Uskup Agung Viganò:
Baik masyarakat
dan Gereja 'disusupi' oleh orang-orang yang ingin menghancurkannya
Uskup Agung Viganò mencatat bagaimana Uskup Agung Lefebvre 'adalah salah satu dari sedikit, sangat sedikit, uskup yang mencela revolusi dalam konsili (KV II), karena dia memahami sifat subversifnya, yang merupakan sebuah intervensi yang sekarang baru dipahami oleh beberapa orang.
Canale Italia
Mon Apr 11, 2022 - 12:25 pm EDT
(LifeSiteNews) – Editor’s
note: The following is a translation of an interview Archbishop Carlo Maria
Viganò gave to Dr. Armando Manocchia for the Italian TV channel “Canale Italia,” April
2, 2022.
Dr. Armando Manocchia:
Dimulai dengan Konsili Vatikan Kedua (1962-1965), penyusupan Masonik ke dalam
Gereja Katolik menjadi semakin substansial. Progresivisme dan relativisme telah
digunakan sebagai senjata untuk melemahkan kesetiaan pada Tradisi. Apakah Uskup
Agung Marcel Lefebvre, yang di-exkom oleh Yohanes Paulus II pada tahun 1988,
merasakan bahwa gereja Katolik sedang berada di ambang jurang maut?
Uskup Agung Carlo Maria Viganò: Tentu saja. Uskup Agung Lefebvre adalah salah satu dari
sedikit, sangat sedikit, uskup yang mencela revolusi dalam konsili (KV II),
karena dia memahami sifat subversifnya. Dan saya katakan “siapa yang mau”
karena banyak uskup lain juga mengerti bahwa revolusi yang sebenarnya sedang
berlangsung. Beberapa melihatnya sebagai bahaya, yang lain melihatnya sebagai
“musim semi Gereja.” Tetapi di antara mereka yang melihat bahwa itu adalah
bahaya, hampir tidak ada yang tahu bagaimana mencelanya secara terbuka. Hari
ini kita memahami manfaat historis dari Uskup Agung Lefebvre dalam memberontak
melawan garis yang didiktekan oleh politbiro konsili dan telah menyiapkan
tempat bagi kembalinya Gereja kepada doktrin dan Misa Kudus sepanjang masa
(misa Latin).
Dr. Armando Manocchia:
Bisakah Mafia St. Gallen dianggap sebagai semacam Forum Ekonomi Dunia di bidang
gerejawi?
Uskup Agung Viganò: Jika kita mengidentifikasi Forum Ekonomi Dunia sebagai
lobi swasta yang telah menempatkan para pengikutnya di posisi paling penting di
lembaga-lembaga publik nasional dan internasional untuk memaksakan agenda
globalis yang bertentangan dengan keinginan masyarakat luas, tentu pantas untuk
melihat bahwa hal itu paralel dengan Mafia St. Gallen. Dengan cara yang sama,
komplotan-komplotan ini juga menempatkan agen-agennya di dalam Kuria Roma dan
di organ-organ periferal Gereja, sama seperti ia memaksakan agenda konsili yang
bertentangan dengan kehendak umat beriman. Tetapi sebagaimana tidak hanya ada
Forum Ekonomi Dunia di ruang publik, demikian pula tidak hanya ada Mafia St.
Gallen di bidang gerejawi.
Kita sedang menghadapi sebuah kudeta
global yang melibatkan masyarakat sipil dan Gereja. Keduanya disusupi dan
dikendalikan oleh tokoh-tokoh yang menggunakan kekuatan dan otoritas yang
berasal darinya, bukan untuk tujuan lembaga yang mereka pimpin, tetapi untuk
menghancurkan mereka. Krisis otoritas ini harus dikecam, karena tindakan mereka
yang telah mencapai tingkat kepemimpinan tertinggi, baik bangsa maupun Gereja,
adalah tindakan subversif dan kriminal.
Dr. Armando Manocchia: Dalam
bukunya Non è
Francesco (Dia Bukan Francis), Antonio Socci berpendapat bahwa,
dari sudut pandang hukum kanon, pemilihan Francis pada tahta kepausan tidak
berlangsung secara benar dan bahwa Konklaf 2013 adalah tidak sah. Apa pendapat
Anda tentang ini?
Uskup Agung Viganò: Rekonstruksi yang dilakukan Antonio Socci mengikuti
hal-hal yang diabaikan oleh Elisabetta Piqué, yang sangat dekat dengan
Bergoglio, dan Austin Ivereigh: mereka tampak masuk akal, bahkan meski tidak
didukung oleh bukti tegas. Tetapi pada saat yang sama mereka tidak pernah
disangkal oleh Takhta Suci, dan ini berarti bahwa spekulasi tentang pengunduran
diri Benediktus XVI dan manuver Mafia St. Gallen di Konklaf telah berlipat
ganda, menciptakan kecemasan, kebingungan, dan perpecahan di antara umat yang
setia.
Jika kita memikirkan intervensi Vatikan
dalam banyak masalah, sikap diamnya terhadap masalah penting seperti itu memang
sangat membingungkan. Bahkan yang lebih besar adalah kebingungan atas sikap
diam para Kardinal yang berpartisipasi dalam Konklaf itu. Beberapa orang
menghimbau agar rahasia kepausan dibuka, bahkan dalam menghadapi kemungkinan
pelanggaran norma-norma yang ditetapkan oleh Konstitusi Apostolik (Universi
Dominici Gregis), yang akan membuat pemilihan Paus tidak sah, tidak ada
pembenaran atas sikap diam yang berkepanjangan ini.
Saya tahu dari sumber yang dapat
dipercaya, bahwa ketika Kardinal Giovanni Battista Re – yang menjabat sebagai
Wakil Dekan Kolese Kardinal memimpin Konklaf 2013 – ditanyai secara pribadi dan
ditanya paragraf mana dari Konstitusi Apostolik Universi Dominici Gregis yang menjadi dasar untuk berlangsungnya
konklaf tentang pemeriksaan ketiga pada malam pemilihan, dia menolak untuk
menjawab, dan menegaskan dengan keras dan marah bahwa segala sesuatu telah
terjadi secara benar. Maka cepat atau lambat, kebenaran akan muncul dan kerusakan
yang sangat serius yang terjadi pada Gereja harus dikecam dan diperbaiki.
Dr. Armando Manocchia:
Gereja Katolik (secara kelembagaan), yang selama beberapa waktu sekarang telah
berkomitmen pada ekumenisme, dimana hal itu sejalan dengan logika persetujuan
yang diadvokasi oleh oligarki kaum globalis, tampaknya hari ini bertujuan untuk
menciptakan satu agama tunggal dunia, sebuah sinkretisme, yang mencampurkan
doktrin monoteistik dengan kepercayaan-kepercayaan pagan, seperti kultus Andes
dari Pachamama. Apakah ini adalah tindakan pembunuhan atau lebih tepatnya:
tindakan bunuh diri?
Uskup Agung Viganò: Keduanya. Di satu sisi, bagian yang korup dari Hirarki –
yang demi singkatnya saya sebut gereja
dalam (the deep church) – karena tunduk kepada Setan,
membenci Gereja sebagai Tubuh Mistik Kristus, dan berniat untuk membunuhnya,
seperti yang terjadi pada Kepala Gereja (Kristus). Tetapi kita tahu bahwa sama
seperti Kristus telah dibangkitkan, demikian pula Tubuh Mistik-Nya juga akan
dibangkitkan setelah Sengsara-Nya. Jadi ya: mereka yang melayani iblis, yang melakukan
operasi pembunuhan, betapa pun gilanya mereka, tapi mereka pasti akan gagal.
Di sisi lain, bagian
hierarki yang sehat, yang sebagian besar terdiri dari uskup dan klerus yang
bagaimana pun mau menerima premis ideologis dari kemurtadan saat ini, karena
mereka menerima Konsili dan liturgi baru yang menyebarkan kesalahannya kepada
massa. Mereka tidak ingin Gereja menyerah, tetapi mereka menipu diri mereka
sendiri, dengan melawan semua bukti yang ada, dan setelah enam puluh tahun
gagal, dengan berpikir bahwa Konsili hanya disalahartikan, bahwa Misa baru
(Novus Ordo) dirayakan dengan buruk, tetapi kita dapat kembali ke martabat
tertentu dalam liturgi, bahwa ekumenisme itu baik selama itu hanya dengan Ortodoks
(Timur) tetapi tidak dengan para penyembah berhala.
Tetapi jika mereka tidak yakin bahwa
krisis dimulai dengan KV II, jika mereka tidak mengerti bahwa Konsili itulah
yang menyebabkan bencana ini, dan bahwa untuk memperbaikinya kita perlu kembali
kepada iman, moral dan liturgi yang ada sebelumnya. Konsili, tanpa disadari,
mereka adalah bagian dari masalah. Mereka, meskipun dengan niat terbaik,
mewakili bagian dari kaum moderat yang, dalam menghadapi serangan di semua
lini, jika mereka tidak melawan, merupakan hambatan bagi solusi krisis.
Dukungan mereka kepada Konsili dan mentalitas sekular dari gereja dalam (the deep
church) membuat gerakan mereka tentu saja sebagai perbuatan bunuh diri.
Dr Armando Manocchia: Bergoglio telah mengawasi ordo yang paling
tradisionalis: the Franciscans of the Immaculate, the Little Sisters of Mary
Mother of the Redeemer. Apakah dia mungkin alergi terhadap panggilan-panggilan
hidup religius yang otentik ataukah harta kekayaan kongregasi ini menggoda
seseorang?
Uskup Agung Viganò: Pada
saat Gereja menderita pengurangan drastis dalam jumlah persembahan dan
sumbangan yang diberikan oleh umat beriman karena krisis ekonomi yang
disebabkan oleh psikopandemi, penutupan gereja-gereja, dan rasa jijik banyak
umat Katolik atas segala ulah Bergoglio dan para uskup, terbukti bahwa
mengumpulkan sedikit uang dan bisnis real estat adalah cara yang nyaman untuk
menutupi pundi-pundi Vatikan yang sedang mengalami krisis.
Tetapi alasan sebenarnya, yang memotivasi
setiap tindakan Gereja Bergoglian, adalah kebencian yang tak henti-hentinya
terhadap Tradisi, di mana ordo-ordo kontemplatif dan konservatif merupakan
manifestasi yang fasih dari Tradisi. Bayangkan kemarahan kaum modernis ini yang
– pada saat yang sama ketika komunitas paling progresif sedang sekarat dan
ordo-ordo religius menghilang dalam hal krisis panggilan, dan hilangnya banyak
orang yang telah meninggalkan kehidupan religius – kemudian mereka menyaksikan
biara-biara dan institut berkembang kembali di mana ada disiplin, kesetiaan
pada aturan pendirinya, kemiskinan sejati, penebusan dosa, semangat rekoleksi
dan Liturgi Tridentin. Semua ini membuat kegagalan (Bergoglian) mereka menjadi
nyata dan oleh karena itu harus dihilangkan, sehingga mungkin tidak terlihat
bahwa Tradisi memiliki pengikut yang jauh lebih besar (dan akan memiliki lebih
banyak, jika tidak diboikot secara sistematis) daripada pengikut Gereja pasca-konsili,
sebuah agama dengan banyak imamnya yang tidak berjubah, biarawatinya yang tidak
bercadar, para religius yang tidak mau berdoa, dan gereja-gerejanya yang
kosong.
Dalam pikiran Bergoglio, satu-satunya
panggilan yang pantas mendapatkan persetujuan darinya adalah panggilan yang
modernis, inklusif, ditujukan pada pinggiran eksistensial, dan terdiri dari
ketiadaan doktrinal, kekosongan moral, dan slogan-slogan kemanusiaan yang basi.
Segera setelah panggilan bahkan menunjukkan tanda-tanda yang samar-samar atau
memudar, bukannya menjadi Katolik sejati dan digerakkan oleh keinginan untuk
memuliakan Tuhan dan menyelamatkan jiwa-jiwa, tapi justru semua itu diserang dan
dituduh sebagai ekspresi klerikalisme, intoleransi, fundamentalisme, kekakuan
... dengan semua repertoar Bergoglian lebih banyak lagi, atau kata-kata yang
kurang ofensif yang merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk
mengkriminalisasi musuh, sebuah metode yang telah berhasil diuji sejak Konsili.
Dr Armando Manocchia: paus Francis telah memuji multikulturalisme, ekologi, dan
imigrasi, menerima Soros dan Bill Gates di Vatikan, dan memainkan peran sebagai
promotor serum gen eksperimental. Bisakah seseorang berhipotesis bahwa ada
korelasi antara ulahnya ini dan formasinya sebagai seorang Yesuit?
Uskup Agung Viganò: Jika kita membatasi diri kita untuk
"berhipotesis" tentang korelasi ini, kita akan menunjukkan setidaknya
kenaifan dan kecerobohan. Serikat Yesus, yang merupakan salah satu Ordo
terpenting dalam Gereja, telah menjadi sasaran tindakan iblis, yang telah
merusak karismanya dan secara progresif telah menyesatkannya jauh sebelum KV
II, dan saat ini adalah badan penyerang, bisa dikatakan begitu, dengan apa the deep church menghancurkan
apa yang tersisa dari Gereja Katolik untuk menggantikannya dengan LSM tak
berbentuk, yang dapat bertindak sebagai "wadah" dari Agama
Kemanusiaan seperti yang diinginkan oleh Freemason dan Tata Dunia Baru, yang konsisten
dengan landasan ideologis yang ditetapkan oleh KV II.
Seperti setiap Jesuit, Bergoglio
pertama-tama adalah seorang Jesuit dan kemudian seorang Katolik. Untuk alasan
ini masih dilarang bagi para Yesuit untuk naik pangkat Hierarki, itulah
sebabnya orang Argentina itu harus meminta dispensasi kepada Paus untuk
ditahbiskan menjadi Uskup Agung Buenos Aires. Jika dispensasi itu tidak
diberikan dan sebagai gantinya Aturan dari St. Ignatius dihormati, maka kita semua
akan terhindar dari bencana yang telah kita lihat sejak 2013, sejak Bergoglio
menjadi paus. Jelaslah bahwa para Yesuit telah memainkan peran penting tidak
hanya dalam melaksanakan revolusi konsilier, tetapi juga dalam manuver untuk
membawa salah satu dari anggota mereka ke Tahta Petrus.
Dr Armando Manocchia: Pada tahun 2009, sebagai Sekretaris
Kegubernuran, Anda memulihkan anggaran Vatikan dengan cara yang luar biasa.
Faktanya, itu berubah dari defisit 8 juta euro menjadi surplus lebih dari 34
juta euro. Dalam mengejar garis transparansi dan memerangi korupsi ini, Anda
tampaknya menginjak beberapa kaki orang lain. Setelah itu, secara kebetulan,
mereka menunjuk Anda menjadi Dubes Apostolik untuk Amerika Serikat. Apakah itu adalah
sebuah kasus, seperti yang biasa dikatakan oleh orang Latin dengan semboyan:
"Promoveatur ut amoveatur" (Promosikan untuk kemudian menghapusnya)?
Uskup Agung Viganò:
Penunjukan saya sebagai Nuncio Apostolic untuk Amerika Serikat diputuskan oleh
Sekretaris Negara Vatikan, Kardinal Bertone, yang berkuasa saat itu. Saat itu
saya menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Kegubernuran sejak Juli 2009 dan
sebelumnya saya menjabat sebagai Delegasi Perwakilan Kepausan di Sekretariat
Negara. Tugas saya termasuk mempersiapkan dan memeriksa proses untuk promosi ke
keuskupan di Kuria Romawi dan dalam Perwakilan Kepausan.
Dalam peran ini saya menentang penunjukan
pejabat gereja yang tidak layak atau homoseksual, dan saya telah mengusulkan,
antara lain, untuk melepas topi kardinal dari McCarrick. Peran saya ini membuat
saya tidak populer di hadapan para atasan saya dan khususnya dengan Bertone,
yang membujuk saya untuk menerima pemindahan dari Sekretariat Negara ke bagian
Kegubernuran, sebagai Sekretaris Jenderal, dengan janji kemudian mengangkat
saya menjadi Presiden menggantikan Kardinal Giovanni Lajolo saat pensiun. Usaha saya untuk memerangi korupsi dan menyembuhkan
bencana keuangan Kegubernuran ditentang oleh beberapa orang, dan mulai tahun
2010 ada “penganiayaan” (intimidasi di tempat kerja) yang nyata terhadap saya,
dengan publikasi surat-surat yang berisi fitnah dan pencemaran nama baik saya.
Tuduhan-tuduhan skandal, yang berasal dari Istana Suci, memberi Bertone alasan
untuk memecat saya dari kantor itu. Karena itu saya merasa terdorong untuk
memberi tahu Bapa Suci, agar dia tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Paus Benediktus segera memanggil saya, dan
bahkan sebelum saya sempat membicarakan peristiwa itu dengan Bertone, dia
mengusulkan untuk mengangkat saya sebagai Presiden Dewan Kepausan untuk Urusan
Ekonomi Tahta Suci, menggantikan Kardinal Velasio de Paolis. Dan dia melakukannya dengan kata-kata yang tepat ini: "Saya
yakin bahwa ini adalah tugas yang dengannya Anda dapat memberikan pelayanan
terbaik kepada Takhta Suci." Tidak sulit untuk membayangkan
banyaknya tekanan, kesalahan informasi dan fitnah terhadap diri saya yang
diajukan kepada Paus Benediktus, yang mendorongnya untuk berubah pikiran dan
menunjuk saya menjadi Nuncio untuk Amerika Serikat, sebuah penunjukan yang saya
terima dengan semangat ketaatan, tetapi bukan tanpa penderitaan, karena saya
sangat menyadari bahwa kudeta Kuria yang dimaksudkan untuk membatalkan semua
upaya perbaikan dan penyembuhan yang telah saya lakukan di Kegubernuran. Bapa
Suci menulis kepada saya: “Saya mendapati diri saya diteguhkan dalam keyakinan
bahwa posisi pekerjaan Anda saat ini adalah sebagai Nunsiatur di Amerika
Serikat. Di sisi lain, saya yakin bahwa pengetahuan Anda tentang negara besar
ini akan membantu Anda menghadapi tantangan berat dari pekerjaan ini, yang
dalam banyak hal tampaknya menentukan masa depan Gereja universal.”
Penugasan resmi saya di negara yang besar
dan tercinta itu telah berakhir, tetapi tantangan itu – yang oleh Paus
Benediktus hampir secara profetik dirujuk dan di mana dia melibatkan saya –
lebih terbuka dari sebelumnya.
Dr Armando Manocchia: Apakah intervensi Anda yang jelas, berapi-api, dan berani
melawan Tata Dunia Baru membawa konsekuensi, ancaman, dan serangan berbagai
media, yang tidak menyenangkan bagi Anda?
Uskup Agung Viganò: Setelah pengungkapan saya tentang skandal sexual Kardinal
McCarrick saat itu, saya harus menjaga keselamatan saya. Pernyataan saya
tentang lelucon pandemi, yang saya ingat dimulai pada Mei 2020, pada saat itu
membuat saya dihina dan dihukum mati tanpa pengadilan, tuduhan campur tangan
yang tidak semestinya, atau bahwa saya mempromosikan teori konspirasi. Ada juga
yang mengatakan bahwa bukan saya yang menulis pernyataan saya; itu bahkan
menyindir bahwa saya menderita psikosis dan "delirium interpretasi,"
atau bahkan kerasukan setan. Belum lagi tuduhan-tuduhan menyusul pernyataan
saya tentang krisis Rusia-Ukraina, beberapa hari yang lalu…
Saya kagum bahwa serangan yang sering
berlebihan ini juga sebagian datang dari kalangan konservatisme Katolik dan apa
yang disebut hak politik. Dalam banyak kasus, mereka yang saya anggap sebagai
sekutu – pertama-tama menentang lelucon pandemi dan kemudian provokasi perang –
telah menunjukkan bahwa mereka justru berpihak pada musuh, sampai pada titik
mengakui keefektifan dan keabsahan moral dari apa yang disebut vaksin. atau
menghadirkan Zelenskyy sebagai korban tak bersalah dari tujuan ekspansionis
Putin. Kenyataannya sangat berbeda, dan menyangkalnya atau menyembunyikannya
untuk mendukung tesisnya sendiri atau untuk mematuhi tuannya tidak akan ada
gunanya selain membuat penghukuman orang yang bersalah dan kaki tangannya
menjadi lebih adil dan termotivasi.
Bagaimanapun, saya berterima kasih kepada
Tuhan dan Bunda Maria bahwa saya dalam keadaan sehat, dan atas perlindungan
yang telah mereka berikan kepada saya sejauh ini.
Dr. Manocchia Manocchia: Pemerintah (Italia) Draghi telah
memanfaatkan masalah Ukraina untuk memperpanjang keadaan darurat hingga 31
Desember 2022. Apa prediksi Anda tentang masa depan politik, ekonomi, dan
sosial Italia?
Uskup Agung Viganò: Saya
tidak tahu apakah darurat Perlindungan Sipil dapat dianggap sebagai
perpanjangan dari darurat pandemi, yang terlebih lagi telah dinyatakan tidak
sah dan inkonstitusional oleh hukuman baru-baru ini dari pengadilan di Pisa.
Yang sangat jelas, jika ada keraguan, adalah bahwa Draghi menanggapi kekuatan
supranasional seperti banyak eksponen lain dari pemerintahannya dan lembaga
tertinggi Italia, dengan dukungan hampir semua anggota Parlemen. Sebagai
anggota lobi-lobi ini, dia ditugaskan untuk menerapkan agenda kaum globalis,
meskipun hal itu bertentangan dengan kepentingan nasional dan kepentingan warga
negara Italia. Memang, agendanya justru terdiri dari penghancuran tatanan
sosial, ekonomi, agama dan budaya Italia, untuk mengimplementasikan Great
Reset, yang pencipta dan promotornya Klaus Schwab baru-baru ini bertemu dengan
Draghi.
Saya tidak berani membuat prediksi, karena
situasinya sangat tidak pasti dan penuh dengan hal-hal yang tidak diketahui.
Dalam rencana Tata Dunia Baru, Italia harus menyerah, diserbu oleh jutaan
imigran, kehilangan identitas Katoliknya, menghapus tradisinya, dan dijual ke
perusahaan multinasional asing. Mereka ingin kita menjadi budak dengan sebuah pendapatan
rata-rata universal setelah mengambil alih segalanya, dengan layanan dan barang
publik yang diprivatisasi, dimana warga negara diizinkan hanya untuk bepergian
dengan cara yang mereka putuskan diizinkan, dikendalikan dalam setiap tindakan
kita, dan dipantau oleh izin hijau abadi,
yang akan mereka namakan sebagai ID digital atau eufemisme menggoda
lainnya. Inilah yang ingin mereka lakukan.
Tetapi mereka tidak memperhitungkan bahwa
mereka akan harus tunduk pada Pecundang abadi, dan bahwa pemeliharaan Ilahi
dapat memutuskan untuk menyelamatkan tanah air kita dari kehancuran, jika saja
orang-orang Italia bisa memahami bahwa kejahatan saat ini adalah konsekuensi
dari dosa-dosa kita, dari dari dosa publik. dosa bangsa, semua bangsa; ini
adalah sebuah hukuman karena kita dan umat manusia pada umumnya, telah
menyangkal iman kita, jiwa Italia kita, karena telah merebut dari Kristus
Mahkota-Nya sebagai Raja universal, dan karena itu juga Raja sejati bangsa
kita.
Tuhan akan menolong kita dengan Kasih Karunia-Nya,
tetapi Dia meminta kita untuk melakukan bagian dan tugas kita. Jika kita
berperang dengan Kristus, dengan Kristus pula kita akan merayakan kemenangan.
Jika kita terus tidak berpihak, atau lebih buruk lagi, kita berpihak pada
Setan, maka bersama Setan pula kita akan jatuh ke dalam jurang.
Dr Manocchia Manocchia:
Apakah Anda bersedia untuk menemukan semacam Aliansi Suci baru di antara semua
kekuatan Eropa pembangkang, untuk bergabung bersama dalam menentang
totalitarianisme tekno-kesehatan jahat yang menindas kita?
Uskup Agung Viganò: Baru-baru ini saya memprakarsai seruan untuk pembentukan
Aliansi Anti-Globalis, yang dapat mengoordinasikan oposisi kekuatan baik dari
berbagai negara melawan kudeta elit global ini. Tetapi Aliansi ini harus
merupakan prakarsa kaum awam, sebagaimana orang awam harus memberikan, baik
sebagai umat kristiani maupun sebagai warga negara, kesaksian publik tentang
Iman mereka dan terlibat dalam politik. Janganlah kita lupa bahwa ketika Tuhan
menasihati kita “Berikanlah kepada Kaisar apa yang menjadi milik Kaisar, dan
kepada Allah apa yang menjadi milik Allah” (Mat 22:21), Dia menasihati kita
tidak hanya untuk membayar pajak, tetapi juga untuk memenuhi kewajiban kita
terhadap tanah air kita, terutama ketika terancam oleh mereka yang memiliki
tujuan akhir penghancuran masyarakat Kristiani tradisional melalui kebencian
yang tak terpadamkan terhadap Yesus Kristus.
Tapi sementara musuh menjelaskan kepada kita secara rinci apa
yang ingin mereka lakukan untuk "mengatur ulang (great reset)" dunia,
dimulai dengan penipisan populasi dunia melalui kontrasepsi, aborsi dan
homoseksualitas, epidemi dan vaksin, di sisi lain "orang-orang baik" tampak terintimidasi oleh “kemajuan” dan merasa
malu untuk menentang proyek kriminal ini dengan proposal sosial dan politik
tanpa kompromi.
Sementara para
konspirator global melatih para pemimpin masa depan mereka di Forum Davos dan
menempatkan mereka di puncak kekuasaan berbagai negara dan lembaga
internasional (silakan melihat di
sini atau di
sini) –
memang, hampir semua yang berkuasa saat ini, dari Macron hingga Trudeau, dari
Merkel hingga Zelensky – apa yang dilakukan oleh mereka itu dalam hal kedaulatan
negara, perlindungan kehidupan manusia dan keluarga tradisional, dan pertahanan
agama dan moral?
Mereka tidak berbuat apa-apa. Tidak ada pelatihan, tidak ada
investasi di kelas penguasa masa depan, tidak ada formasi akademis para
pemimpin Katolik menurut prinsip-prinsip yang tidak dapat dinegosiasikan.
Memang, jika diamati lebih dekat, pengkhianatan para klerus di bidang ini telah
terungkap, karena di samping ulah dari the deep state di bidang sipil yang memang hampir mampu menciptakan
basis ideologis dan sosialnya, the deep church juga telah menjual dirinya kepada tuntutan kaum
Kiri. Para klerus itu lebih menyukai dialog ekumenis daripada khotbah dan
pertobatan jiwa; mereka menerima prinsip-prinsip revolusioner dari Deklarasi
Universal Hak Asasi Manusia, dan mereka itu adalah yang pertama-tama merebut
Mahkota Kerajaan Kristus dari-Nya, dan mereka menjadi rasul sekularitas Negara.
Hari ini, dengan Bergoglio ini,
pengkhianatan telah disempurnakan di dalam kemurtadan, dengan dukungan kepada ideologi
kaum globalis, masalah pengungsi, neo-Malthusianisme, Tata Dunia Baru, dan
Agama Kemanusiaan. The
deep church bahkan telah terlibat dalam penipuan pandemi dan
vaksinasi massal, meskipun ada garis turunan sel hasil aborsi dalam serum dan
melemahnya sistem kekebalan yang tidak dapat diubah yang disebabkannya; hari
ini ia (gereja Bergoglio) secara munafik berdiri di samping sistem, mendukung ‘boneka
Schwab’ Zelensky di Ukraina melawan Presiden Putin, yang merupakan satu-satunya
kepala negara yang menentang globalisasi dan prinsip-prinsip kriminal yang
mengilhaminya.
Bagi Italia, menurut saya, perlu dua hal
untuk bisa keluar dari krisis ini:
Yang pertama, dan yang paling penting,
adalah pembentukan kelas penguasa dan pemimpin politik sejati yang mau berkomitmen
pada pemerintahan yang baik, menerapkan ajaran Injil di ranah sosial. Ini jelas
mengandaikan bahwa ada umat Katolik yang mau kembali pada keutuhan iman dan
moral, tanpa kompromi dan dengan tekad yang kuat untuk bersaksi dengan berani.
Yang kedua adalah
pembentukan koalisi yang menyatukan partai-partai dan gerakan-gerakan yang memiliki
program Aliansi Anti-Globalis, juga menemukan kembali panggilan berdaulat,
federalis, dan liberal moderat yang telah ditolak oleh partai-partai
kanan-tengah dalam beberapa tahun terakhir. Singkatnya, menggabungkan
pengalaman sebelumnya (mencatat kesalahan agar tidak terulang) dengan
gerakan-gerakan baru yang sedang lahir. Saya pikir ide ini juga dapat
direplikasi di negara lain, yang dengan demikian akan mampu menghadirkan front
bersama melawan Leviathan globalis.
--------------------------
Silakan membaca artikel lainnya di sini:
Apakah
hukuman telah dijatuhkan di Vatikan?
Phil
Lawler: Semakin sulit untuk berpikir bahwa paus Francis...
Anne
- Lokusi Pertama Tentang Kesengsaraan Yesus, Feb 19, 2018
Anne
- Lokusi Kedua Tentang Kesengsaraan Yesus, Feb 20, 2018
Anne
- Lokusi Ketiga Tentang Kesengsaraan Yesus, Feb 21, 2018
Dr.
Rima Laibow: Elit global sedang memusnahkan 90 persen populasi dunia