PAUS FRANCIS
MEMPROMOSIKAN TUJUAN-TUJUAN YANG DIBUAT OLEH KOMUNIS
Sejak
awal kepausannya, paus Francis telah bekerja sangat keras untuk mempromosikan
penerimaan dan implementasi Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals /SDG) dari Perserikatan Bangsa-Bangsa. Hanya
sedikit lebih dari setahun setelah pemilihannya, nama paus Francis telah
dikutip dalam United Nations Population Fund (dokumen Dana Populasi PBB) yang berjudul,
"Agama dan Pembangunan setelah 2015
(Religion and Development Post 2015)."
Dimulai pada halaman 20 dari dokumen ini adalah bagian yang menjelaskan sifat
dan harapan dari SDGs. Tetapi pada halaman 21, dokumen itu menunjukkan bahwa
paus Francis bertemu dengan para pemimpin Perserikatan Bangsa-Bangsa, dimana paus Francis menyerahkan seluruh Gereja
Katolik kepada SDGs.
“Penghargaan
terhadap isu-isu ini tumbuh di dalam PBB, seperti dibuktikan misalnya dalam
pertemuan Mei 2014 antara kepemimpinan PBB dan perwakilan Vatikan serta Paus
dalam agenda SDG. Pertemuan ini diikuti oleh audiensi antara Sekretaris
Jenderal PBB dan paus Francis, yang berkomitmen bahwa Gereja Katolik akan mendukung
seluruh upaya SDG."
Jadi, menurut
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, Paus Francis telah setuju,
beberapa bulan setelah mengumumkan niatnya untuk menulis sebuah ensiklik
tentang "ekologi manusia" untuk "berkomitmen bahwa Gereja Katolik
akan mendukung upaya SDG." Pada
tahun berikutnya, paus Francis menerbitkan ensiklis Laudato Si, yang membuat 23 referensi langsung kepada pembangunan
berkelanjutan (SDG).
Pada bulan
September 2015, paus Francis berbicara di depan Majelis Umum Perserikatan
Bangsa-Bangsa, dan menyampaikan kesediaannya untuk mengadopsi SDG secara
universal. Dia berkata:
Realitas dramatis dari
seluruh situasi pengucilan dan ketidaksetaraan ini, bersama dengan
akibat-akibatnya yang jelas, telah mendorong saya, di dalam persekutuan dengan
seluruh umat Kristiani dan banyak orang lainnya, untuk mencatat tanggung jawab
saya yang besar dalam hal ini dan untuk berbicara, bersama dengan semua orang
yang mencari solusi yang sangat dibutuhkan dan efektif. Adopsi Agenda 2030
untuk Pembangunan Berkelanjutan di KTT Dunia, yang dibuka hari ini, merupakan
tanda pengharapan yang penting. Saya juga yakin bahwa Konferensi Paris tentang
Perubahan Iklim akan mendapatkan kesepakatan mendasar dan efektif.
Pada Nopember 2015,
the Pontifical Academy of Sciences, Vatikan,
mengadakan sebuah workshop dengan judul “Children and Sustainable Development: A Challenge for
Education,” yang bisa diperkirakan dari judulnya, bahwa workshop itu
akan memusatkan pembicaraan pada bagaimana memberikan indoktrinasi kepada anak-anak
mengenai SDG (Sustainable Development Goals atau Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan).
Pada Juni 2016,
Paus Francis berbicara kepada Akademi Ilmu Sosial
Kepausan tentang topik perdagangan manusia. Dalam pidatonya itu, paus
Francis menyatakan terima kasihnya karena banyak pihak telah mengadopsi SDGs
dengan berkata, "Saya bersyukur atas kenyataan bahwa perwakilan dari 193
negara anggota PBB dengan suara bulat telah menyetujui Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan yang baru."
Pada bulan Maret
tahun ini, Paus Francis berbicara kepada para peserta konferensi Vatikan yang
berjudul, “RELIGIONS AND THE SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGS):
LISTENING TO THE CRY OF THE EARTH AND OF THE POOR“. ("Agama Dan Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan (Sdgs): Mendengarkan Jeritan Bumi Dan Kaum Miskin".) Dalam pidatonya, Paus Francis
memuji adopsi SDGs 2015, dan bahkan menunjukkan bahwa SDGs akan mengarah pada sebuah
"tatanan dunia yang berkelanjutan." Dalam pidato pembukaannya, dengan
mengutip dirinya sendiri dari Laudato Si, Paus Francis berkata:
“Agenda 2030 dan
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, yang disetujui oleh lebih dari 190 negara
pada September 2015, merupakan langkah maju yang bagus untuk dialog global,
ia menandai sebuah solidaritas baru dan
universal yang sangat vital.”(Laudato Si’, 14).
Kemudian dalam
pidatonya, membahas apa yang disebutnya sebagai "mitos pertumbuhan dan
konsumsi tanpa batas," paus Francis menunjukkan bahwa SDG hanya
menyediakan dasar bagi "tatanan dunia yang berkelanjutan" dengan
mengatakan:
"Meskipun
perlu untuk mengarahkan serangkaian tujuan pembangunan, ia tidak cukup bagi
sebuah tatanan dunia yang adil dan berkelanjutan."
Dan hanya beberapa
hari yang lalu, berbicara kepada para peserta Konferensi Internasional Yayasan Centesimus Annus Pro Pontifice, Paus
Francis “mendesak lebih banyak lagi kemajuan pada tujuan pembangunan
berkelanjutan.”
Fokus dan daya tarik yang tumbuh pada SDG dari PBB ini sangat
memprihatinkan, terutama mengingat fakta bahwa tujuan tersebut begitu kuat
berakar dalam ideologi Komunis.
Jadi, apa Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan (SDG)? Ia adalah rencana PBB untuk menciptakan utopia
sosialis global yang disamarkan sebagai program pengentasan kemiskinan. Hal itu adalah buah yang lahir dari Agenda
21, Tujuan Pembangunan Milenium dan sejumlah program sosialis lainnya yang
dikembangkan oleh PBB.
Singkatnya, SDG (Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan) dari PBB adalah langkah pertama dalam mencapai
beberapa tujuan yang dinyatakan dalam Manifesto
Komunis Karl Marx. Sebenarnya, tujuan-tujuan ini adalah tujuan khas dari
Komunis. Berikut adalah snap-shop tentang bagaimana bagian-bagian tertentu dari
SDG sejalan dengan tujuan Komunis yang teridentifikasi:
SDG (Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan)
·
Tujuan 1. Mengakhiri
kemiiskinan dalam segala bentuknya, dimana saja.
·
Komunis selalu menggunakan penderitaan
orang miskin sebagai pembenaran untuk implementasi skema jahat mereka.
·
Tujuan 2. Mengakhiri
kelaparan, mendapatkan keamanan di bidang pangan, dan peningkatan nutrisi dan
mempromosikan pertanian yang berkelanjutan.
·
Papan 7 dari Manifesto Komunis menyerukan
pendekatan top-down untuk industri dan pertanian.
·
Tujuan 3. Memastikan
adanya kehidupan yang sehat dan mempromosikan kesejahteraan semua orang dari
segala usia.
·
Sebuah terbitan tahun 1938 tentang Komunis
menyimpulkan bahwa “Hanya melalui
kemenangan terakhir dari sosialisme dunia, kekayaan yang luas dari
pengetahuan ilmiah yang tersedia, benar-benar dapat digunakan bagi manfaat yang
penuh demi kemanusiaan. 'Obat yang disosialisasikan' ini adalah ungkapan yang
tidak berarti kecuali dalam masyarakat yang dijadikan masyarakat
sosialis."
·
Tujuan 4. Memastikan tersedianya pendidikan
berkualitas inklusif dan adil dan mempromosikan kesempatan belajar seumur hidup
untuk semua.
·
Papan 10 Manifesto Komunis adalah
"Pendidikan gratis untuk semua anak di sekolah umum."
·
Tujuan 5. Mendapatkan
kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan dan gadis.
·
Komunisme telah mendorong perempuan untuk bekerja
sejak awal Revolusi di Rusia.
·
Sasaran 8. Mempromosikan pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan, inklusif, pekerjaan penuh dan produktif, dan pekerjaan yang
layak untuk semua.
·
Papan 8 dari Manifesto Komunis: Tanggung
jawab yang sama dari semua untuk bekerja. Pembentukan tentara industri,
terutama bidang pertanian.
·
Sasaran 11. Menjadikan kota-kota dan pemukiman
manusia inklusif, aman, tangguh, dan berkelanjutan.
·
Papan 9 Manifesto Komunis: Kombinasi
pertanian dengan industri manufaktur; penghapusan bertahap semua perbedaan
antara kota dan negara dengan distribusi populasi yang lebih merata di seluruh
negeri.
·
Sasaran 12. Memastikan pola konsumsi dan produksi
yang berkelanjutan.
·
Ini adalah gema dari mandat Karl Marx,
"Dari masing-masing sesuai dengan kemampuannya, untuk masing-masing sesuai
dengan kebutuhannya."
·
Sasaran 17. Memperkuat cara implementasi dan
merevitalisasi kemitraan global untuk pembangunan berkelanjutan.
·
Ini adalah pemerintahan global murni yang
dirancang oleh sebuah entitas dengan otoritas di atas kedaulatan nasional.
Ringkasan ini tidak
dimaksudkan untuk memberi pengetahuan secara lengkap, tetapi ia memberikan
informasi yang cukup untuk mengingatkan para patriot dan orang-orang Kristiani yang
paling suam-suam kuku sekalipun. Tetapi Gereja Katolik, yang telah mengeluarkan
kecaman keras terhadap Komunisme dan Sosialisme, seharusnya tidak ada hubungan lagi
dengan pelaksanaan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan ... namun, organisasi-organisasi
‘keadilan sosial Katolik’ dan para pemimpinnya telah membajak posisi-posisi
kunci di Vatikan dan menggunakan pengaruh dan wewenang mereka untuk mempercepat
segala rencana yang bertujuan untuk membuat umat beriman sepenuhnya mendukung
dan bekerja bagi implementasi SDGs. (Sustainable
Development Goals - Tujuan Pembangunan Berkelanjutan)
Hal ini sangat
berbahaya dan harus ditentang dengan kuat oleh semua umat Katolik yang setia.
Berikut ini adalah gambaran umum dari beberapa SDG yang dengan berani dan mengerikan
mendorong terbentuknya pemerintahan komunis global.
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan yang pertama adalah:
Tujuan 1. Mengakhiri semua kemiskinan dalam segala
bentuknya di mana saja.
Seolah tujuan ini sangatlah mulia. Tapi tujuan itu sama
sekali tidak bisa diraih. Tuhan kita yang terberkati mengatakan dengan sangat
jelas, “Karena orang-orang miskin selalu ada
pada kamu, tetapi Aku tidak akan selalu ada pada kamu." (Yoh. 12:
8) Jika manusia bisa mencapai tujuan ini, maka Tuhan kita akan menjadi
pembohong. Namun selain itu, "mengakhiri kemiskinan" adalah salah
satu seruan tertua dari revolusi Marxis internasional. Dalam terbitan the Washington Socialist tahun 1915,
lebih dari dua tahun sebelum Revolusi Soviet Oktober 1917, sebuah artikel
bertuliskan, "Putuskan Obat Hitam bagi Pengangguran" dan dibawahnya
ada tulisan lagi: "Apakah ini akan mengakhiri kemiskinan?"
Dalam terbitan kelompok
Socialist edisi 1928, “The Daily Worker,” penulis komunis
terkenal dan analis kebijakan luar negeri, Scott Nearing, menulis sebuah
artikel yang menanyakan "Apakah Ada Terlalu Banyak Mulut?" Dalam
artikel itu Scott Nearing menyampaikan tujuan sosialisme dengan sebuah judul
yang singkat: “Bagaimana mengakhiri kemiskinan.”
Pada tahun 1934,
penulis Sosialis, Upton Sinclair, mencalonkan diri sebagai gubernur California dengan
semboyannya yang terkenal: “Akhiri Kemiskinan di California!”
Program Pemilihan Suara Pekerja, yang awalnya diterbitkan dalam Fighting Worker pada tahun 1936, memberikan gambaran mengerikan
tentang harapan yang dimaksudkan untuk masyarakat komunis global yang berfokus
pada "penghapusan kemiskinan." Disitu dkatakan bahwa:
“Pemerintah Pekerja
akan mengambil alih para pengambil-alih, akan mensosialisasikan industri, akan
menjadi kediktatoran terhadap para pengeksploitasi untuk memastikan demokrasi
pekerja. Di bawah pemerintahan baru ini para pekerja akan melakukan produksi
untuk digunakan, bukannya demi keuntungan pribadi, tempat ia akan mengatur
produksi pada tingkat yang lebih tinggi untuk memastikan kelimpahan bagi semua,
menghilangkan kemiskinan, pengangguran dan perang, untuk mendirikan negara
pekerja, bekerja sama dengan Uni Soviet, dan akan meletakkan dasar bagi
masyarakat komunis dunia yang memberikan dukungan material kepada gerakan
revolusioner di seluruh dunia.”
Pada bulan Agustus
1945, The Militan, sebuah publikasi dari Liga Komunis Amerika, mencetak
sebuah artikel bertuliskan, “TIDAK ADA PERDAMAIAN!” Hanya Sosialisme Dunia yang Bisa Menyelamatkan Manusia Dari
Penghancuran Atom dalam Perang Imperialis Lainnya!” Dalam
mengungkapkan kebutuhan untuk membangun Tatanan Dunia Sosialis, artikel itu
diakhiri dengan pernyataan singkat tentang bagaimana perjuangan Sosialisme
sekarang “lebih dari sekadar perjuangan untuk mengakhiri kemiskinan.”
Pada tahun 1960, The
Militant memuat sebuah kisah yang menguraikan platform partai Sosialis,
yang menyatakan niatnya untuk “mengakhiri kemiskinan.” Di bawah judul, “Socialist
Workers Party Election Platform,” (“Platform Pemilihan Partai Buruh Sosialis”) artikel tersebut menyatakan:
“Tidak ada keraguan
sedikit pun juga bahwa ekonomi terencana di Amerika Serikat, dengan tenaga
kerja terampil kami, sumber daya kami yang kaya, pabrik industri yang luar
biasa dan sains yang sangat maju, dapat
dengan cepat mengakhiri kemiskinan di benua ini dan memastikan bahwa setiap
orang memiliki kehidupan yang berlimpah, peluang dan pencapaian yang sangat
memuaskan."
Ada banyak banyak
contoh lain yang bisa kami berikan, tetapi intinya adalah ini saja; rapat umum
di sekitar orang miskin dengan tujuan “mengakhiri kemiskinan” telah menjadi
ciri khas dari aktivisme Sosialis sejak awal. Tetapi hal lain yang harus
dicatat adalah bahwa seruan untuk mengakhiri kemiskinan, seperti yang
ditunjukkan dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) yang pertama, tidak
lebih dari platform peluncuran bagi tujuan-tujuan yang lain, yang sangat menggemakan tulisan-tulisan
Karl Marx dan Komunis terkenal lainnya.
Misalnya, Tujuan 2 adalah “Mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan meningkatkan gizi,
serta mempromosikan pertanian berkelanjutan.” Subbagian 2.4 dari
tujuan ini menyatakan:
Pada tahun 2030,
memastikan sistem produksi pangan berkelanjutan dan menerapkan praktik
pertanian ulet yang meningkatkan produktivitas dan produksi, yang membantu
menjaga ekosistem, yang memperkuat kapasitas untuk adaptasi terhadap perubahan
iklim, cuaca ekstrem, kekeringan, banjir dan bencana lainnya dan yang secara
progresif meningkatkan kualitas tanah.
Walaupun tujuan ini
terlalu lemah dalam rencana implementasi aktualnya, yang jelas adalah bahwa
tujuannya adalah untuk mengelola produksi pangan sesuai dengan standar
internasional dan sistem perencanaan. Aspek-aspek lain dari Tujuan 2 termasuk
pemeliharaan “bank benih dan tanaman yang beragam di tingkat nasional, regional
dan internasional, dan memastikan akses dan pembagian manfaat yang adil dan
merata yang timbul dari pemanfaatan sumber daya genetik” sambil memastikan
“akses yang aman dan setara terhadap tanah, sumber daya dan input produktif
lainnya.” ”Mungkin cara yang lebih ringkas untuk menempatkan semua ini adalah
papan 7 dari Manifesto Komunis:
“Perluasan pabrik
dan instrumen produksi yang dimiliki oleh Negara; melakukan penanaman di lahan-lahan
kritis, dan perbaikan tanah pada umumnya sesuai dengan rencana bersama."
Tujuan no.3 SDGs
adalah dorongan lama dari lingkaran sosialis dan komunis. Tujuan no.3 adalah, “Memastikan
kehidupan yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan untuk semua orang di segala
usia.” Walaupun ini kedengarannya seperti tujuan yang baik, pada
kenyataannya hal itu merupakan dorongan untuk pengobatan yang disosialisasikan,
termasuk semua bentuk pengendalian kelahiran dan akses kepada abortus yang ‘aman.’
Dalam The New International edisi Desember 1938, ada sebuah artikel berjudul, “Apa itu “Pengobatan Yang Disosialisasikan?.” Dalam artikel tersebut, dia berupaya untuk menetapkan kebutuhan akan obat yang disosialisasikan. Da mengatakan: “Kita hanya perlu diingatkan tentang beberapa fakta untuk menyadari betapa salahnya klaim orang-orang yang mempertahankan status quo*: angka kematian ibu di AS tahun 1936 adalah 57 per 10.000 kelahiran hidup - lebih dari dua kali lipat dari Swedia; ada 40.000 kematian per tahun akibat TBC, setengahnya dapat dicegah; hampir satu dari sepuluh orang dewasa terinfeksi sifilis; ada 60.000 kasus baru sifilis kongenital setiap tahun, sembilan puluh delapan persen di antaranya dapat dicegah; ada kebutuhan mendesak bagi hampir 50.000 perawat kesehatan masyarakat, 70.000 dokter gigi, dan 400.000 tempat tidur rumah sakit jika standar kesehatan minimum harus dipenuhi.”
Kesimpulan dari
artikel adalah sudah jelas:
“Hanya melalui kemenangan final sosialisme dunia, persediaan besar
dari pengetahuan ilmiah yang ada benar-benar dapat digunakan demi kepentingan
penuh dari kemanusiaan. 'Obat yang disosialisasikan' itu adalah ungkapan yang
tidak bisa diartikan lain kecuali dalam masyarakat yang dijadikan sosialis
(komunis)."
Dalam edisi
International Socialist Review edisi
1963 ada sebuah artikel berjudul, “Obat yang disosialisasikan, Inggris dan AS.” Kekhawatiran dalam
artikel ini adalah serupa:
“TBC merajalela.
Pada tahun 1948 angka kematian adalah 48.000. Pada tahun 1960 turun menjadi
4.500.
Tingkat kematian
bayi di bawah lima tahun, dan kematian ibu melahirkan adalah salah satu yang
tertinggi di dunia. Sekarang ini termasuk yang terendah, kedua setelah Belanda.
Persediaan dokter,
dokter gigi, dan perawat, sangat sedikit, tidak terdistribusi dengan baik.”
Pada tahun 1976, Partai Pekerja Sosialis mendeklarasikan “Bill of Rights” baru, yang memasukkan
pernyataan ini:
"Semua orang,
sejak lahir hingga usia lanjut, harus dijamin pemerintah dalam pembiayaan
perawatan medis dan gigi melalui program penuh pengobatan yang
disosialisasikan."
Singkatnya, pengobatan yang disosialisasikan, atau perawatan
kesehatan universal, adalah SELALU menjadi tujuan dari komunisme. Tetapi yang
khususnya memprihatinkan adalah seberapa dekat retorika dorongan Komunis untuk
obat-obatan yang disosialisasikan ini cocok dengan Tujuan no. 3 dari SDGs. Sama
seperti ajakan sebelumnya untuk pengobatan yang disosialisasikan, menyatakan
keprihatinan atas tingkat kematian ibu, angka kelahiran, dan pencegahan
penyakit menular seperti tuberkulosis, cocok dengan Tujuan no.3 dari SDG
berikut, hampir poin demi poin:
3.1 Pada tahun 2030, menurunkan rasio kematian ibu melahirkan global menjadi
kurang dari 70 per 100.000 kelahiran hidup.
3.2 Pada tahun 2030, mengakhiri kematian yang dapat dicegah pada bayi baru
lahir dan anak-anak di bawah usia 5 tahun, dengan semua negara bertujuan untuk
mengurangi kematian neonatal hingga paling rendah 12 per 1.000 kelahiran hidup
dan kematian di bawah 5 hingga setidaknya serendah 25 per 1000 kelahiran hidup.
3.3 Pada tahun 2030, mengakhiri epidemi AIDS, tuberkulosis, malaria, dan
penyakit tropis terabaikan dan memerangi hepatitis, penyakit yang ditularkan
melalui air, dan penyakit menular lainnya.
3.4 Pada tahun 2030, mengurangi sepertiga kematian dini akibat penyakit tidak
menular melalui pencegahan dan pengobatan serta meningkatkan kesehatan mental
dan kesejahteraan.
Tujuan no. 3.7
adalah tentang pengendalian kelahiran, aborsi dan keluarga berencana, sedangkan
Tujuan no. 3,8 adalah tentang pengobatan yang disosialisasikan, atau yang saat
ini disebut, “Akses universal kepada perawatan kesehatan:
3.7 Pada tahun 2030, memastikan akses universal kepada layanan perawatan kesehatan
seksual dan reproduksi, termasuk untuk keluarga berencana, informasi dan
pendidikan, dan integrasi kesehatan reproduksi ke dalam strategi dan program
nasional.
3.8 Mendapatkan cakupan kesehatan universal, termasuk perlindungan risiko
finansial, akses kepada layanan perawatan kesehatan esensial yang berkualitas
dan akses kepada obat-obatan dan vaksin esensial yang aman, efektif,
berkualitas dan terjangkau untuk semua.
Masing-masing dari
tujuan ini cocok dengan poin-poin pembicaraan Komunis dan agen-agen Komunis di
seluruh dunia selama hampir 100 tahun terakhir. Dan seandainya tidak jelas
bahwa aborsi adalah "esensial" untuk mencapai Tujuan Pembangunan PBB,
di sebelah kanan adalah dokumen yang diproduksi oleh arsitek Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan (SDGs), Jeffrey Sachs. Perhatikan implikasi dalam gambar bahwa
"jika wanita diketahui hamil," dia akan disarankan melakukan aborsi
"untuk bisa menyelesaikan pendidikannya." Juga perhatikan tema
"kesehatan ibu," "kesetaraan gender," dan pengurangan kemiskinan
.
“Memastikan adanya pendidikan
berkualitas yang inklusif dan adil, dan mempromosikan kesempatan belajar seumur
hidup untuk semua.”
Termasuk di bawah
tujuan ini, antara lain, adalah niat untuk "memastikan bahwa semua anak
perempuan dan laki-laki menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah yang bebas,
adil dan berkualitas" dan "memastikan bahwa semua pemuda dan orang
dewasa memiliki keterampilan yang relevan, termasuk keterampilan teknis dan
kejuruan, bagi pekerjaan, pekerjaan yang layak dan kewirausahaan.”
Hal ini sangat mirip
dengan papan no.10 dari Manifesto Komunis, yang mengatakan:
10.
Pendidikan gratis untuk semua anak di sekolah umum.
Penghapusan tenaga kerja pabrik anak-anak dalam bentuknya yang sekarang.
Kombinasi pendidikan dengan produksi industri, dll, dll.
Tujuan no. 5 SDGs
sangat menarik, karena retorikanya cocok 100% dengan retorika Vladimir Lenin. Tujuan
no. 5 adalah untuk “Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan
dan anak perempuan.” Dari catatan khusus adalah niat berikut yang
berada di bawah tujuan ini:
5.4 Mengakui dan
menghargai perawatan yang tidak dibayar dan pekerjaan rumah tangga melalui penyediaan
layanan publik, infrastruktur dan kebijakan perlindungan sosial dan promosi
tanggung jawab bersama dalam rumah tangga dan keluarga sebagaimana layak secara
nasional.
5.5 Memastikan
partisipasi penuh dan efektif perempuan dan kesempatan yang sama untuk
kepemimpinan di semua tingkat pengambilan keputusan dalam kehidupan
politik, ekonomi dan publik.
5.6 Memastikan akses universal kepada kesehatan seksual dan
reproduksi serta hak-hak reproduksi sebagaimana disepakati sesuai dengan
Program Aksi Konferensi Internasional tentang Populasi dan Pengembangan dan
Platform Beijing untuk Aksi dan dokumen hasil konferensi peninjauan mereka.
Vladimir Lenin
secara teratur berperang melawan hukum yang melarang aborsi dan pengendalian
kelahiran, dan begitu revolusi berhasil menggulingkan Tsar di Rusia, ia
menghapuskan semua undang-undang tersebut. Tujuan no. 5.6 sejalan dengan
cita-cita Komunis tentang akses kepada aborsi dan pengendalian kelahiran.
Adapun aspek lain dari tujuan no.5, pada bulan Februari 1920, Pravda mencetak
pidato yang disampaikan oleh Lenin dengan judul, “Kepada Para Pekerja
Perempuan.” Tujuan Pembangunan Berkelanjutan tentang pemberdayaan dan
kesetaraan perempuan dan anak perempuan tampaknya telah mengangkat semua
poin-poin pentingnya langsung dari pidato ini:
Sangat penting
bahwa pekerja perempuan mengambil bagian lebih besar dalam pemilihan.
Pemerintah Soviet adalah pemerintah pertama dan satu-satunya di dunia yang
menghapus sepenuhnya semua hukum lama, borjuis, yang terkenal buruknya karena menempatkan
perempuan pada posisi yang lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki dan yang
memberikan hak istimewa kepada laki-laki, seperti misalnya, dalam bidang hukum hukum
atau dalam hal sikap hukum terhadap anak-anak. Pemerintah Soviet adalah
pemerintah pertama dan satu-satunya di dunia yang, sebagai pemerintah pekerja
keras, menghapuskan semua hak istimewa yang terkait dengan properti, yang
dipertahankan laki-laki dalam undang-undang keluarga di semua republik borjuis,
bahkan yang paling demokratis sekalipun.
Di mana ada tuan
tanah, kapitalis dan pedagang, tidak akan ada persamaan antara perempuan dan
laki-laki, terutama dalam hukum.
Di mana tidak ada
tuan tanah, kapitalis, dan pedagang, di mana pemerintah pekerja keras membangun
kehidupan baru tanpa para penghisap ini, di sana kesetaraan antara perempuan
dan laki-laki ada di dalam hukum.
Tetapi itu tidak
cukup.
Ini adalah
perbedaan yang jauh antara kesetaraan dalam hukum dengan kesetaraan dalam
kehidupan.
Kami ingin pekerja
perempuan mencapai kesetaraan dengan pekerja laki-laki, tidak hanya dalam
hukum, tetapi juga dalam kehidupan. Untuk ini, penting bahwa pekerja perempuan
mengambil bagian yang semakin meningkat dalam administrasi perusahaan publik
dan administrasi negara.
Dengan terlibat
dalam pekerjaan administrasi, kaum wanita akan belajar dengan cepat dan mereka
akan mengejar ketertinggalan dari kaum pria.
Ini hanyalah satu
contoh di antara banyak pemimpin Komunis yang mendorong pembebasan feminis
sejalan dengan Sasaran 5 SDGs.
Tujuan no. 11
memperkenalkan keinginan untuk mengimplementasikan rencana utopia komunis di
seluruh dunia. Tujuan ini adalah untuk “Menjadikan kota-kota dan permukiman manusia dalam keadaan iklusif, aman,
tangguh dan berkelanjutan.”
Sasaran 11.3 secara
khusus adalah cukup mengganggu:
11.3 Pada tahun 2030, meningkatkan urbanisasi yang inklusif
dan berkelanjutan serta kapasitas untuk perencanaan dan pengelolaan pemukiman
manusia yang partisipatif, terintegrasi dan berkelanjutan di semua negara.
Hal ini disampaikan
di halaman 3 dari pembukaan Zero Draft SDGs:
“Kita harus
menghormati dan menjaga rumah bersama kita. Kita ingin melindungi planet ini
sehingga dapat mendukung kebutuhan generasi sekarang dan mendatang. Kita akan
melestarikan dan menggunakan samudera dan lautan kita secara berkelanjutan;
melawan perubahan iklim; melindungi dan memulihkan ekosistem; menghalangi terciptanya
padang gurun, degradasi lahan dan hilangnya keanekaragaman hayati;
mempromosikan kota-kota dan pemukiman manusia yang aman dan inklusif; dan
mempromosikan pengurangan risiko bencana.“
Ini adalah
referensi langsung kepada Agenda 21, yang merupakan
salah satu program awal yang telah menjadi tujuan SDG. Tanpa berbicara detail,
intinya adalah menghilangkan orang-orang dari lingkungan pedesaan, dan
memusatkan mereka di kota-kota dan pinggiran kota, menyebarkannya demi
kepentingan pertanian “berkelanjutan” sambil melestarikan alam di seluruh
dunia. Ini adalah bentuk penciptaan komunitas (atau komune) yang sepenuhnya
terencana, sambil menolak pembangunan di tempat-tempat yang telah ditentukan. Gagasan
ini muncul lebih lengkap dalam paragraf 29 dari ringkasan:
“Kami menyadari
bahwa pengembangan dan pengelolaan kota yang berkelanjutan sangat penting bagi kualitas
hidup warga kami. Kami akan bekerjasama
dengan pihak berwenang dan masyarakat setempat untuk memperbarui dan
merencanakan kota-kota dan permukiman warga kami, untuk memupuk kedekatan
komunitas dan keamanan pribadi, dan untuk merangsang inovasi dan pekerjaan. Kami
akan mengurangi dampak negatif dari kegiatan perkotaan, termasuk melalui
manajemen yang aman dan penggunaan bahan kimia, pengurangan dan daur ulang
limbah, dan penggunaan air serta energi yang lebih efisien. Dan kami akan berusaha
untuk meminimalkan dampak dari kota-kota pada sistem iklim global. Kami juga
akan mempertimbangkan tren dan proyeksi populasi dalam strategi dan kebijakan
pembangunan nasional, pedesaan dan perkotaan kami."
Ini adalah implementasi yang jelas dari papan 9 dari
Manifesto Komunis, yang menyerukan:
“Kombinasi
pertanian dengan industri manufaktur; penghapusan
secara bertahap semua perbedaan antara kota dan pedesaan dengan distribusi
penduduk yang lebih merata di seluruh negeri."
Pembukaan Dokumen
Nol untuk Tujuan Pembangunan Berkelanjutan menjelaskan apa artinya semua ini. Disitu
dikatakan, "Kami ingin ... mendorong kemakmuran
bersama dan gaya hidup berkelanjutan di seluruh dunia."
Kemakmuran bersama
dan gaya hidup berkelanjutan terdengar mengerikan seperti redistribusi kekayaan
... dan memang begitu faktanya. Paragraf 25 dari ringkasan untuk SDG membuat hal
ini sangat jelas:
“Kami akan berusaha
membangun fondasi ekonomi yang kuat untuk semua negara kami. Pertumbuhan
ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan sangat penting untuk kemakmuran. Hal ini
hanya mungkin terjadi jika kekayaan
dibagi-bagikan melalui kebijakan progresif yang ditujukan untuk redistribusi."
Atau, seperti yang
dinyatakan oleh Karl Marx sendiri dalam kritiknya terhadap Program Gotha, “Dari masing-masing sesuai dengan kemampuannya, untuk
masing-masing sesuai dengan kebutuhannya!”
Kesimpulan
Paus Pius XI menjelaskan dengan sangat baik bahwa umat
beriman memiliki tugas untuk memerangi Komunisme, dan kita harus mencela setiap
dan semua kolaborasi dengan komunis dan program-program mereka. “Lihatlah, saudara-saudara
yang terkasih, bahwa umat beriman tidak membiarkan diri mereka tertipu!
Komunisme pada dasarnya adalah salah, dan tidak seorang pun yang akan
menyelamatkan peradaban Kristen dapat bekerja sama dengannya dalam melakukan apa
pun. Mereka yang membiarkan diri mereka ditipu untuk memberikan bantuan demi kemenangan
Komunisme di negara mereka sendiri, akan menjadi orang pertama yang menjadi
korban kesalahan mereka. Dan semakin besar tradisionalitas serta keagungan
peradaban Kristiani di daerah-daerah di mana Komunisme berhasil menembus, maka
yang jauh lebih dahsyat adalah kebencian yang diperlihatkan oleh orang-orang
yang tak bertuhan itu.” DIVINI REDEMPTORIS – Pope Pius XI,
1937
Intinya adalah
bahwa Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) tidak lain adalah sebuah rencana
yang dikodifikasikan secara global untuk penerapan Utopia Komunis. Singkatnya,
tujuan yang sejalan dengan tujuan Komunisme adalah:
·
Tujuan no.2 dari SDGs, yaitu untuk “Mengakhiri
kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan meningkatkan gizi, dan mempromosikan
pertanian berkelanjutan,” sejalan dengan Papan 7 dari Manifesto Komunis, “Perluasan
pabrik-pabrik dan instrumen produksi yang dimiliki oleh Negara; melakukan penanaman
di lahan-lahan kritis, dan perbaikan tanah pada umumnya sesuai dengan rencana
bersama."
·
Tujuan no. 3 dari SDGs, yaitu "Memastikan kehidupan
yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan bagi semua usia," dimana hal ini
sejalan dengan rencana lama Komunis untuk menerapkan "Obat
bersosialisasi."
·
Tujuan no. 4 dari SDGs, yaitu “Memastikan pendidikan yang
berkualitas, inklusif dan adil, dan mempromosikan kesempatan belajar seumur
hidup untuk semua,” dan hal ini sejalan dengan papan ke-10 dari Manifesto
Komunis, “Pendidikan gratis untuk semua anak di sekolah umum. Penghapusan
tenaga kerja anak-anak di pabrik dalam bentuknya yang sekarang. Kombinasi
pendidikan dengan produksi industri, dll., dll.”
·
Tujuan no. 5 dari SDGs adalah untuk “Mencapai
kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan dan anak perempuan” dan hal
ini sangat cocok dengan dorongan Vladimir Lenin untuk pembebasan feminis.
·
Tujuan no. 11 dari SDGs berupaya untuk “Membuat kota
dan permukiman manusia menjadi inklusif, aman, tangguh, dan berkelanjutan,” dan
dengan demikian, ingin mendistribusikan kekayaan sesuai dengan seruan Marxian,
“Dari masing-masing orang, sesuai dengan kemampuannya, untuk masing-masing orang,
dan yang sesuai dengan kebutuhannya.”
Ini adalah sebuah rencana
Komunis. Tetapi ini seharusnya tidak mengejutkan, karena PBB adalah entitas
Komunis, dan selalu begitu. Faktanya, tujuan no.11 dari 45 tujuan Komunis yang
diidentifikasi dalam Cleon Skousen dalam bukunya, “The Naked
Communist” adalah, "Promosikan
PBB sebagai satu-satunya harapan bagi umat manusia." Jika
seseorang memperhatikan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, jelas bahwa retorika itulah
yang digunakan untuk mempromosikan gagasan ini. Yang sangat mengganggu tentang
hal ini adalah bahwa Tujuan Pembangunan Berkelanjutan mendapatkan banyak perhatian dan dukungan dari Vatikan.
Mengingat Gereja Katolik terus-menerus mengutuk Komunisme, maka promosi Vatikan
terhadap berbagai program yang jelas-jelas berbau Komunis sangatlah tidak bisa
dipahami dengan akal sehat.
No comments:
Post a Comment