”Anda Telah Berkali-kali Membohongi
Seluruh Dunia dengan Melawan Tradisi Kristiani”
July 3, 2022 from Rorate Caeli by Peter Kwasniewski
Abbé Janvier Gbénou
(nama samaran: Pastor Jesusmary Missigbètò), yang sering menjadi berita karena
kritiknya yang blak-blakan terhadap paus Francis (lihat, misalnya, di
sini, di
sini, dan di
sini) yang membuatnya dipecat dari Opus Dei, telah menulis tanggapan publik
terhadap dekret terakhir yang, menurut catatannya, melarang dia untuk
berkhotbah, melayani pengakuan dosa, atau merayakan Misa, baik di depan umum
maupun secara pribadi. Pada 1 Juli 2022, dia memposting dalam beberapa bahasa,
dalam PDF dan di Facebook, jawaban resminya kepada paus Francis dan kepada
Kongregasi untuk Para Uskup. Karena ini adalah dokumen dengan kejelasan,
relevansi, dan urgensi yang luar biasa, maka kami memposting ulang di sini di Rorate-Caeli
Abidjan – July 1, 2022
To the Reigning Pontiff
Pope Francis
Bapa Suci yang
terkasih,
Saya baru saja
menerima Dekrit Kongregasi Para Uskup, yang ditandatangani oleh Anda dan
Kardinal Marc Ouellet, di mana Anda mengesahkan sanksi yang dijatuhkan kepada
saya oleh Kepala Opus Dei karena, menurut Dekrit tersebut, saya kurang
“menghormati dan mematuhi Paus” (Hukum Kanonik 273). Singkatnya, saya dilarang
berkhotbah, memberikan pengakuan dosa, dan merayakan Misa di tempat umum maupun
pribadi.
Saya mencatat
keputusan Anda, yang tidak saya setujui, karena itu adalah sungguh tidak adil.
Selain itu, saya tidak dapat, dalam hati nurani, menghentikan kritik terbuka saya
terhadap paus Francis karena, sejak 2016, Anda sendiri secara serius tidak
memiliki “rasa hormat dan ketaatan kepada Tuhan dan umat Tuhan”.
Memang, sebelum
menjadi paus dan uskup, Anda adalah seorang imam dan, menurut Kitab Hukum
Kanonik, “dalam menjalani hidup mereka, para klerus terikat secara khusus untuk
mengejar kesucian karena, setelah dikonsekrasikan (ditahbiskan) kepada Allah
dengan gelar baru dengan melalui penerimaan perintah-perintah, mereka adalah
penyalur misteri-misteri Allah demi pelayanan
kepada umat-Nya” (276). Selanjutnya, sebagai uskup dan paus, Anda seharusnya memperhatikan
kanon berikut: “...seorang yang murtad dari iman, bidaah, atau skismatis, akan
mendatangkan ekskomunikasi latae sententiae” (1364); “seseorang yang dalam perbuatan
atau pidato di depan publik, atau dalam tulisan yang diterbitkan, atau dalam
penggunaan lain dari instrumen komunikasi sosial mengucapkan penghujatan,
melukai nilai-nilai moral yang baik, mengungkapkan penghinaan, atau
membangkitkan kebencian atau penghinaan terhadap agama atau Gereja, harus
dihukum dengan hukuman yang adil” (1369).
Bapa Suci, izinkan
saya memberi tahu Anda bahwa Anda telah gagal dalam tugas kesucian imamat,
episkopal dan kepausan yang kudus; dan bahwa Anda telah menyebarkan ajaran
sesat dan sangat melukai nilai-nillai moral yang baik. Dan dalam kasus Anda,
lebih dari seorang imam atau uskup biasa, ini bahkan sangat serius, karena
teladan baik seorang paus dapat melakukan banyak hal baik, sementara teladan
buruknya dapat sangat merugikan.
Harap diingat Sabda berikut
dari Yesus Kristus, Tuhan dan Guru kita, Hakim Sejati bagi semua orang dan
bahkan Hakim dari paus Francis: “Setiap orang yang kepadanya banyak
diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak
dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut." (Lukas 12:48); "Tetapi
barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya
kepada-Ku, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya
lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut. Celakalah dunia dengan segala penyesatannya:
memang penyesatan harus ada, tetapi celakalah orang yang melakukannya.” (Matius
18:6-7). Dan Anda telah membuat banyak sekali skandal di seluruh dunia hingga berkali-kali
dengan bertindak melawan Tradisi Kristen. Sekarang saya akan memberikan
buktinya…
1. Apakah secara
moral dibenarkan bagi seorang Kristiani, seorang imam atau seorang uskup untuk
berinisiatif meminta undang-undang yang mengijinkan koeksistensi homoseksual? Tuhan dan Gereja Katolik selalu berkata 'tidak'.
Paus St. Yohanes Paulus II dan Paus Emeritus Benediktus XVI telah
mengingatkan kita bahwa setiap orang Kristen memiliki “kewajiban untuk bersaksi
tentang kebenaran” dan untuk menunjukkan “penentangan pribadi yang mutlak
terhadap hukum atau undang-undang semacam itu”, jika tidak, orang tersebut melakukan
tindakan “amoral yang parah” (Dokumen Kongregasi Ajaran Iman; 3 Juni 2003). Sayangnya, Anda telah menjawab 'ya' untuk
kasus seperti ini. Pada 21 Oktober 2020 dan 15 September 2021, Anda
secara terbuka menyerukan adopsi undang-undang koeksistensi sipil homoseksual
(lih. surat terbuka pertama saya): “Apa yang harus kita lakukan adalah
undang-undang koeksistensi sipil; mereka memiliki hak untuk dilindungi secara
hukum.
Saya membela ini.”
Izinkan saya menunjukkan kepada Anda, Bapa Suci, di mana letak kesalahan Anda: Anda telah mengacaukan antara "hukum
koeksistensi" dengan "hukum perlindungan". Hukum koeksistensi
terkait dengan ideologi LGBTQ, sedangkan hukum perlindungan terkait dengan
diskriminasi manusia. Ada undang-undang perlindungan untuk anak-anak,
wanita hamil, penyandang cacat, migran, tahanan, dll. Semua orang ini berhak atas
pertimbangan dan perlakuan yang manusiawi, tetapi mereka tidak memerlukan
undang-undang koeksistensi homoseksual khusus.
2. Apakah secara moral dibenarkan untuk
memberikan Sakramen Ekaristi kepada politisi pro-aborsi yang mendukung aborsi?
Tuhan dan Gereja Katolik selalu menjawab 'tidak' (lih. Kitab Hukum Kanonik
915-916). Sayangnya, Anda telah menjawab 'ya'. Pada 15 September 2021, Anda
secara terbuka setuju, dengan dukungan luar biasa dari Kardinal Ladaria, Peter
Turkson, Wilton Gregory, Uskup Agung Paglia dan Michael Jackels, dll. (lih.
surat terbuka ke-4 saya). Pada tanggal 29 Juni 2022, tentu saja secara sadar
dan terencana, Anda mengizinkan Nancy Pelosi, yang dikenal publik karena
dukungannya terhadap aborsi, untuk menerima Ekaristi Kudus di Vatikan, selama
Misa yang Anda rayakan, dan mengetahui sepenuhnya bahwa ini dilarang di depan
umum untuk dia oleh uskup di tempat tinggalnya. Jadi, Anda memimpin Gereja
Katolik untuk tidak menghormati hukumnya sendiri yang diberikan dalam Kitab
Hukum Kanonik dan Anda telah tidak menghormati Tuhan dan Umat Katolik.
3. Apakah secara
moral dibenarkan untuk melakukan histerektomi (pengangkatan rahim) dengan
persetujuan ahli medis tetapi tanpa ada keadaan darurat medis untuk kesehatan si
ibu? Tuhan dan Gereja Katolik selalu berkata 'tidak' untuk kasus seperti ini. Paus
St. Yohanes Paulus II dan Paus Emeritus Benediktus XVI telah menjelaskan bahwa
jika sekelompok ahli medis mengkonfirmasi kepada seorang wanita bahwa
kehamilannya di masa depan tidak akan menimbulkan ancaman bagi kesehatan atau
hidupnya, dia tidak dapat mengangkat rahimnya dengan alasan bahwa kehamilannya
di masa depan tidak akan pernah sampai berusia layak untuk dilahirkan (lih.
Dokumen Kongregasi untuk Ajaran Iman; 31 Juli 1993). Sayangnya, Anda dan
Kongregasi Ajaran Iman telah menjawab 'ya'. Pada 10 Desember 2018, bersama
dengan Kardinal Luis Francisco Ladaria Ferrer, S.J., (Prefek) dan Uskup Agung
Giacomo Morandi (Sekretaris), Anda membuka pintu untuk tindakan sterilisasi
langsung, tindakan anti-natalis pertama dari Gereja Katolik dan kesalahan pertama
bagi Kongregasi Ajaran Iman (lih. surat terbuka saya yang ke-3).
4. Apakah secara
moral dibenarkan untuk mengatakan bahwa “komitmen untuk hidup dalam keadaan kontinensia
dapat diajukan” kepada orang Kristen dan merupakan “sebuah pilihan”? Tuhan dan
Gereja Katolik selalu menjawab 'tidak'. Semua umat Katolik dengan pendidikan Kristen
ortodoks minimal sekali pun (dan bahkan non-Kristen yang berusaha untuk
menjalankan hukum moral kodrat) tahu bahwa kesucian tidak pernah menjadi sebuah
pilihan, tetapi itu adalah kewajiban moral yang serius bagi setiap manusia
(bdk. Katekismus Gereja Katolik 2331- 2400). Sayangnya, Anda telah menjawab
'ya'. Pada tanggal 5 September 2016, Anda dan para uskup dari Wilayah Pastoral
Buenos Aires menyatakan bahwa “komitmen untuk hidup dalam kontinensia dapat
diusulkan. Amoris laetitia tidak mengabaikan kesulitan dari opsi ini… opsi
tersebut mungkin sebenarnya tidak layak” Selanjutnya, pada tanggal 5 Juni 2017,
Anda memerintahkan agar ketiga kalimat ini diterbitkan sebagai “Magisterium
authenticum” (Acta Apostolicae Sedis 108). Dalam 2.000 tahun sejarah Katolik,
ini adalah kesalahan doktrin-moral kepausan pertama yang dicatat dalam Arsip
Vatikan (lih. surat terbuka saya yang ke-2), dengan dukungan yang menakjubkan
dari beberapa kardinal, uskup dan imam: Parolin, Kasper, Schönborn,
Coccopalmerio, Vallini, Cupich, Grech, Paglia, Forte, Scicluna, Fenoy, McElroy,
Spadaro, Bordeyne, dll.
Sanksi terhadap diri saya
pagi ini memperjelas bahwa Anda, dan (Monsignor) Fernando Ocáriz, dan Kardinal
Marc Ouellet, masih memiliki kapasitas untuk penilaian moral. Tapi mengapa,
kemudian, Anda melakukan kesalahan, dengan cara bersikap diam, di hadapan para
kardinal yang sangat tidak memiliki "rasa hormat dan ketaatan kepada Tuhan
dan umat Tuhan"? Kardinal Hollerich, S.J. (yang secara terbuka mengatakan
bahwa “ajaran Gereja bahwa homoseksualitas adalah dosa, adalah salah”),
Kardinal Marx (yang telah mengatakan secara terbuka bahwa “homoseksualitas
bukanlah dosa”), Kardinal Matteo Maria Zuppi (yang mengizinkan Pastor Gabriele
Davalli untuk memberkati sebuah pasangan homoseksual dalam Misa pada 11 Juni
2022), Kardinal Blase Cupich (yang menyuruh Pastor Joe Roccasalva mengizinkan
pasangan homoseksual untuk memberikan homili pada Misa pada 19 Juni 2022, Hari
Ayah), dll.
Apa sanksi bagi para
kardinal yang tidak setia terhadap ajaran tradisional Gereja Katolik ini? Tidak
ada. Sebaliknya, posisi tanggung jawab dan pujian publik dari paus Francis mengalir
deras, sementara para imam yang setia pada Tradisi Kristen dikenai sanksi. Bapa
Suci, apakah makna dari rasa keadilan yang benar-benar tidak adil dari paus
Francis dan Vatikan ini? Apakah Anda yakin bahwa Tuhan dapat menerima
ketidakadilan seperti itu? Mengapa hari ini angin kediktatoran di Gereja
Katolik melawan mereka yang lebih memilih untuk mematuhi hukum ilahi yang
mutlak daripada mengikuti ketidaktaatan Anda yang mencolok terhadap hukum ilahi
yang kekal ini? Dengan semuanya ini, apakah Anda benar-benar berpikir Anda
pantas mendapatkan rasa hormat dari orang-orang Kristen, ketika Anda memimpin
mereka untuk menghina Tuhan dan menghina hukum-Nya yang kekal?
Akhirnya, hukuman yang
saya terima dalam Dekrit pagi ini sangatlah tidak adil karena tidak
memperhitungkan Sabda Yesus Kristus berikut ini (yang, saya katakan dengan
hormat, akan baik bagi Anda dan (Monsignor) Ocáriz dan Kardinal Ouellet untuk
merenungkannya. dengan tenang): “Mengapakah engkau melihat selumbar di mata
saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? Bagaimanakah
engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu
dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu. Hai orang munafik, keluarkanlah
dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk
mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu." (Matius 7:3-5)” Apa
kesalahan saya (sebagai ‘serpihan’) dibandingkan dengan kesalahan paus Francis (sebagai
‘balok kayu’)? Saya berharap para intelektual Katolik memiliki keberanian untuk
membela kebenaran ini, demi kasih kepada Yesus dan Gereja-Nya.
Apa kejahatan
terbesar dari pastor Afrika yang sekarang dikenai sanksi ini? Karena saya memiliki
keberanian untuk menentang Anda di depan umum, menentang paus Francis dan
Kongregasi untuk Ajaran Iman. Namun, bukankah Yesus (usia 30 tahun) melakukan
hal yang sama terhadap para pemimpin agama pada masa-Nya (yang berusia 60, 70,
80 tahun)? karena memang Dialah yang benar! Sayangnya, mereka menyerahkan Dia
untuk disalibkan. Namun, dari pengorbanan inilah Tuhan memperoleh kemenangan-Nya:
terang Kebenaran menyinari kegelapan kesalahan dan kebohongan. Bapa Suci yang terkasih,
saya berlindung di Lambung Yesus yang terbuka di atas Salib dan di tengah
linangan air mata Perawan Maria di kaki Salib.
Putramu
di dalam Yesus, Maria dan Yosef,
Abbe
Janvier Gbénou
(nama samaran:
Pastor Jesusmary Missigbètò)
From Rorate-Caeli
-----------------------------------
Silakan membaca artikel lainnya di sini:
Anne
- Lokusi Ketiga Tentang Kesengsaraan Yesus, Feb 21, 2018
Dr.
Rima Laibow: Elit global sedang memusnahkan 90 persen populasi dunia
Uskup
Agung Viganò: Baik masyarakat dan Gereja 'disusupi'...
Anne
- Lokusi Keempat Tentang Kesengsaraan Yesus, Feb 22, 2018
Anne
- Lokusi Kelima Tentang Kesengsaraan Yesus, Feb 23, 2018
Anne
– Lokusi Keenam Tentang
Kesengsaraan Yesus, Feb 26,
2018
Perjanjian
Pandemi WHO: Apa Itu? Mengapa Penting dan Bagaimana Menghentikannya?