PELUKLAH SALIBMU DENGAN
SUKACITA
Oleh pastor Paul John Kalchik • ChurchMilitant.com
• July 18, 2022
Salib merupakan sarana pengudusan kita
Dalam salah satu acara TV kesayangannya, Uskup Agung Fulton J. Sheen
menjelaskan bagaimana penderitaan dapat menjadi penebusan bagi kita sebagai
murid Kristus. Mengenai penderitaan manusia, Sheen menekankan bahwa orang tidak
boleh "menyia-nyiakannya," tetapi sebaliknya, justru kita harus
"mempersembahkannya."
akan meringankan penderitaannya
Penderitaan,
akibat dari rasa sakit yang lama, dipandang oleh kebanyakan orang sebagai
sesuatu yang tidak baik, apalagi sesuatu yang harus disambut ketika ia datang mengetuk
pintu Anda. Penderitaan itu dilihat sebagai sesuatu yang harus dihindari,
seperti wabah. Salah satu alasan besar mengapa narkoba, seks, dan alkohol
begitu populer di masyarakat kita saat ini adalah bahwa narkoba, sex, dan
alkohol, memudahkan orang untuk menghindari rasa sakit dan penderitaan dalam
kehidupan sehari-hari mereka.
Saya telah mengenal cukup banyak orang dalam hidup saya,
yang berusaha keras melalui kegiatan sehari-hari mereka hanya untuk pulang dan
membius diri dengan satu atau lain cara. Sejak ganja dilegalkan, saya masih
heran dengan antrean panjang orang yang mengantri secara teratur untuk mencari obat
ini di banyak apotek, hanya untuk mendapatkan ‘kesenangan sesaat’ mereka. Salah
satu apotek di lingkungan saya langsung mengiklankan bahwa obat-obat itu sebagai
sumber "termurah dan terbaik dan tertinggi di wilayah metro." Memang
itu apotek yang tidak berkelas, tapi cukup jelas tentang apa yang mereka jual —
‘cepat menolong’ bagi orang-orang untuk
melarikan diri dari rasa sakit dan kesedihan kehidupan sehari-hari mereka.
Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal
dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Tweet
Menjalani kehidupan sehari-hari Anda dengan mengonsumsi obat penghilang rasa sakit dan mencari minuman lain bukanlah hal baru. Tuhan kita sendiri bertemu dengan orang-orang seperti itu dalam pelayanan aktif-Nya. Alih-alih memvalidasi jenis obat ini untuk melarikan diri dari cobaan dan penderitaan mereka, Dia bersabda; “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.” (Matius 16:24).
Tanggapan Kristus atas Pencobaan dan Penderitaan
Tuhan kita, Yesus Kristus, bukannya memukul punggung orang-orang dan memberi mereka penegasan palsu bahwa mereka tetap baik-baik saja, terlepas dari kesesatan mereka, dan Dia menantang semua yang Dia temui untuk memeluk rasa sakit dan penderitaan yang datang dalam kehidupan di dunia ini. Yesus melakukannya dengan sengaja demi penebusan mereka sendiri dan orang lain!
Venerable Maria of Agreda adalah seorang biarawati dan mistikus abad ke-17 yang
dilaporkan mengalami bilokasi ke Amerika hingga beberapa kali selama hidupnya. Dia diberi pengetahuan yang
luar biasa tentang Tuhan kita dan Bunda Terberkati, termasuk kesan mendalam
tentang sengsara Tuhan kita.
Maria Agreda melihat
dengan pengetahuan Ilahi ini
bahwa ketika Yesus dipersembahkan dengan Salib yang akan Dia gunakan untuk
menebus umat manusia, Tuhan memeluknya dengan penuh perasaan yang sangat lembut,
dan Dia berbicara kepadanya seperti mempelai pria menyapa tunangannya, yang
sangat Dia cintai.
Dalam buku 6, bab
XXI, paragraf 650 dari The Mystical City
of God, Ven. Maria mencatat kata-kata Tuhan kita:
Oh Salib, kekasih
jiwa-Ku, sekarang Aku siap untuk menenangkan kerinduan-Ku. Datanglah kepada-Ku,
agar Aku dapat diterima dalam pelukanmu, dan dengan melekat kepadamu seperti di
atas altar, Aku dapat diterima oleh Bapa yang kekal sebagai pengorbanan dan rekonsiliasi
abadi dengan umat manusia."
Aku akan senang
melihat adegan yang mengharukan ini digambarkan dalam sebuah ikon — Tuhan kita
dengan penuh kasih merangkul Salib-Nya, dan Dia tahu betul bahwa itu akan
berperan penting dalam penebusan umat manusia.
Menolak Cobaan
bisa Menjebak Anda dalam Dosa
Banyaknya
penderitaan yang datang dari rasa sakit fisik atau emosional dalam hidup kita, dapat
menjadi pengubah permainan yang hebat bagi kita sebagai murid Kristus jika
kita, seperti Uskup Agung Fulton Sheen menyarankan, mempersembahkan penderitaan
itu sebagai penebusan dosa kita sendiri atau sebagai silih atas dosa orang
lain. Hari-hari ini Anda jarang mendengar orang Katolik menggunakan nasihat
ini. Apa yang Anda dengar, di sisi lain, adalah orang Katolik, bahkan
kadang-kadang imam, mengatakan hal-hal yang bertentangan dengan apa yang
disebut orang Katolik ‘tempo dulu’ sebagai ‘derita
demi penebusan.’
Mungkin
contoh yang paling mengerikan dari para imam yang memberitakan Injil yang
bertentangan dengan pelukan Kristus akan derita penebusan, adalah si tokoh LGBT
pastor
James Martin serta ‘injilnya’ tentang "Membangun Jembatan antara
Gereja dan LGBT." Martin tidak mendorong kaum homoseksual untuk menahan
diri dari perbuatan sodomi, yang dikutuk sebagai dosa besar dalam Kitab Suci
dan dalam tradisi Gereja kita. Sebaliknya, pastor ini mendukung semua orang
yang terjebak dalam gaya hidup homosex ini. Melalui berbagai buku, tweet, dan
ceramahnya, Martin berbicara seolah-olah Tuhan telah mengubah pikiran-Nya
tentang sodomi, dan bahwa tindakan homoseksual sekarang, entah bagaimana, tidak
lagi berdosa dan itu diberkati oleh Gereja.
Seseorang yang menderita
kecenderungan untuk berbuat dosa secara mendalam, bukanlah hal baru. Banyak dari orang-orang kudus terbesar
kita menjadi orang-orang kudus yang kita kenal dan kasihi, karena mereka berjuang melawan kecenderungan berdosa itu dan dengan kasih karunia Allah mereka
mampu mengalahkan kecenderungann
itu. Dalam memaafkan sodomi, pastor
James Martin (tokoh pendukung
LGBT) mengungkapkan bahwa dia
ingin semua orang yang berjuang dengan ketertarikan kepada sesama jenis untuk terus diperbudak oleh keinginan
mereka, hingga membahayakan keselamatan abadi jiwa mereka.
Setiap
orang yang terjatuh, jika dia jujur pada dirinya sendiri, memiliki
kecenderungan yang tidak teratur kepada hal-hal yang berdosa. Jika Anda
mempelajari biografi orang-orang kudus, Anda melihat pria dan wanita yang
menerima kecenderungan berdosa mereka dan mengesampingkannya untuk membina
hubungan akrab mereka dengan Pencipta mereka.
Santo
Fransiskus dari Assisi harus mengesampingkan cintanya pada hal-hal yang menyenangkan
dalam hidup mereka -- melepaskan diri dari cinta akan makanan, pakaian dan minuman
yang enak -- untuk merangkul kemiskinan evangelis. Dengan merangkul kemiskinan,
orang suci itu memungkinkan dirinya untuk membuat langkah besar dalam kehidupan
spiritualnya dan dengan demikian bergerak lebih dekat kepada Tuhan.
Demikian
pula, St.
Ignatius dari Loyola, sebagai seorang pemuda yang memiliki kegemaran
berjudi dan bermain-main dengan para wanita, harus melepaskan semua ini agar dia
dapat bergerak maju dalam hubungannya dengan Kristus.
Melawan Godaan
Daging
Sebuah
batu sandungan yang paling banyak dihadapi orang yang berusaha menjalani
kehidupan spiritual adalah kesucian. Jika Anda melihat sejarah Gereja kita,
banyak orang kudus pada awalnya berjuang untuk tetap suci dan menjaga godaan
nafsu. Salah satu dari orang-orang ini yang berjuang untuk sementara waktu
dengan kesucian adalah St. Antonius dari Padua.
St. Anthony of Padua
Pastor muda,
Antonius, meskipun memiliki banyak bakat alami dengan khotbahnya dan yang
lain-lainnya, harus bergumul dengan godaan dalam menjaga kaul kesuciannya.
Menurut legenda, dia berjuang dengan godaan-godaan ini sampai suatu malam dia
mendapat penglihatan tentang kanak-kanak Yesus, yang telah dipercayakan oleh
Bunda Terberkati untuk dirawat olehnya.
Empat
puluh tahun yang lalu, ketika saya masih novis muda di novisiat, saya mengalami
komunikasi yang baik dengan pembimbing rohani saya, pastor Joseph Reyes,
tentang masalah saya sehubungan dengan godaan daging. Dan meskipun percakapan
ini terjadi beberapa dekade yang lalu dan pastor Joseph Reyes sudah lama
meninggal, tapi saya masih ingat pastor yang suci ini dan nasihat bijaknya
untuk menghadapi godaan daging secara terus terang. Sebagai seorang imam
Fransiskan tua, pastor Joseph gemar menarik cerita dari Bata Merah tua, Omnibus of Sources dari Fransiskan.
Buku yang bagus ini memuat semua tulisan St. Fransiskus sendiri serta banyak
biografi asli St. Fransiskus dan para Fransiskan awali.
Pastor Joseph
Reyes, sebagai tanggapan atas pertanyaan saya tentang bagaimana menghadapi
godaan daging, mulai membaca tentang bagaimana St. Fransiskus bisa menghadapinya:
"Ya, ada cerita tentang St. Fransiskus, pada suatu malam musim dingin
ketika dia menderita cobaan seperti itu dan mengatasinya dengan cara pergi
keluar dan berguling-guling di salju."
Karena
masih muda dan cerdas, saya menjawab: "Akan menyenangkan untuk memiliki
sedikit salju untuk berguling-guling hari ini, karena musim panas ini terasa
sangat panas." Tapi pastor Joseph Reyes, menanggapi komentar saya dengan
tenang, dan menjawab, "Paul jangan gila; kamu selalu dapat mandi air
dingin untuk menenangkan diri. Itu akan menyelesaikan kedua masalahmu."
Rahmat Tuhan Menghancurkan Rasa Penyesalan
Pastor
yang suci ini, yang juga seorang ahli mengenai biografi St. Antonius,
melanjutkan dengan berbicara tentang santo favoritnya itu. Dia menceritakan
bagaimana St. Antonius muda, tidak lama setelah dia ditahbiskan menjadi imam,
melewati masa di mana dia diselimuti penyesalan karena tidak menikah dan
memiliki keluarga sendiri. Dia memberi tahu saya bahwa selama pencobaan inilah
Maria menampakkan diri kepadanya dan menyerahkan Yesus yang masih balita, untuk
dirawat olehnya. Saat Antonius menggendong kanak-kanak Yesus yang berusia 2
tahun di tangannya, dia segera menyadari bahwa tangannya terasa penuh dengan
banyak beban.
Maria sendiri
mempercayakan perawatan Bayinya itu kepadanya, kata Pastor Joseph Reyes. Siapa
yang bisa merawat anak tambahan setelah dipercayakan dengan perawatan bayi
Yesus? Siapa yang menginginkan atau membutuhkan seorang istri atau anak-anaknya
sendiri ketika dia telah dikaruniai seorang anak yang sempurna? Dan setelah
Maria menghadiahkan kepada imam muda itu dengan perawatan Putranya sendiri, dia
tidak pernah lagi menyesali ditahbiskan menjadi imam atau pun tidak memiliki istri
dan keluarga. "Tidak pernah sekali pun," tegas pastor Joseph Reyes.
Maria sendiri mempercayakan perawatan Bayinya
kepadanya. GabTweet
“Paulus,
jika kamu sungguh-sungguh ingin menjadi biarawan dan menjadi imam,” Pastor Joseph
Reyes mengatakan, "Kamu harus meletakkan semua godaan ini di belakangmu.
Dan kamu bisa dengan kasih karunia Tuhan, bertindak seperti yang dilakukan oleh
St. Fransiskus dan St.Anthonius. Mintalah rahmat Tuhan dan Dia akan
memberikannya kepadamu."
Betapa
aku merindukan lelaki tua ini. Keinginan utamaku adalah menjadi pembimbing
spiritual yang baik bagi mereka yang datang kepadaku untuk meminta bantuan
seperti halnya pria ini.
Anthonius,
setelah pertemuan penting dengan Tuhan kita ini, memiliki semua rahmat yang
dibutuhkan untuk menyingkirkan godaan daging di belakangnya, selama sisa
hidupnya. Anthonius sering digambarkan
dalam ikonografi bersama gambar Kanak-kanak Yesus atau memegang bunga lili
putih, untuk menunjukkan pelukannya yang penuh kasih kepada Kristus serta kemurniannya.
Peluklah Apa Yang
Bisa Membuatmu Kudus
Salib,
pencobaan, dan kesengsaraan yang menghadang kita, dapat menghancurkan kita atau
membantu menjadikan kita kudus. Tanda dari seorang Kristiani yang dewasa adalah
mereka dapat berbicara dengan penuh kasih tentang berbagai salib yang mereka
pikul dalam hidup.
Orang Kristiani
yang dewasa berbicara tentang salib mereka dengan kasih karena salib telah
menjadi alat untuk mengubah mereka menjadi murid yang lebih suci dan lebih
baik.
Santo
Paulus berbicara tentang fenomena ini dalam suratnya kepada Jemaat di Kolose:
“Sekarang
aku bersukacita bahwa aku boleh menderita karena kamu, dan menggenapkan dalam
dagingku apa yang kurang pada penderitaan Kristus, untuk tubuh-Nya, yaitu
jemaat.” (Kolose 1:24).
Santo
Paulus mengakui bahwa salib yang datang kepada kita sebagai murid Kristus, jika
kita memikulnya dengan kasih karunia Allah, dapat menjadi sumber penebusan dosa
kita sendiri serta penebusan dosa orang lain.
Salah
satu topik favorit St. Fransiskus dari Assisi untuk didiskusikan adalah kemiskinan
— sebuah salib yang dia bebankan pada dirinya sendiri, dan sebuah salib yang
dia peluk dengan penuh kasih, karena hal itu membawanya lebih dekat kepada
Kristus.
Sebuah
kutipan dari Sacrum
Commercium, yang sering dikaitkan dengan Santo Fransiskus, berbunyi:
Sementara
mereka bergegas menuju ketinggian dengan langkah-langkah mudah, lihatlah Lady
Poverty (Bunda Kemiskinan / Bunda Maria), berdiri di puncak gunung. Melihat
mereka memanjat dengan kekuatan seperti itu, seolah hampir terbang, dia cukup
heran: "Sudah lama sejak aku melihat dan menyaksikan orang-orang begitu
bebas dari semua beban." Maka Bunda Kemiskinan itu menyambut mereka dengan
berkat yang melimpah: "Katakan kepadaku saudara-saudara, apa alasanmu
datang ke sini, dan mengapa kamu datang begitu cepat dari lembah kesedihan ke
gunung cahaya?"
Santo
Fransiskus, seperti Tuhan kita, merangkul salib kemiskinan dalam hidupnya, dan dia
tidak melakukan ini dengan murung atau lemah, tetapi dia melakukannya dengan
sepenuh hati, karena mengetahui bahwa melalui rasa sakit dan penderitaan salib
yang dipilih secara bebas ini dia akan ditebus - dan juga orang-orang lain,
bersamanya.
Murid
yang matang secara spirituil itu tahu bahwa salib, rasa sakit, penderitaan dan
kesukaran adalah bagian tak terpisahkan dari upaya untuk menjadi murid Kristus.
Bukannya membuang beban ini ketika ditimpakan kepadanya, tapi dia menanggungnya
dengan sukacita. Semoga kita, seperti Kristus, memikul salib kita dengan kasih
karunia-Nya dan dengan demikian menjadi para murid kudus seperti yang Dia inginkan.
----------------------------------
Silakan membaca artikel lainnya di sini:
WHO
berencana untuk mempertahankan pandemi selama 10 tahun...
Forum
Ekonomi Dunia dan Komunis China berjanji untuk 'memperdalam' kerja sama
Steve
Quayle: Great Reset dan Great Tribulation adalah satu dan sama
Dr.
Robert Malone, memprediksi munculnya Kebangkitan Besar sebagai tanggapan atas
Great Reset
Percayalah:
Tindakan Kesiapsiagaan Yang Anda Ambil Saat Ini Akan Menyelamatkan Anda
Uskup
Agung Viganò memberi tahu Steve Bannon bahwa respons COVID...
Christina
Gallagher – 14 Mei 2022