PAUS FRANCIS MENGHADIAHKAN RELIKUI ST. PETRUS KEPADA PATRIARK
GEREJA ORTODOKS
LifeSiteNews
Oleh : Diane Montagna
ROMA, 3 Juli 2019 (LifeSiteNews) - Dalam sesuatu hal yang tak terduga dan
apa yang dilihat oleh sebagian orang di Roma sebagai isyarat yang tidak
menyenangkan, Paus Francis telah memberikan relikui Santo Petrus Rasul kepada
seorang patriark Ortodoks.
Setelah Misa yang khidmat pada tanggal 29 Juni, pesta liturgi Rasul Petrus
dan Paulus, Paus memberikan kepada delegasi yang mewakili Patriarkh Ekumenis
Ortodoks Bartholomew dari Konstantinopel, sebuah peti relikui perunggu yang
berisi sembilan fragmen tulang dari Paus pertama.
Gereja Ortodoks, walaupun memiliki imamat dan sakramen yang sah, tidak
berada dalam persekutuan penuh dengan Roma, sebagian karena Gereja itu tidak
mengakui kedudukan tertinggi dari kepausan. Meskipun penarikan
ekskomunikasi antara Roma dan Konstantinopel telah dilakukan bersama pada akhir
Konsili Vatikan II oleh Paus Paulus VI dan Patriarkh Athenagoras, umat Katolik
tidak berdoa bagi para patriakh Ortodoks dalam liturgi mereka, demikian pula
Ortodoks tidak berdoa bagi Paus. Tidak ada hubungan sakramental antar Gereja.
Tentang Relikui tersebut
Kesembilan fragmen tulang tersebut adalah bagian dari relikui Santo Petrus
yang ditemukan selama penggalian nekropolis Vatikan yang dimulai oleh Paus Pius
XI pada tahun 1939. Selama penggalian, para arkeolog menemukan sebuah monumen
kuburan dengan peti mati yang diukir dengan kata-kata Yunani "Petros
eni", atau “Peter ada di sini."
Menyusul penyelidikan selanjutnya, arkeolog Italia Margherita Guarducci
menerbitkan sebuah makalah yang menyatakan bahwa ia telah menemukan
tulang-tulang St. Peter di dekat situs yang diidentifikasi sebagai makamnya.
Pada tahun 1968, Paus Paulus VI, yang yakin akan keaslian penemuan itu,
menugaskan pembuatan sebuah peti perunggu untuk menyimpan sembilan buah fragmen
tulang dan menyimpan relikui tersebut di kapel pribadinya di Istana Apostolik,
tempat relikui itu berada sampai saat ini. Setiap tahun, pada pesta liturgi
Santo Petrus dan Paulus pada 29 Juni, relikui itu dipajang di kapel untuk
penghormatan pribadi kepada Paus Roma.
Relikui St. Petrus lainnya masih tetap berada di sebuah ceruk kecil di
dinding - di bawah altar utama Basilika Santo Petrus, di tempat awal-mula
relikui tersebut ditemukan.
Sembilan fragmen tulang tersebut pernah ditampilkan untuk penghormatan
publik hanya satu kali, yaitu pada 24 November 2013, ketika Paus Fransiskus
meletakkan relikui tsb di sebelah altar, selama Misa Penutupan Tahun Iman, yang
dibuka oleh Paus Benediktus XVI.
Paus Fransiskus memindahkan peti relikui tersebut dari kapel pribadi para
paus pada tanggal 29 Juni, pesta liturgi para Rasul St. Petrus dan Paulus,
Pelindung Roma.
Meninggalkan Istana Kerasulan
Uskup Agung Telmessos, yang memimpin delegasi resmi Patriarkat Ekumenis
Konstantinopel, mengatakan bahwa setelah Misa Kepausan di Basilika Santo Petrus
pada 29 Juni, Paus Fransiskus mengundangnya untuk menemaninya ke makam Santo
Petrus di bawah altar utama.
Uskup agung itu mengatakan bahwa setelah keduanya berdoa bersama di makam
Santo Petrus, Paus mengatakan kepadanya bahwa ia memiliki sebuah "hadiah
untuk Gereja Konstantinopel." Paus mengundang uskup agung tsb untuk
menemaninya ke Istana Kerasulan. Di sana, di kapel pribadi para paus, Francis
mengambil peti relikui itu dan memberikannya kepada Uskup Agung Ayub.
"Ketika kami memasuki kapel," kata uskup agung Orthodox,
"Paus Francis menjelaskan kepada saya bahwa Paus Paulus VI ingin menyimpan
sebagian dari relikui St. Peter dari Basilika Vatikan, di kapel
pribadinya."
Paus Francis mengatakan kepadanya: “Saya tidak lagi tinggal di Istana
Kerasulan, saya tidak pernah menggunakan kapel ini, saya tidak pernah
[merayakan] Misa Kudus di sini, dan kami memiliki relikui Santo Petrus di
basilika itu sendiri, jadi akan lebih baik jika mereka mau, (relikui ini)
disimpan di Konstantinopel."
"Ini hadiah dari saya untuk Gereja Konstantinopel," tambah Paus,
saat ia menyerahkan relikui tersebut. "Tolong bawa relikui ini dan berikan
kepada saudaraku Patriark Bartholomew."
"Hadiah ini bukan dari saya, ini adalah hadiah dari Tuhan,"
katanya.
Mengaku agak kaget dengan keputusan Paus, Uskup Agung Ayub berkata:
"Ini adalah peristiwa luar biasa dan tak terduga yang tidak kami harapkan.
Relikui Rasul Suci Petrus selalu disimpan di Roma di mana relikui itu menjadi
tujuan ziarah."
"Gereja Ortodoks tidak pernah meminta relikui tersebut karena mereka
tidak pernah menjadi milik Gereja Konstantinopel," kata uskup agung itu.
“Kali ini, kita tidak mengatakan kembalinya relikui itu ke tempat asalnya. Kali
ini, relikui tersebut diberikan sebagai hadiah. Sikap kenabian ini adalah
langkah besar lainnya di jalan menuju persatuan yang konkret.”
Tanda yang tidak menyenangkan?
Tetapi beberapa pengamat memandang gestur itu sebagai pertanda buruk bagi
Gereja dan Roma.
"Paus Francis benar-benar menyerahkan St. Peter," kata satu
sumber di Roma kepada LifeSite. "Sebuah langkah yang luar biasa."
"Relik-relik itu berada di kapel pribadi Paus," catat seorang
imam. "Dia (PF) jelas lebih suka mengambil suatu 'langkah' atas
relikui tersebut daripada berdoa di depan relikui itu dan menerima rahmat
khusus dari pelindungnya, Paus pertama."
“Ini adalah cara berpikir yang sepenuhnya sekuler, dan apa yang dia petik
- sekularisasi - akan dia tabur untuk seluruh Gereja, dengan cara yang tidak
diharapkan oleh siapa pun,” tambahnya.
Dalam komentarnya kepada LifeSite, seorang imam lain di Roma menyatakan,
betapa pentingnya 'locus,' yaitu 'tempat', dalam pandangan Katolik, dan
menambahkan bahwa adalah kehendak Tuhan bahwa Petrus menjadi martir di Roma.
Imam itu menunjukkan bahwa seni dan sastra Kristen menggambarkan bahwa
Petrus melarikan diri dari penyaliban di Roma selama penganiayaan Kaisar Nero.
Menurut sebuah (catatan) tradisi Kristen, di jalan di luar kota, Petrus bertemu
dengan Yesus yang bangkit. Dalam terjemahan Latin, Petrus bertanya kepada
Yesus, _"Quo vadis, Domine ?,"_ yang dijawab oleh Tuhan yang bangkit:
_"Romam eo iterum crucifigi"_ ("Aku pergi ke Roma untuk
disalibkan lagi"). Visi itu memberi Petrus keberanian untuk kembali
ke kota (Roma), di mana ia menjadi martir dengan disalibkan secara terbalik.
"Saya sangat curiga bahwa ini adalah sebuah tanda bahwa
perlindungan Santo Petrus akan meninggalkan Vatikan," kata seorang pengamat di Roma. “Apa yang perlu diperhatikan
selanjutnya adalah : Francis memberikan relikui Santo Paulus kepada orang
Protestan. Itu akan sejalan dengan logika dari langkah ini. Dan itu akan lebih jauh lagi melucuti
perlindungan ilahi, mempersiapkan St. Petrus bagi sebuah kehancuran yang tak
terlihat sejak penjarahan Roma pada tahun 1500-an."
Pindah ke Timur
Pada malam tanggal 29 Juni, relikui tersebut dipindahkan dari Roma ke
Konstantinopel, didampingi oleh Monsinyur Andrea Palmieri, wakil menteri Dewan
Kepausan untuk Promosi Persatuan Kristen. Pada 30 Juni, relikui tsb diekspos
untuk penghormatan publik selama Liturgi Ilahi yang dirayakan oleh Patriark
Bartholomew, yang menggambarkan keputusan Paus Fransiskus sebagai langkah yang
"berani dan hebat".
Peti relikui itu sekarang disimpan di patriarkat ekumenis di Istanbul.
"Seringkali tanda-tanda diberikan kepada kita," komentar seorang
pengamat di Twitter setelah berita tersebut. "St. Peter meninggalkan Roma menuju ke Timur hanya berarti satu
hal: penghakiman telah dijatuhkan atas Roma.
No comments:
Post a Comment