VORTEX - RENCANA
SELAMA INI
Hal Itu Sangat Jelas.
Hal Itu Sangat Jelas.
Saya, Michael Voris, kembali menyapa Anda dari Roma, di mana
kami di sini sedang meliput apa yang disebut sebagai Sinode Tentang Kaum Muda -
dan di mana sinode ini menjadi semakin, bukan hanya jelas, tetapi sangat jelas,
bahwa sinode ini bertujuan untuk membuat homoseks menjadi hal yang normal di dalam
Gereja.
Kenyataannya, hal ini telah menjadi rencana selama ini, seperti
yang ditunjukkan oleh Cdl, George Pell sejak Sinode Luar Biasa tahun 2014
tentang Keluarga.
Hendaknya Anda ingat Sinode pertama tentang Keluarga pada
tahun 2014 dan kemudian sinode tahun berikutnya, sebagai tindak lanjutnya,
adalah sinode yang menghasilkan seruan apostolik Amoris Laetitia dan semua
kontroversi di kalangan para pesertanya mengenai boleh tidaknya umat Katolik
yang bercerai dan menikah kembali secara sipil untuk menerima Komuni Kudus.
Kontroversi itu memunculkan kontroversi lebih lanjut yang
berupa Dubia dari 4 orang kardinal, dan
Gereja sejak saat itu telah dan harus berjalan melalui berbagai pertentangan,
sementara itu kelompok-kelompok umat yang bersikap ortodoks dan heterodoks semakin
terbentuk, dimana pertentangan mereka berkisar pada isu-isu teologis. Namun
yang mendasari semua ini adalah apa yang diidentifikasi oleh uskup agung ViganĂ²
dengan benar sebagai "arus homoseksual" yang berada di dalam Gereja
dan khususnya Vatikan. Segala sesuatu yang telah terjadi dalam pemerintahan paus
Francis ini secara langsung mengarah kepada masalah homoseksualitas - bahkan termasuk
Amoris Laetitia.
Pada tahun 2014, George Pell, kardinal Sydney, Australia,
muncul di depan kamera dan mengatakan bahwa seluruh pertanyaan tentang umat
Katolik yang bercerai dan yang menikah lagi secara sipil, tidak lebih adalah
sebagai "kuda yang menguntit" – demikian istilah yang dipakainya - untuk melicinkan jalan bagi homoseksualitas
agar diterima di dalam Gereja.
Bahkan tanpa mengubah ajaran - yang tidak dapat dilakukan – tetapi
praktek dan sikap dapat berubah, seperti halnya pada ajaran tentang
kontrasepsi.
Ajaran (tentang kontrasepsi), yang ditegaskan kembali oleh
Paul VI pada tahun 1968, meskipun dalam istilah yang berbeda dari dua ribu
tahun sebelumnya, tetapi ajaran itu tetap berada di sana dengan kuat, di
samping semua ajaran lainnya, tetapi ajaran itu hampir sepenuhnya ditolak,
diabaikan dan bahkan diejek dalam kehidupan sehari-hari dari mayoritas umat
Katolik.
Penolakan terhadap ajaran Gereja dalam satu bidang
seksualitas akan membuka pintu – atau seperti Kotak Pandora – bagi penolakan di
bidang-bidang lainnya juga. Dan sejak
tahun 1960-an, terjadi banjir pria homoseks yang masuk ke dalam profesi imamat,
dan kemudian naiknya mereka ke dalam episkopat dan jajaran Dewan Kardinal telah
menciptakan lingkungan di mana mereka merasa benar-benar mampu menegaskan keinginan
bejat mereka dan memaksakan isu homosex ini muncul ke permukaan.
Dan bagi tujuan itulah sinode ini diadakan - dan memang,
sinode ini hanya berbicara soal itu.
Dalam minggu-minggu menjelang sinode, Cdl. Baldisseri,
misalnya, berkata bohong tentang adanya tindakan ‘penyertaan’ bagi LGBT – yang untuk
pertama kalinya masuk dalam dokumen resmi Gereja – singkatan "LGBT."
Dia mengatakan bahwa hal itu berasal dari dokumen kerja
sebelumnya, padahal tidak, dan ketika dia ketahuan bohongnya oleh para wartawan,
dia mengambil pendekatan ala Paus Francis, dengan mengatakan kepada wartawan bahwa
dia tidak akan mengubah atau melakukan sesuatu. Dan di belakang layar,
lagi-lagi menjelang pembukaan resmi sinode awal bulan ini, beberapa kelompok
aktivis homoseks telah diketahui bekerja sama dengan berbagai komite
perencanaan yang membantu menyusun bahasa dan agenda sinode ini. Misalnya,
kelompok yang dipimpin oleh gay-cheerleader Chicago, Cdl. Cupich, yang ingin agar
Gereja mengakui, "menerima dan bahkan menghormati ... adanya bentuk-bentuk
keluarga yang lain" - apa yang dia sebut ‘setiap unit keluarga.’ Pada saat
yang sama, Cdl. Rodriguez Maradiaga dari Honduras, dengan getol mendorong untuk
melakukan "perawatan pastoral" bagi "pernikahan antar orang homoseksual,
kehamilan pengganti serta adopsi anak oleh pasangan sesama jenis."
Pelaksanaan sudah dilakukan dan hal itu terlihat jelas. Inilah
saat dimana para klerus homoseks telah mendorong masuk, untuk menggunakan cincin
kuningan mereka, selama 50 tahun terakhir ini.
Dan jika ada sejumlah klerus yang memperkosa para putera
altar dan menghancurkan kehidupan dan kehidupan panggilan para seminaris, ya, Paus
Francis hanya mengabaikannya dan para klerus bejat itu tahu betul hal itu. Jadi
pada dasarnya, tidak ada yang menghambat mereka.
Orang-orang ini, para kardinal yang terlibat dalam kejahatan ini,
adalah orang-orang sesat dan bobrok moralnya, setidaknya dalam hal teologi, dan
siapa yang tahu ada kesesatan lainnya lagi?
Mereka menyerang para korban, seperti yang dilakukan oleh Paus
Fransiskus di Chili.
Mereka menuduh orang-orang yang diperkosa oleh klerus homoseks
sebagai penyebar gosip.
Mereka menyuruh para korban pencabulan untuk diam. Mereka
meminta para korban untuk percaya pada mereka.
Mereka melindas dan melibas segala sesuatu yang menghadang di
jalan mereka – jiwa-jiwa, iman, kebenaran, tetapi itu belum seberapa, mereka
bahkan bergegas lari seperti orang gila menuju garis akhir mereka (kematian).
Mereka begitu terpuruk dalam ambisi mereka untuk memanfaatkan
Gereja guna membenarkan kejahatan mereka, sehingga mereka tidak mempedulikan
yang lain-lainnya.
Itulah judul berita di sini, di Roma, penghancuran setiap dan
semua oposisi, dalam perjalanan mereka menuju pemberkatan seks kaum gay.
Pada tahun 2014, Church
Militant telah datang ke sini untuk meliput sinode tentang keluarga, dan
seperti yang lainnya, segera kita bisa mendeteksi bahwa isu (pembenaran) homoseksual
secara diam-diam telah berada dalam dokumen kerja mereka - terutama dalam
laporan pertengahan sinode.
Kami ingin mengajak Anda kembali sejenak kepada pertanyaan
kami kepada uskup agung Bruno Forte, yang sebenarnya tertulis dalam relatio (laporan
pertengahan sinode) bahwa "Kaum homoseksual juga memiliki karunia dan
kualitas untuk ditawarkan kepada komunitas Kristiani: apakah kita mampu
menyambut orang-orang ini, dan menjamin kepada mereka tempat yang lebih jauh di
dalam komunitas kita?"
Tidak ada tanggapan dari uskup agung Forte, dia hanya tertawa,
persis seperti yang dilakukan iblis, dan dia bersikap sangat mencurigakan saat
itu, terutama bagi mereka yang mendengarkan jalannya sinode dengan penuh
perhatian, seperti Militan Gereja.
Bagian kecil dalam dokumen jangka menengah (relatio) adalah seperti hidung unta
di bawah tenda (cuma kelihatan kecil, padahal dibalik hidung itu ada tubuh yang
amat besar.)
Pastor James Martin (tokoh gay dan LGBT) muncul di panggung,
mengumumkan tanda-tanda penuh harapan yang belum pernah ada sebelumnya, bagi kaum
gay.
Vatikanista (pemerhati Vatikan) lain menyebutnya sebagai
gempa bumi dan luar biasa - dan memang demikian kenyataannya. Setiap
homo-klerus di dalam Gereja telah mendapat pesan itu. Waktunya telah tiba,
akhirnya, bahwa Gereja akan memberkati perbuatan sodomi atas nama kemurahan
hati dan belas kasih dan keadilan.
Dan empat tahun kemudian - hampir setiap hari – para klerus
pelaku sodomi yang sama ini bergerak terus, menggunakan anak-anak dan remaja
sebagai perisai, agar terlihat seperti dan berpura-pura mereka mendengarkan aspirasi
kaum muda.
Mereka akan menghasilkan dokumen yang isinya sudah mereka tentukan
sebelumnya, kemungkinan juga sudah ditulis, untuk ‘memilih’ hasil seperti itu, dan
kemudian menyatakan bahwa Gereja telah
berubah, dan tidak perlu bahwa hal ini merupakan ‘ajaran resmi,’ tetapi yang
pentig bahwa dalam setiap cara yang lain keinginan mereka sudah termasuk di
dalamnya.
Paus Fransiskus sangat mungkin akan mengeluarkan beberapa
pernyataan atau dokumen baru dan kemudian komplotan rahasia kaum gay di sini,
di Roma, akan menyatakan bahwa semua kejahatan ini sebagai karya Roh Kudus, dan
mereka terus mendorong para klerus homoseks, menutupi kejahatan mereka, menolak
untuk menjawab pertanyaan media, berusaha untuk menghasilkan penyelidikan
palsu, menyerang para korban pencabulan sambil berpura-pura merawat mereka, dan
membuka kemungkinan imam-imam muda untuk ‘dimakan’ habis dan sepenuh-penuhnya
oleh para uskup homoseksual mereka.
Siapa pun yang berpikir bahwa Gereja akan mampu keluar dari
pusaran kebejatan ini, kapan saja, berarti dia tidak memahami situasinya. Jika
ada kesempatan bagi umat awam yang setia untuk melangkah maju, maka inilah saatnya.
Berhentilah memberi uang (kolekte) atau sumbangan apapun kepada
mereka. Mulailah menuntut kepatuhan mereka terhadap ajaran Gereja.
Dan berlututlah untuk berdoa.
No comments:
Post a Comment