USKUP AGUNG VIGANÒ MENYAMPAIKAN KEPADA WASHINGTON POST:
“PAUS FRANCIS SENGAJA MENYEMBUNYIKAN BUKTI KASUS MCCARRICK”
Uskup Agung Carlo
Maria Viganò kembali menjadi berita hari ini setelah merilis wawancara baru sebanyak 8,000 kata dengan Washington
Post. Menurut postingan tersebut, wawancara itu dilakukan melalui email selama
dua bulan, dengan mantan nuncio kepausan untuk Amerika Serikat dengan memberikan
jawaban atas sekitar 40 pertanyaan.
Mereka yang telah
membaca kesaksian Viganò sebelumnya, akan menemukan banyak berita yang akrab
dalam wawancara ini, tetapi yang ini dilakukan secara lebih mendalam. Uskup
Agung Viganò menolak untuk menjawab pertanyaan tentang status pribadinya
sendiri, yang, katanya, ia anggap "tidak relevan dengan masalah serius
yang dihadapi Gereja."
Dia mulai dengan penilaian atas KTT tentang pelecehan seks di Roma pada
Februari 2019, yang menyuarakan keprihatinannya yang dia bagikan
dengan National Catholic Register
sebelum KTT dibuka.
"Sayangnya,"
kata Viganò kepada Washington Post tentang KTT itu, "inisiatif itu
ternyata berupa kesombongan murni, karena kami tidak melihat tanda-tanda
kesediaan yang tulus untuk mengatasi penyebab sebenarnya dari krisis saat
ini." Dia menyoroti kurangnya kredibilitas Kardinal Cupich, yang terpilih
menjadi pemimpin pada KTT itu, setelah merujuk pada tuduhan Viganò tentang
penyalahgunaan yang ditutup-tutupi sebagai "lubang kelinci." Ia juga
menyesalkan kurangnya transparansi dengan wartawan yang mencari informasi
tentang kasus-kasus tertentu:
Untuk
mengutip satu contoh saja, Uskup Agung [Charles] Scicluna, nampak terkejut
dengan pertanyaan tentang Paus yang menutupi kasus skandal Uskup Argentina
Gustavo Zanchetta - “Bagaimana kita bisa percaya bahwa ini adalah fakta
terakhir kalinya kita mendengar 'tidak ada lagi tindakan menutup-nutupi' ketika
pada suatu hari, ternyata paus Francis masih juga menutup-nutupi seseorang di
Argentina yang melakukan perbuatan sex-gay yang melibatkan anak-anak di bawah
umur?" – dimana Uskup Agung Charles Scicluna mengucapkan kata-kata yang amat
memalukan ini: "Tentang kasus ini, saya tidak… saya tidak… Anda tahu
sendiri… saya tidak berwenang ... " Tanggapan yang tidak kompeten dari Scicluna
ini memberi kesan bahwa dia perlu diotorisasi (memperoleh mandat khusus) - Anda
mungkin bertanya-tanya oleh siapa - untuk bisa mengatakan fakta yang
sebenarnya! Direktur pers Vatikan, Alessandro Gisotti dengan cepat turun tangan
untuk meyakinkan para wartawan bahwa penyelidikan telah dilakukan, dan bahwa
setelah selesai, mereka akan diberi tahu tentang hasilnya. Orang mungkin bisa dimaklumi
jika dia bertanya-tanya apakah hasil penyelidikan yang jujur dan menyeluruh
benar-benar akan dirilis, dan tepat waktu.
Viganò
mengamati bahwa salah satu masalah utama dari KTT adalah cara di mana KTT itu "fokus
secara eksklusif pada penyalahgunaan anak di bawah umur."
“Kejahatan-kejahatan
ini memang yang paling mengerikan,” tambahnya, “tetapi krisis baru-baru ini di
Amerika Serikat, di Chili, di Argentina, di Honduras, dan di tempat-tempat lain
sebagian besar berkaitan dengan pelanggaran yang dilakukan terhadap orang-orang
dewasa muda, termasuk para seminaris, tidak hanya , atau sebagian besar,
terhadap anak di bawah umur. Memang, jika masalah homoseksualitas dalam lingkup
imamat secara jujur diakui dan ditangani dengan benar, maka masalah pelecehan
seksual akan jauh lebih ringan.”
Viganò
menyerang paus Francis, yang kata dia, tidak hanya “hampir tidak berbuat apa pun
untuk menghukum mereka yang telah melakukan pelecehan,” tetapi paus Francis juga
“sama sekali tidak melakukan apa pun untuk mengekspos dan mengadili mereka yang
telah, selama puluhan tahun, memfasilitasi dan menutupi pelakunya." Dia
mengutip contoh Kardinal Wuerl, yang, meskipun telah berbohong dan
menutup-nutupi kasus pelecehan sexual dari "McCarrick dan yang lain-lainnya
selama beberapa dekade" dimana tentang kasus itu Kardinal Wuerl telah menyampaikan
"kebohongan yang berulang dan terang-terangan" dan yang kemudian dia terpaksa
mengundurkan diri secara memalukan, namun dia masih juga dipuji-puji oleh oleh paus
Francis atas "kemuliaannya."
“Kredibilitas
macam apa yang tersisa dari paus semacam itu setelah berbagai pernyataannya yang
seperti ini?” Viganò bertanya.
Mengenai sanksi pencopotan imamat terhadap McCarrick, Viganò mempertanyakan mengapa hal itu baru terjadi
lima tahun setelah dia memberikan informasi kepada paus Francis tentang
McCarrick dan mengapa hal itu dilakukan, "setelah lebih dari tujuh bulan sikap
diam total paus Francis," dan dilakukan melalui prosedur administratif, bukannya
melalui prosedur peradilan.
Viganò
mencatat bahwa karena sifat dari prosedur administratif, McCarrick
"kehilangan kesempatan untuk mengajukan banding atas hukumannya" dan kehilangan
kesempatan untuk menjalani proses yang seharusnya. “Setelah membuat hukuman itu
definitif,” Viganò menambahkan, “paus telah membuat mustahil untuk melakukan
penyelidikan lebih lanjut atas McCarrick, yang sebenarnya dapat mengungkapkan
siapa orang-orang di dalam Curia dan di
tempat-tempat lain yang mengetahui pelanggaran McCarrick, kapan mereka
mengetahuinya, dan siapa saja yang mendukungnya untuk menjadi uskup agung
Washington dan akhirnya menjadi seorang kardinal. Perhatikan bahwa
dokumen-dokumen dari kasus ini, yang telah dijanjikan publikasinya oleh Vatikan,
ternyata tidak pernah dilaksanakan hingga saat ini."
"Intinya,"
kata Viganò, "adalah ini: Paus Francis sengaja menyembunyikan bukti-bukti
McCarrick."
Atas pertanyaan
tentang intervensi yang tidak biasa oleh Tahta Suci pada pertemuan Konferensi
Waligereja AS November 2018 lalu, di mana Paus memerintahkan kepada para
uskup yang berkumpul disana, untuk tidak mengambil keputusan apapun atas dua
langkah rencana tindakan terhadap kasus pelecehan sex yang telah mereka
persiapkan, Viganò mengatakan bahwa Takhta Suci (paus Francis) telah berusaha
untuk mencegah pemeriksaan atas "kasus pelecehan sexual para uskup,
menutup-nutupi dan berbohong atas kesalahan seksual episkopal, baik dengan anak-anak
di bawah umur dan orang-orang dewasa - yang semuanya akan berimplikasi dan
memalukan Takhta Suci."
Ditanya
tentang "tidak adanya penolakan" terhadap kesaksiannya semula – yaitu
pertanyaan yang diajukannya ke hadapan paus Francis yang akhirnya keluar ke
media massa dimana paus Francis menyangkal bahwa dirinya tahu segala sesuatunya,
yang dikatakan oleh Viganò sebelumnya bahwa itu adalah "bohong" -
uskup agung Viganò berpendapat bahwa tuduhannya itu tidak dapat disangkal karena
itu adalah benar. "Para kardinal dan uskup agung yang saya sebutkan tidak
mau ketahuan bahwa diri mereka berbohong, dan mereka tampaknya berpikir bahwa diri
mereka begitu kuat sehingga tidak akan tersentuh jika mereka tetap bersikap diam
dan berpura-pura tidak tahu," katanya.
Dalam
sebuah tambahan pada wawancaranya, setelah penolakan yang telah lama tertunda
yang dibuat oleh paus bulan lalu dirilis, Viganò mengatakan bahwa pernyataan-pernyataan
paus tidak sinkron satu sama lain. “Pertama, dia mengatakan bahwa dia sudah
menjawab berkali-kali; kedua, dia berkata bahwa dirinya tidak tahu apa-apa,
sama sekali tidak tahu-menahu tentang kasus McCarrick, dan ketiga, dia lupa
tentang pembicaraan saya dengan dirinya. Bagaimana klaim-klaim ini ditegaskan
dan dipertahankan bersama pada saat yang bersamaan? Ketiga pernyataannya adalah
kebohongan terang-terangan,” kata Viganò.
Dari
klaim yang paling jelas salah yang dibuat oleh paus - bahwa dia telah menjawab
kesaksian saya hingga “berkali-kali” - Viganò bertanya, “Selama sembilan bulan
yang panjang dia tidak mengatakan sepatah kata pun tentang kesaksian saya, dan
bahkan menyombongkan diri dan terus menjelaskan tentang sikap diamnya,
membandingkan dirinya dengan Yesus. Jadi, apakah dia berbicara atau dia tetap
diam. Yang mana yang benar?”
“Kita sedang
berada di saat yang benar-benar gelap bagi Gereja universal,” kata Viganò sedih.
“Paus saat ini secara terang-terangan tengah berbohong kepada seluruh dunia
untuk menutupi perbuatan jahatnya! Tetapi kebenaran pada akhirnya akan muncul,
tentang McCarrick dan semua kasus yang ditutup-tutupi, seperti yang telah
terjadi dalam kasus kardinal Wuerl, yang juga 'tidak tahu apa-apa' dan memiliki
'ingatan yang hilang.' ”Di sini, uskup agung Viganò merujuk pada kenyataan yang telah
diketahui oleh Wuerl tentang aktivitas sexual terlarang yang dilakukan oleh pendahulunya,
McCarrick, bahkan setelah banyak penyangkalan disampaikan.
Selain
kesedihannya atas ketidakjujuran paus, Viganò tampaknya sangat peduli dengan
kegagalan jurnalis untuk menggali kisah yang telah dia sampaikan di hadapan
mereka. “Saya tidak dapat membayangkan bahwa mereka [media massa] akan sangat
malu jika Paus yang terlibat adalah Yohanes Paulus II atau Benediktus XVI,”
katanya, sambil menambahkan, “Sulit untuk tidak menyimpulkan bahwa media ini
enggan melakukannya karena mereka sangat menghargai pendekatan paus Francis yang
sangat liberal dalam hal doktrin dan disiplin Gereja, dan media massa itu tidak
ingin membahayakan agenda paus Francis."
Mengenai
masalah homosexualitas di kalangan imamat, Viganò menyampaikan ketidak-percayaannya
bahwa hubungan mereka itu boleh diabaikan. "Laki-laki heterosexual jelas
tidak secara terang-terangan memilih anak laki-laki atau laki-laki muda sebagai
pasangan seksual yang disukai, namun dari kenyataan, sekitar 80 persen korban
adalah laki-laki, yang sebagian besar adalah laki-laki pasca-puber."
"Ini
bukanlah pedofil, tetapi imam-imam gay yang memangsa anak-anak pasca-pubertas
yang telah membangkrutkan keuangan keuskupan-keuskupan dari AS," katanya menambahkan.
“Mengingat
bukti-bukti yang luar biasa, sangat mengejutkan bahwa kata 'homosexualitas'
tidak muncul sama sekali dalam dokumen-dokumen resmi Takhta Suci, termasuk dalam
dua Sinode tentang Keluarga, satu sinode tentang Kaum Muda, dan yang baru dalam
KTT Februari lalu."
Viganò
selanjutnya mengklaim bahwa apa yang disebut "mafia gay" di dalam Gereja
"saling terikat bersama bukan oleh karena keintiman seksual bersama,
tetapi oleh minat bersama dalam melindungi dan memajukan satu sama lain secara
profesional dan menyabot semua upaya pembongkaran kasus busuk ini." Dia
mengatakan bahwa meskipun Paus Benediktus XVI memulai penyelidikan di seminari-seminari,
tidak ada hal baru yang ditemukan, "tampaknya karena berbagai kekuatan
telah bergabung bersama untuk menyembunyikan keadaan yang sebenarnya."
“Apakah
ada satu uskup aktif di AS yang mengakui bahwa dirinya adalah seorang homosexual
aktiv? Tentu saja tidak. Perbuatan sexual mereka terjadi secara klandestin.”
Tentang pertanyaan apakah dia bisa berdamai dengan paus
Francis, Viganò menjawab:
Premis dari
pertanyaan Anda salah. Saya tidak berperang melawan paus Francis, dan saya juga
tidak berniat menentang dia. Saya hanya berbicara tentang kebenaran. Paus Francis
perlu mendamaikan dirinya dengan Tuhan, dan dengan seluruh Gereja, karena dia
telah menutup-nutupi McCarrick, menolak untuk mengakuinya, dan sekarang
menutupi beberapa orang busuk lainnya. Saya berterima kasih kepada Tuhan karena
Dia telah melindungi saya dari perasaan marah atau dendam terhadap paus
Francis, atau keinginan untuk membalas dendam. Saya berdoa setiap hari demi pertobatan
paus Francis. Tidak ada yang membuat saya lebih bahagia daripada paus Francis mau
mengakui dan mengakhiri tindakannya yang menutup-nutupi kebusukan, dan untuk meneguhkan
saudara-saudaranya di dalam iman.
Ada lebih banyak hal dalam wawancara dengan Uskup Agung
Viganò yang belum saya sentuh di sini. Silakan membaca disini: The Washington Post.
No comments:
Post a Comment