Seorang Ahli Hukum
Canon Memprediksi Akan Adanya Imam-Imam Yang Menikah Di Barat Setelah Sinode
Amazon (Oktober 2019)
BLOGSCATHOLIC CHURCH, FAITH, MARRIAGE Thu May 30, 2019 - 9:47 pm EST
By MAIKE
HICKSON
30
Mei 2019 (LifeSiteNews) -
Thomas Schüller, seorang ahli hukum canon dari Jerman dan profesor di sebuah universitas,
juga seorang liberal dan modernis, memprediksi bahwa Sinode Amazon yang akan
datang akan menuntut adanya imam-imam yang menikah untuk wilayah Amazon, dan setelah
itu para uskup Jerman juga "pasti" akan menuntut hal yang sama.
“Sinode
Amazon ini akan mendorong konferensi para uskup dan wilayah Gereja Universal -
yang juga dipengaruhi oleh kurangnya tenaga imam-imam - untuk mengajukan usulan
serupa sementara pada saat yang sama mereka juga menghormati keputusan untuk
hidup selibat yang dipilih secara bebas.” Dan
Vatikan akan “pasti mempertimbangkan permintaan seperti itu dengan sikap baik
hati,” jelasnya.
Profesor
Jerman itu juga memprediksi akan adanya para imam yang sudah menikah di Jerman.
Berbicara dengan surat kabar online keuskupan Kirche und Leben, profesor dari Münster itu berpendapat bahwa
mayoritas uskup Jerman telah menunjukkan minat mereka dalam memperkenalkan para
imam yang menikah di Jerman.
Schüller
mengharapkan bahwa Sinode Amazon musim gugur mendatang ini, akan membuat
keputusan yang mendukung para imam yang sudah menikah untuk negara-negara Barat
(Leute-Priester - “imam rakyat”)
dalam menghadapi kurangnya tenaga imam di Amerika Latin pada umumnya. Dia
mengatakan, "Sebagai jawaban atas kurangnya imam di Amerika Latin, akan
ada Imam Rakyat." Para imam baru ini akan menjadi "pria yang sudah
menikah, dengan pengalaman pernikahan dan kehidupan keluarga, yang akan
memenuhi tugas imamat mereka pada akhir pekan."
Model
baru dari pastor yang menikah ini tampaknya berasumsi bahwa pastor memiliki
profesi sipil (bukan sebagai imam) selama Senin-Sabtu, dan dengan demikian dia
akan bisa menopang kebutuhan keluarganya.
Ketika
ditanya apakah para imam yang menikah ini - viri
probati - akan benar-benar ada, Schüller menjawab dengan kata-kata: "pasti!" Usulan pada sinode
Amazon ini kemudian akan mendorong para uskup Jerman untuk meminta hal yang
sama di Jerman.
“Mayoritas
luar biasa dari para uskup Jerman,” kata Schüller,
“telah memposisikan diri mereka untuk mendukung hal itu (imam menikah). Mengapa
mereka tidak mengirim permintaan seperti itu ke Vatikan?"
Dalam
hal apa pun, profesor Jerman ini berpendapat bahwa konferensi uskup regional
harus dapat berjalan sesuai keinginan mereka. Dia mempresentasikan ide-idenya
pada konferensi 24-25 Mei di Münster, di hadapan Uskup
Franz-Josef Overbeck, yang baru-baru ini mengumumkan bahwa setelah Sinode Amazon, “Gereja tidak akan lagi sama
seperti sebelumnya.” Profesor Thomas Sternberg, kepala German Committee of German Catholics (ZdK), seorang pendukung kuat reformasi Gereja liberal, juga ikut hadir.
Profesor
Hermann Josef Pottmeyer juga berada di antara pembicara pada konferensi itu.
Dia adalah penentang sentralisme kepausan dan pendukung "eklesiologi
prekonsiliar" dan menyatakan pada tahun 2010 sehubungan dengan peran paus: "Dengan
kata lain, uskup Roma semestinya tidak membuat keputusan dan tidak ada
keputusan yang mempengaruhi gereja universal tanpa lebih dahulu mengundang
partisipasi gereja-gereja lokal dan para uskup mereka. Selanjutnya,
gereja-gereja lokal dan asosiasi regional atau konferensi para uskup, mereka
harus menentukan peraturan apa pun yang tidak mengancam kesatuan seluruh
Gereja.” (Desentralisasi Gereja).
Pottmeyer
juga menjadi salah satu pembicara pada seminar yang didedikasikan bagi tema “Pembaharuan
dan Reformasi Gereja dan di dalam Gereja,” yang diorganisasi oleh Pastor
Antonio Spadaro, S.J., seorang kepercayaan paus. Seminar itu telah berlangsung
sebelum Sinode Keluarga kedua pada tahun 2015 dan menimbulkan banyak kecurigaan
karena banyaknya kerahasiaan yang disimpannya.
Profesor
Schüller menyatakan dalam wawancaranya sehubungan dengan konferensi mengenai
peran konferensi para uskup nasional bahwa “penting untuk menjaga persatuan
dalam hal-hal yang penting, tetapi pada saat yang sama memungkinkan adanya
pluralitas asalkan tetap Katolik.”
Sebagai
contoh, ia menyebutkan pemberian ijin untuk menerima Komuni Kudus bagi pasangan
yang beragama Protestan pada pasangan campur Protestan-Katolik. Pertanyaan ini
lebih penting di Jerman daripada di Italia, di mana hanya sedikit saja orang Protestan
disana. “Mengapa, dalam kasus-kasus seperti itu, seharusnya konferensi uskup nasional
tidak berjalan sendiri?”
Seorang
teolog lain, profesor dari Austria, Paul Zulehner, sebelumnya berpendapat soal pendekatan
semacam ini. Dia adalah pendukung para imam yang menikah dan bahkan mengklaim,
dalam sebuah wawancara pada bulan Januari 2018, bahwa akan ada “imam yang sudah
menikah pertama kali” dan kemudian ada juga “imam perempuan.” Dalam wawancara tahun 2018 ini, dia menekankan bahwa di Roma terjadi
sebuah pergantian sikap dan bahwa Roma sekarang ingin belajar dari konferensi
para uskup lokal.
Berbicara tentang perubahan
sikap di Vatikan di bawah Paus Francis, Zulehner menjelaskan bahwa “sekarang
konferensi para uskup lokal diminta untuk memutuskan tentang hal-hal yang
penting bagi kita dan kemudian untuk memberi tahu Vatikan dan kemudian Paus
dapat mengatakan: Lakukan seperti itu!"
No comments:
Post a Comment