Monday, July 25, 2022

Peluklah Salibmu Dengan Sukacita

 

PELUKLAH SALIBMU DENGAN SUKACITA

 https://www.churchmilitant.com/news/article/suffering-is-great 

 


 

Oleh pastor Paul John Kalchik  •  ChurchMilitant.com  •  July 18, 2022

 

Salib merupakan sarana pengudusan kita

Dalam salah satu acara TV kesayangannya, Uskup Agung Fulton J. Sheen menjelaskan bagaimana penderitaan dapat menjadi penebusan bagi kita sebagai murid Kristus. Mengenai penderitaan manusia, Sheen menekankan bahwa orang tidak boleh "menyia-nyiakannya," tetapi sebaliknya, justru kita harus "mempersembahkannya."

 


 Para pecandu narkoba berpikir bahwa itu

akan meringankan penderitaannya

 

Penderitaan, akibat dari rasa sakit yang lama, dipandang oleh kebanyakan orang sebagai sesuatu yang tidak baik, apalagi sesuatu yang harus disambut ketika ia datang mengetuk pintu Anda. Penderitaan itu dilihat sebagai sesuatu yang harus dihindari, seperti wabah. Salah satu alasan besar mengapa narkoba, seks, dan alkohol begitu populer di masyarakat kita saat ini adalah bahwa narkoba, sex, dan alkohol, memudahkan orang untuk menghindari rasa sakit dan penderitaan dalam kehidupan sehari-hari mereka.

 

Saya telah mengenal cukup banyak orang dalam hidup saya, yang berusaha keras melalui kegiatan sehari-hari mereka hanya untuk pulang dan membius diri dengan satu atau lain cara. Sejak ganja dilegalkan, saya masih heran dengan antrean panjang orang yang mengantri secara teratur untuk mencari obat ini di banyak apotek, hanya untuk mendapatkan ‘kesenangan sesaat’ mereka. Salah satu apotek di lingkungan saya langsung mengiklankan bahwa obat-obat itu sebagai sumber "termurah dan terbaik dan tertinggi di wilayah metro." Memang itu apotek yang tidak berkelas, tapi cukup jelas tentang apa yang mereka jual — cepat menolong’ bagi orang-orang untuk melarikan diri dari rasa sakit dan kesedihan kehidupan sehari-hari mereka.

 

Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Tweet

 

Menjalani kehidupan sehari-hari Anda dengan mengonsumsi obat penghilang rasa sakit dan mencari minuman lain bukanlah hal baru. Tuhan kita sendiri bertemu dengan orang-orang seperti itu dalam pelayanan aktif-Nya. Alih-alih memvalidasi jenis obat ini untuk melarikan diri dari cobaan dan penderitaan mereka, Dia bersabda; “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.” (Matius 16:24). 

 

Tanggapan Kristus atas Pencobaan dan Penderitaan

 

Tuhan kita, Yesus Kristus, bukannya memukul punggung orang-orang dan memberi mereka penegasan palsu bahwa mereka tetap baik-baik saja, terlepas dari kesesatan mereka, dan Dia menantang semua yang Dia temui untuk memeluk rasa sakit dan penderitaan yang datang dalam kehidupan di dunia ini. Yesus melakukannya dengan sengaja demi penebusan mereka sendiri dan orang lain!

 

Venerable Maria of Agreda adalah seorang biarawati dan mistikus abad ke-17 yang dilaporkan mengalami bilokasi ke Amerika hingga beberapa kali selama hidupnya. Dia diberi pengetahuan yang luar biasa tentang Tuhan kita dan Bunda Terberkati, termasuk kesan mendalam tentang sengsara Tuhan kita.

 

Maria Agreda melihat dengan pengetahuan Ilahi ini bahwa ketika Yesus dipersembahkan dengan Salib yang akan Dia gunakan untuk menebus umat manusia, Tuhan memeluknya dengan penuh perasaan yang sangat lembut, dan Dia berbicara kepadanya seperti mempelai pria menyapa tunangannya, yang sangat Dia cintai.

 


Ven. Maria of Agreda

 

Dalam buku 6, bab XXI, paragraf 650 dari The Mystical City of God, Ven. Maria mencatat kata-kata Tuhan kita:

 

Oh Salib, kekasih jiwa-Ku, sekarang Aku siap untuk menenangkan kerinduan-Ku. Datanglah kepada-Ku, agar Aku dapat diterima dalam pelukanmu, dan dengan melekat kepadamu seperti di atas altar, Aku dapat diterima oleh Bapa yang kekal sebagai pengorbanan dan rekonsiliasi abadi dengan umat manusia."

 

Aku akan senang melihat adegan yang mengharukan ini digambarkan dalam sebuah ikon — Tuhan kita dengan penuh kasih merangkul Salib-Nya, dan Dia tahu betul bahwa itu akan berperan penting dalam penebusan umat manusia.

 

 

Menolak Cobaan bisa Menjebak Anda dalam Dosa

 

Banyaknya penderitaan yang datang dari rasa sakit fisik atau emosional dalam hidup kita, dapat menjadi pengubah permainan yang hebat bagi kita sebagai murid Kristus jika kita, seperti Uskup Agung Fulton Sheen menyarankan, mempersembahkan penderitaan itu sebagai penebusan dosa kita sendiri atau sebagai silih atas dosa orang lain. Hari-hari ini Anda jarang mendengar orang Katolik menggunakan nasihat ini. Apa yang Anda dengar, di sisi lain, adalah orang Katolik, bahkan kadang-kadang imam, mengatakan hal-hal yang bertentangan dengan apa yang disebut orang Katolik ‘tempo dulu’ sebagai ‘derita demi penebusan.’

 

Mungkin contoh yang paling mengerikan dari para imam yang memberitakan Injil yang bertentangan dengan pelukan Kristus akan derita penebusan, adalah si tokoh LGBT pastor James Martin serta ‘injilnya’ tentang "Membangun Jembatan antara Gereja dan LGBT." Martin tidak mendorong kaum homoseksual untuk menahan diri dari perbuatan sodomi, yang dikutuk sebagai dosa besar dalam Kitab Suci dan dalam tradisi Gereja kita. Sebaliknya, pastor ini mendukung semua orang yang terjebak dalam gaya hidup homosex ini. Melalui berbagai buku, tweet, dan ceramahnya, Martin berbicara seolah-olah Tuhan telah mengubah pikiran-Nya tentang sodomi, dan bahwa tindakan homoseksual sekarang, entah bagaimana, tidak lagi berdosa dan itu diberkati oleh Gereja.

 

Seseorang yang menderita kecenderungan untuk berbuat dosa secara mendalam, bukanlah hal baru. Banyak dari orang-orang kudus terbesar kita menjadi orang-orang kudus yang kita kenal dan kasihi, karena mereka berjuang melawan kecenderungan berdosa itu dan dengan kasih karunia Allah mereka mampu mengalahkan kecenderungann itu. Dalam memaafkan sodomi, pastor James Martin (tokoh pendukung LGBT)  mengungkapkan bahwa dia ingin semua orang yang berjuang dengan ketertarikan kepada sesama jenis untuk terus diperbudak oleh keinginan mereka, hingga membahayakan keselamatan abadi jiwa mereka.
 

Setiap orang yang terjatuh, jika dia jujur pada dirinya sendiri, memiliki kecenderungan yang tidak teratur kepada hal-hal yang berdosa. Jika Anda mempelajari biografi orang-orang kudus, Anda melihat pria dan wanita yang menerima kecenderungan berdosa mereka dan mengesampingkannya untuk membina hubungan akrab mereka dengan Pencipta mereka.

 


(L to R) St. Francis of Assisi and St. Ignatius of Loyola


Santo Fransiskus dari Assisi harus mengesampingkan cintanya pada hal-hal yang menyenangkan dalam hidup mereka -- melepaskan diri dari cinta akan makanan, pakaian dan minuman yang enak -- untuk merangkul kemiskinan evangelis. Dengan merangkul kemiskinan, orang suci itu memungkinkan dirinya untuk membuat langkah besar dalam kehidupan spiritualnya dan dengan demikian bergerak lebih dekat kepada Tuhan.

 

Demikian pula, St. Ignatius dari Loyola, sebagai seorang pemuda yang memiliki kegemaran berjudi dan bermain-main dengan para wanita, harus melepaskan semua ini agar dia dapat bergerak maju dalam hubungannya dengan Kristus.

 

 

Melawan Godaan Daging

 

Sebuah batu sandungan yang paling banyak dihadapi orang yang berusaha menjalani kehidupan spiritual adalah kesucian. Jika Anda melihat sejarah Gereja kita, banyak orang kudus pada awalnya berjuang untuk tetap suci dan menjaga godaan nafsu. Salah satu dari orang-orang ini yang berjuang untuk sementara waktu dengan kesucian adalah St. Antonius dari Padua.

 

St. Anthony of Padua

 

Pastor muda, Antonius, meskipun memiliki banyak bakat alami dengan khotbahnya dan yang lain-lainnya, harus bergumul dengan godaan dalam menjaga kaul kesuciannya. Menurut legenda, dia berjuang dengan godaan-godaan ini sampai suatu malam dia mendapat penglihatan tentang kanak-kanak Yesus, yang telah dipercayakan oleh Bunda Terberkati untuk dirawat olehnya.

 

Empat puluh tahun yang lalu, ketika saya masih novis muda di novisiat, saya mengalami komunikasi yang baik dengan pembimbing rohani saya, pastor Joseph Reyes, tentang masalah saya sehubungan dengan godaan daging. Dan meskipun percakapan ini terjadi beberapa dekade yang lalu dan pastor Joseph Reyes sudah lama meninggal, tapi saya masih ingat pastor yang suci ini dan nasihat bijaknya untuk menghadapi godaan daging secara terus terang. Sebagai seorang imam Fransiskan tua, pastor Joseph gemar menarik cerita dari Bata Merah tua, Omnibus of Sources dari Fransiskan. Buku yang bagus ini memuat semua tulisan St. Fransiskus sendiri serta banyak biografi asli St. Fransiskus dan para Fransiskan awali.

Pastor Joseph Reyes, sebagai tanggapan atas pertanyaan saya tentang bagaimana menghadapi godaan daging, mulai membaca tentang bagaimana St. Fransiskus bisa menghadapinya: "Ya, ada cerita tentang St. Fransiskus, pada suatu malam musim dingin ketika dia menderita cobaan seperti itu dan mengatasinya dengan cara pergi keluar dan berguling-guling di salju."

 

Karena masih muda dan cerdas, saya menjawab: "Akan menyenangkan untuk memiliki sedikit salju untuk berguling-guling hari ini, karena musim panas ini terasa sangat panas." Tapi pastor Joseph Reyes, menanggapi komentar saya dengan tenang, dan menjawab, "Paul jangan gila; kamu selalu dapat mandi air dingin untuk menenangkan diri. Itu akan menyelesaikan kedua masalahmu."

 

 

Rahmat Tuhan Menghancurkan Rasa Penyesalan

 

Pastor yang suci ini, yang juga seorang ahli mengenai biografi St. Antonius, melanjutkan dengan berbicara tentang santo favoritnya itu. Dia menceritakan bagaimana St. Antonius muda, tidak lama setelah dia ditahbiskan menjadi imam, melewati masa di mana dia diselimuti penyesalan karena tidak menikah dan memiliki keluarga sendiri. Dia memberi tahu saya bahwa selama pencobaan inilah Maria menampakkan diri kepadanya dan menyerahkan Yesus yang masih balita, untuk dirawat olehnya. Saat Antonius menggendong kanak-kanak Yesus yang berusia 2 tahun di tangannya, dia segera menyadari bahwa tangannya terasa penuh dengan banyak beban.

 

Maria sendiri mempercayakan perawatan Bayinya itu kepadanya, kata Pastor Joseph Reyes. Siapa yang bisa merawat anak tambahan setelah dipercayakan dengan perawatan bayi Yesus? Siapa yang menginginkan atau membutuhkan seorang istri atau anak-anaknya sendiri ketika dia telah dikaruniai seorang anak yang sempurna? Dan setelah Maria menghadiahkan kepada imam muda itu dengan perawatan Putranya sendiri, dia tidak pernah lagi menyesali ditahbiskan menjadi imam atau pun tidak memiliki istri dan keluarga. "Tidak pernah sekali pun," tegas pastor Joseph Reyes.

 

 

Maria sendiri mempercayakan perawatan Bayinya kepadanya. GabTweet

 

 

“Paulus, jika kamu sungguh-sungguh ingin menjadi biarawan dan menjadi imam,” Pastor Joseph Reyes mengatakan, "Kamu harus meletakkan semua godaan ini di belakangmu. Dan kamu bisa dengan kasih karunia Tuhan, bertindak seperti yang dilakukan oleh St. Fransiskus dan St.Anthonius. Mintalah rahmat Tuhan dan Dia akan memberikannya kepadamu."

 

Betapa aku merindukan lelaki tua ini. Keinginan utamaku adalah menjadi pembimbing spiritual yang baik bagi mereka yang datang kepadaku untuk meminta bantuan seperti halnya pria ini.

 

 

St. Anthonius menggendong Kanak-kanak Yesus

 

Anthonius, setelah pertemuan penting dengan Tuhan kita ini, memiliki semua rahmat yang dibutuhkan untuk menyingkirkan godaan daging di belakangnya, selama sisa hidupnya. Anthonius sering digambarkan dalam ikonografi bersama gambar Kanak-kanak Yesus atau memegang bunga lili putih, untuk menunjukkan pelukannya yang penuh kasih kepada Kristus serta kemurniannya.

 

 

Peluklah Apa Yang Bisa Membuatmu Kudus

 

Salib, pencobaan, dan kesengsaraan yang menghadang kita, dapat menghancurkan kita atau membantu menjadikan kita kudus. Tanda dari seorang Kristiani yang dewasa adalah mereka dapat berbicara dengan penuh kasih tentang berbagai salib yang mereka pikul dalam hidup.

 

Orang Kristiani yang dewasa berbicara tentang salib mereka dengan kasih karena salib telah menjadi alat untuk mengubah mereka menjadi murid yang lebih suci dan lebih baik.

 

Santo Paulus berbicara tentang fenomena ini dalam suratnya kepada Jemaat di Kolose:

“Sekarang aku bersukacita bahwa aku boleh menderita karena kamu, dan menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada penderitaan Kristus, untuk tubuh-Nya, yaitu jemaat.” (Kolose 1:24).

 

Santo Paulus mengakui bahwa salib yang datang kepada kita sebagai murid Kristus, jika kita memikulnya dengan kasih karunia Allah, dapat menjadi sumber penebusan dosa kita sendiri serta penebusan dosa orang lain.

 

Salah satu topik favorit St. Fransiskus dari Assisi untuk didiskusikan adalah kemiskinan — sebuah salib yang dia bebankan pada dirinya sendiri, dan sebuah salib yang dia peluk dengan penuh kasih, karena hal itu membawanya lebih dekat kepada Kristus.

 

Sebuah kutipan dari Sacrum Commercium, yang sering dikaitkan dengan Santo Fransiskus, berbunyi:

Sementara mereka bergegas menuju ketinggian dengan langkah-langkah mudah, lihatlah Lady Poverty (Bunda Kemiskinan / Bunda Maria), berdiri di puncak gunung. Melihat mereka memanjat dengan kekuatan seperti itu, seolah hampir terbang, dia cukup heran: "Sudah lama sejak aku melihat dan menyaksikan orang-orang begitu bebas dari semua beban." Maka Bunda Kemiskinan itu menyambut mereka dengan berkat yang melimpah: "Katakan kepadaku saudara-saudara, apa alasanmu datang ke sini, dan mengapa kamu datang begitu cepat dari lembah kesedihan ke gunung cahaya?"

 

Santo Fransiskus, seperti Tuhan kita, merangkul salib kemiskinan dalam hidupnya, dan dia tidak melakukan ini dengan murung atau lemah, tetapi dia melakukannya dengan sepenuh hati, karena mengetahui bahwa melalui rasa sakit dan penderitaan salib yang dipilih secara bebas ini dia akan ditebus - dan juga orang-orang lain, bersamanya.

 

Murid yang matang secara spirituil itu tahu bahwa salib, rasa sakit, penderitaan dan kesukaran adalah bagian tak terpisahkan dari upaya untuk menjadi murid Kristus. Bukannya membuang beban ini ketika ditimpakan kepadanya, tapi dia menanggungnya dengan sukacita. Semoga kita, seperti Kristus, memikul salib kita dengan kasih karunia-Nya dan dengan demikian menjadi para murid kudus seperti yang Dia inginkan.

 

----------------------------------

 

Silakan membaca artikel lainnya di sini:

 

WHO berencana untuk mempertahankan pandemi selama 10 tahun...

Forum Ekonomi Dunia dan Komunis China berjanji untuk 'memperdalam' kerja sama

Steve Quayle: Great Reset dan Great Tribulation adalah satu dan sama

Dr. Robert Malone, memprediksi munculnya Kebangkitan Besar sebagai tanggapan atas Great Reset

Percayalah: Tindakan Kesiapsiagaan Yang Anda Ambil Saat Ini Akan Menyelamatkan Anda

Uskup Agung Viganò memberi tahu Steve Bannon bahwa respons COVID...

Christina Gallagher – 14 Mei 2022