
akan membantu kita." Dr.Day tidak mengatakan, "… gereja-gereja akan
membantu kita, kecuali Gereja Katolik Roma." (Hal ini berarti bahwa Gereja Katolik juga akan mendukung Tata Dunia
Baru)
Apakah Paus
Francis Sedang Mempersiapkan
Umat Katolik Untuk Masuk Kedalam Tata Dunia Baru?
Ini adalah pertanyaan yang membuat saya bertanya pada diri
sendiri, dengan frekuensi yang lebih besar lagi di relung-relung rahasia hati
dan pikiran saya. Mengingat prestasi paus Francis yang menyedihkan hingga saat
ini, sebagai Vikaris Kristus, maka saya harus menjawab pertanyaan ini dengan
jawaban : YA !!!
Ketika saya
membaca kecaman Francis terhadap mereka yang menolak perubahan, kata-kata Dr.
Richard Day tentang peran perubahan dalam Tata Dunia Baru merasuk kembali ke dalam benak saya. Tidak diragukan lagi, sekarang inilah saatnya
untuk mengajukan pertanyaan ini secara terbuka. Bagaimana anda akan menjawabnya?
No comments:
Post a Comment